backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tantangan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria di Indonesia

Ditulis oleh dr. Aditya Pramanta, Sp.U · Urologi · Mayapada Hospital Surabaya


Tanggal diperbarui 27/02/2023

    Tantangan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria di Indonesia

    Penggunaan alat kontrasepsi masih sering dianggap sebagai tugas dan kewajiban perempuan, padahal laki-laki juga mampu berkontribusi dalam metode pengendalian kehamilan ini. Lantas, apa saja tantangan dalam penggunaan alat kontrasepsi pria?

    Tantangan penggunaan alat kontrasepsi pria

    Selain terbatasnya ragam alat kontrasepsi pada laki-laki, ternyata banyak kalangan yang belum menyadari keberadaan metode untuk mengontrol kehamilan ini.

    Hal ini terbukti melalui data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, yang menunjukkan keikutsertaan KB pria Indonesia masih tergolong sangat rendah.

    Hasil survei tersebut menjelaskan bahwa persentase capaian KB kondom hanya sebesar 2,5% dan vasektomi sebesar 0,2% saja.

    Keengganan memakai kondom atau melakukan vasektomi tentu menjadi tantangan penggunaan alat kontrasepsi laki-laki. Berikut beberapa alasan yang mendasarinya.

    1. Kondom dianggap mengurangi kenikmatan bercinta

    tantangan alat kontrasepsi kondom laki-laki

    Sebagian pria tidak mau memakai kondom karena dapat mengurangi performa ketika bercinta.

    Penggunaan kondom mereka anggap akan mengganggu kenikmatan bercinta sebab menghalangi penetrasi antara penis dengan vagina secara langsung.

    Pemasangan kondom yang memberikan jeda antara waktu foreplay dengan penetrasi ini juga bisa dikhawatirkan membuat gairah kian berkurang.

    Nyatanya, pemasangan alat kontrasepsi ini hanya butuh waktu singkat. Tersedia pula produk kondom dengan material yang tipis tetapi tidak mudah robek saat digunakan.

    Beberapa pria memakai jenis kondom ini karena tidak mengurangi sensasi dan kenikmatan selama berhubungan intim.

    2. Tidak bisa menentukan ukuran kondom

    Ketidaktahuan akan ukuran kondom juga menjadi alasan lain mengapa sebagian pria tidak mau menggunakan alat kontrasepsi ini. 

    Padahal, produk kondom yang beredar di pasaran punya ukuran all-size, artinya bisa digunakan untuk ukuran penis pria Indonesia yang rata-rata memiliki panjang 11,6–11,8 sentimeter (cm).

    Anda harus selalu memakai kondom saat kondisi penis ereksi penuh. Pastikan tidak ada udara yang tersisa di dalam kondom yang sedang Anda gunakan.

    Selain itu, sisakan sedikit ruang pada ujung kondom sebagai ruang untuk menampung air mani

    3. Takut menjalani vasektomi

    Banyak orang takut menjalani vasektomi karena melibatkan operasi. Padahal, prosedur medis ini berlangsung singkat dan pasien bisa langsung pulang alias hanya rawat jalan.

    Umumnya, tindakan vasektomi tanpa pisau (VTP) hanya membutuhkan 10–30 menit. Prosedur ini melibatkan bius lokal yang membuat area sekitar pembedahan mati rasa.

    Dalam prosedur VTP, dokter akan memakai penjepit untuk menahan vas deferens (saluran penyalur sperma dari testis) pada bagian luar skrotum. 

    Lalu, dibuatlah lubang kecil pada kulit skrotum untuk memotong dan mengikat saluran tersebut.

    Anda mungkin merasakan pembengkakan setelah 2–3 hari pascavasektomi. Tak perlu khawatir, sebab kondisi ini akan segera menghilang seiring berjalannya waktu.

    4. Vasektomi dianggap mengurangi kejantanan pria

    Metode kontrasepsi permanen atau sterilisasi pada pria ini tidak sama dengan kebiri. Pasalnya, testis tetap akan berfungsi normal dalam memproduksi testosteron dan sel sperma.

    Kadar testosteron akan tetap stabil setelah vasektomi. Anda akan tetap bergairah serta mampu mengalami ereksi, ejakulasi, hingga orgasme seperti hubungan intim sebelumnya.

    Sel sperma atau spermatozoa akan terus diproduksi oleh testis. Namun, sel sperma yang tidak dikeluarkan melalui ejakulasi akan mati dan diserap kembali oleh tubuh Anda.

    Lantas, bagaimana bila Anda berubah pikiran untuk punya momongan lagi? Sebenarnya masih ada kemungkinan untuk membatalkan efek dari prosedur ini dengan vasektomi reversal.

    Akan tetapi, prosedur ini cenderung sulit dilakukan dengan tingkat keberhasilan cukup rendah.

