Transplantasi organ biasanya dilakukan dari manusia ke manusia. Namun, belum lama ini peneliti melakukan eksperimen transplantasi ginjal babi ke manusia. Bagaimana uji coba ini bisa dilakukan dan seperti apa perkembangannya? Simak ulasan lengkapnya.
Bagaimana ginjal babi bisa ditransplantasikan ke manusia?
Transplantasi atau cangkok organ adalah prosedur medis yang bertujuan menggantikan organ tubuh yang rusak dengan organ orang lain yang sehat.
Organ tersebut bisa berasal dari pendonor yang masih hidup atau pendonor yang sudah meninggal.
Proses transplantasi organ tidaklah mudah mengingat jumlah orang yang membutuhkan transplantasi lebih banyak ketimbang pendonornya, sehingga calon penerima donor harus rela menunggu.
Terlebih, calon penerima donor juga perlu menjalani pemeriksaan berulang kali untuk memastikan kesehatan tubuhnya.
Setelah cangkok dilakukan, penerima donor harus berkomitmen untuk menjaga kesehatan organ yang telah didonorkan.
Oleh sebab itu, peneliti mencoba mencari cara lain untuk mempermudah proses transplantasi organ.
Selama bertahun-tahun, peneliti melakukan pengamatan terhadap penggunaan organ hewan sebagai pengganti organ manusia. Salah satu percobaan yang pernah dilakukan adalah transplantasi ginjal babi ke manusia.
Berdasarkan pengamatan peneliti, babi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan monyet atau kera yang sebelumnya sering dijadikan objek eksperimen.
Pertama, babi memiliki organ dengan fungsi yang sebanding dengan manusia.
Kedua, babi mudah dikembangbiakkan dalam kondisi lingkungan yang terkontrol dibanding hewan primata.
Ketiga, sudah banyak percobaan yang dilakukan pada babi, di bawah ini beberapa contohnya.
- Transplantasi jantung babi ke manusia untuk mengatasi gagal jantung,
- Transplantasi kornea babi ke manusia untuk mengatasi kebutaan.
- Cangkok kulit babi untuk mengobati luka bakar.
Apa tujuan transplantasi ginjal babi ke manusia?
Transplantasi ginjal diperuntukkan bagi orang yang ginjalnya kehilangan kemampuan untuk menjalankan fungsinya secara normal sekitar 90 persen.
Biasanya, prosedur cangkok dilakukan pengidap gagal ginjal stadium akhir.
Dokter juga kerap merekomendasikan pengobatan ini untuk pasien penyakit ginjal yang perlu melakukan pembuangan limbah dari aliran darah melalui mesin dialisis
Nah, transplantasi ginjal babi ke manusia belum diperlakukan secara resmi sebagai pengobatan penyakit ginjal.
Oleh karena itu, belum diketahui secara pasti, siapa saja yang bisa mengikuti pengobatan ini.
Namun per tanggal 8 Maret 2022, para ahli dan peneliti dari NYU Langone Hospital sudah melakukan dua kali uji coba prosedur transplantasi organ hewan ke manusia yang dikenal dengan xenotransplantasi (xenotransplantation).
Penelitian terbaru mengenai transplantasi ginjal babi ke manusia
Uji coba xenotransplantasi menggunakan ginjal babi ini dilakukan pada pasien yang mengalami mati otak dan memiliki fungsi ginjal yang lemah.
Sebelum prosedur dilakukan, peneliti memodifikasi ginjal babi secara genetik.
Ginjal babi dihubungkan ke tubuh pasien melalui pembedahan, tetapi ginjal babi masih berada di luar tubuh pasien.
Ini dilakukan untuk mempermudah akses peneliti memantau perkembangan percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tiga hari, ginjal babi berfungsi dan dapat meningkatkan produksi urine.
Tes darah pasien penerima cangkok juga menunjukkan adanya peningkatan fungsi ginjal jika dibandingkan dengan hasil sebelum pasien menjalani prosedur.
Hasil dari uji coba kedua yang diketuai oleh Robert Montgomery, MD, DPhil juga berhasil.
Keberhasilan eksperimennya ini membuka jalan baru untuk pengobatan pasien gagal ginjal stadium akhir.
Rencananya xenotransplantasi akan dijadikan sebagai pengobatan penyakit ginjal jangka pendek untuk pasien yang kondisinya sangat kritis sambil menunggu donor ginjal yang cocok.
Uji coba transplantasi ginjal babi ke manusia ini adalah percobaan tunggal. Durasi pengamatan hanya berjalan selama tiga hari sehingga peneliti tetap perlu menguji eksperimen ini lebih lanjut.
Kendala dari eksperimen transplantasi ginjal babi ke manusia
Tantangan besar yang dihadapi oleh ilmuwan dan tim medis untuk uji coba ini adalah risikonya. Tubuh pasien penerima donor bisa menolak organ baru yang dicangkokkan.
Perlu Anda ketahui bahwa sistem kekebalan manusia sangat pandai membedakan bagian dari diri mereka dengan zat atau benda asing.
Sistem kekebalan tubuh bisa menganggap organ cangkok sebagai benda asing yang mengancam.
Untuk mencegah hal tersebut, dokter akan meresepkan obat penekan kekebalan tubuh (imunosupresan). Sayangnya, obat-obatan ini malah membuat pasien jadi rentan terhadap infeksi virus dan bakteri.
Pada prosedur transplantasi ginjal babi ke manusia, risiko cangkok organ menjadi berlipat ganda.
Xenotransplantasi dapat memicu fenomena yang disebut dengan penolakan hiperakut. Kondisi ini menandakan tubuh mulai menyerang organ baru secara agresif dalam beberapa jam atau menit setelah operasi.
Sekalipun ginjal babi telah dimodifikasi sedemikian rupa, kemungkinan risiko dari prosedur ini tetap ada, apalagi respons tubuh setiap orang berbeda-beda.
Maka dari itu, peneliti masih perlu menguji efektivitas cangkok ginjal babi pada beberapa orang yang memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda.
[embed-health-tool-bmi]