    Ringkasan

    Kebanyakan pria enggan memakai kondom karena tidak mau alat ini mengurangi kenikmatan bercinta atau bahkan tidak tahu cara menentukan ukuran yang tepat. Vasektomi sebagai alat kontrasepsi yang melibatkan pembedahan ditakutkan bisa menimbulkan efek samping yang mengurangi kejantanan laki-laki.

    Ragam metode kontrasepsi untuk pria

    tantangan alat kontrasepsi laki-laki

    Program Keluarga Berencana (KB) membantu pasangan suami-istri mencegah serta menunda kehamilan. Sayangnya, banyak yang menganggap KB hanya jadi kewajiban perempuan.

    Kebanyakan alat kontrasepsi yang dikenal di masyarakat berupa pil KB, suntik KB, ataupun KB spiral (IUD) memang ditujukan untuk wanita.

    Di lain sisi, tak dapat dipungkiri pula bahwa opsi kontrasepsi pria masih cukup terbatas. Secara medis, pilihan kontrasepsi untuk laki-laki hanya terdiri dari kondom dan vasektomi.

    Ada pula cara lain yang bisa dilakukan, yakni dengan senggama terputus atau ejakulasi di luar. Berikut merupakan gambaran lebih rincinya.

    1. Kondom

    Kondom merupakan alat kontrasepsi pria yang banyak tersedia dan harganya relatif terjangkau.

    Metode penggunaan kondom pun cukup praktis dan sederhana. Kebanyakan orang hanya butuh kurang dari setengah menit untuk memakainya dengan benar.

    Apabila digunakan dengan baik selama berhubungan, kondom 97–98% efektif untuk mencegah kehamilan. Kondom juga membantu melindungi Anda dari risiko infeksi menular seksual.

    Namun, tantangan dari alat kontrasepsi pria ini adalah masih terdapatnya risiko kehamilan sebesar 2–3% akibat pemakaian kondom yang tidak tepat.

    Selain itu, kecacatan produk juga dapat berisiko menyebabkan kondom bocor.

    2. Vasektomi

    Vasektomi termasuk dalam metode kontrasepsi permanen. Prosedur ini biasanya menjadi pilihan untuk pasangan yang memang sudah tidak ingin memiliki anak ke depannya.

    Metode kontrasepsi pria ini dilakukan dengan memotong vas deferens, yakni saluran di dalam kantong buah zakar (skrotum) yang mengantarkan sel sperma agar bisa keluar melalui penis.

    Karena sifatnya yang permanen, kemampuan vasektomi untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 99 persen. Akan tetapi, prosedur ini tidak membantu mencegah penularan penyakit kelamin.

    3. Senggama terputus

    Senggama terputus (coitus interruptus) dapat disebut sebagai metode kontrasepsi laki-laki yang paling sederhana dan tanpa harus mengeluarkan dana sepeser pun.

    Caranya, pria akan menarik penis keluar dari vagina bila hendak ejakulasi. Kemudian, air mani akan dikeluarkan secara terpisah menjauhi vulva wanita.

    Metode senggama terputus membutuhkan kemampuan pria untuk mengendalikan ejakulasinya.

    Selain itu, cara ini juga berpeluang 20% menyebabkan kehamilan. Hal ini bisa disebabkan oleh cairan pra-ejakulasi yang mungkin mengandung sperma meski jumlahnya tidak banyak.

    Apa yang harus dilakukan untuk mendorong pria agar memakai kontrasepsi?

    Setelah melihat berbagai tantangan dan rendahnya persentase penggunaan kontrasepsi pria di Indonesia, tentu langkah edukasi sangat penting digalakkan.

    Terlebih, kondom sebagai salah satu kontrasepsi paling sederhana dan terjangkau mampu mencegah dan menunda kehamilan serta menurunkan risiko penyakit kelamin.

    Penting juga untuk terus menyosialisasikan tentang pilihan alat kontrasepsi laki-laki lain, yakni vasektomi, yang efektif mencegah kehamilan bagi pasangan suami-istri.

    Memang diperlukan pertimbangan khusus sebelum Anda melakukan kontrasepsi permanen ini.

    Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum menjalani vasektomi meliputi:

    • pengetahuan yang baik atas manfaat dan risiko tindakan vasektomi,
    • harus dilakukan secara sukarela dan atas persetujuan istri,
    • memiliki jumlah anak yang cukup (minimal dua orang) dengan anak paling kecil harus sudah berumur di atas 2 tahun, dan 
    • berumur tidak kurang dari 30 tahun dengan istri yang berumur tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun.

    Berbagai persyaratan tersebut terkadang membuat pria dan pasangannya maju-mundur untuk melakukan metode kontrasepsi ini.

    Oleh sebab itu, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk memperoleh informasi dan pemahaman lebih lanjut terkait kontrasepsi permanen.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditulis oleh

    dr. Aditya Pramanta, Sp.U

    Urologi · Mayapada Hospital Surabaya


    Tanggal diperbarui 27/02/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan