backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Jangan Lagi Salah Kaprah! Ini 7 Perbedaan Utama Antara HIV dan AIDS

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Jangan Lagi Salah Kaprah! Ini 7 Perbedaan Utama Antara HIV dan AIDS

    HIV dan AIDS masih kerap dianggap sebagai satu penyakit yang sama. Tidak mengherankan memang karena di berbagai literatur, penyebutan keduanya sering disatukan; misalnya “HIV dan AIDS’ atau ditulis ‘HIV/AIDS‘. Padahal, HIV dan AIDS adalah dua kondisi yang berbeda. Agar Anda tak lagi salah kaprah, cermati perbedaan antara HIV dan AIDS yang wajib diketahui pasti.

    Perbedaan HIV dan AIDS yang utama

    Merangkum laporan UNAIDS, dari sekitar 36,9 juta orang pengidap HIV/AIDS alias ODHA di dunia hanya sekitar 75% orang yang menyadari mereka mengidap kondisi ini. Laporan UNAIDS tersebut juga mencatat sekitar 940.000 orang di dunia meninggal akibat penyakit yang muncul sebagai komplikasi AIDS. Lantas, apa perbedaan yang jelas antara HIV dan AIDS?

    1. HIV adalah virus penyebab, AIDS adalah stadium akhir dari penyakitnya

    Perbedaan HIV dan AIDS bisa dilihat dari penjelasan definisi keduanya. 

    HIV adalah jenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, dengan kepanjangan Human Immunodeficiency Virus. Di dalam tubuh, HIV secara spesifik menghancurkan sel CD4 (sel T). Sel CD4 adalah bagian dari sistem imun yang spesifik bertugas melawan infeksi.

    Infeksi HIV menyebabkan jumlah sel CD4 turun sangat drastis sehingga sistem imun tubuh Anda tidak kuat untuk melawan infeksi. Akibatnya, jumlah viral load HIV (jumlah virus HIV dalam darah) Anda tinggi. Itu artinya sistem kekebalan tubuh sudah gagal bekerja melawan HIV dengan baik.

    Sementara itu, AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome dan dianggap sebagai tahap akhir dari infeksi HIV jangka panjang. AIDS adalah sekumpulan gejala yang muncul ketika infeksi HIV sudah dalam stadium sangat parah. Pengidap HIV bisa dikatakan sudah terkena AIDS apabila jumlah sel CD4 dalam tubuhnya turun hingga kurang dari 200 sel per 1 ml atau 1 cc darah.

    Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa perbedaan paling utama antara keduanya adalah AIDS merupakan penyakit kronis sebagai wujud dari infeksi HIV yang melemahkan daya tahan tubuh.

    Orang dengan HIV dan AIDS memiliki sistem imun yang sangat lemah sehingga sangat rentan terhadap risiko infeksi oportunis yang muncul bersamaan dengan infeksi HIV, seperti tuberkulosis, dan pneumonia.

    2. Mengidap HIV belum tentu akan terkena AIDS 

    Perbedaan HIV dan AIDS selanjutnya bisa dilihat dari kemungkinan seseorang terkena keduanya secara bersamaan. Ingat, HIV adalah virus penyebab infeksi, sedangkan AIDS adalah kondisi akhir yang dapat disebabkan karena infeksi virus tersebut berlangsung jangka panjang.

    Maka teorinya, Anda dapat saja terkena HIV dan AIDS sekaligus. Namun begitu, tidak semua pengidap HIV akan otomatis pasti memiliki AIDS di kemudian hari. Anda bisa saja mengidap HIV, tapi tidak terkena AIDS. Berkat kemajuan dalam pengobatan medis, orang yang hidup dengan HIV dapat hidup sehat panjang umuur dan berkualitas hampir sama dengan orang normal lainnya.

    Kebanyakan penderita penyakit Human Immunodeficiency Virus bisa berhidup selama bertahun-bertahun lamanya (bahkan lebih dari 10 tahun) sebelum mengalami AIDS. Namun, Anda yang terdiagnosis positif AIDS sudah pasti memiliki infeksi HIV.

    Maka itu, mendapatkan pengobatan yang tepat adalah kunci penting bagi orang dengan HIV agar tidak sampai mengalami AIDS.

    3. Gejala HIV dan AIDS berbeda

    Perbedaan lain antara HIV dan AIDS yang cukup signifikan adalah gejala masing-masingnya. Ini termasuk perbedaan wujud gejala yang muncul, tingkat keparahan gejala yang dirasakan antara orang dengan HIV dan orang dengan AIDS, dan efek penyakitnya pada tubuh Anda.

    Infeksi HIV biasanya butuh waktu 10 tahun semenjak paparan pertamanya sampai bisa menampilkan gejala yang jelas. Itu kenapa orang yang memiliki virus HIV bisa saja tidak menyadari bahwa dirinya sudah terjangkit sampai bertahun-tahun lamanya.

    Berikut penjelasan lebih lengkapnya mengenai perbedaan gejala HIV dan AIDS.

    Gejala HIV

    Pada awalnya, virus HIV biasanya memunculkan gejala mirip flu biasa dalam dua sampai empat minggu setelah infeksi. Gejala yang mungkin terasa dalam minggu-minggu awal meliputi:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Ruam di kulit yang tidak gatal
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Berkeringat di malam hari
  • Ada luka di sekitar mulut mirip sariawan
  • Gejala HIV awal dapat cepat mereda karena sistem kekebalan tubuh Anda pada tahap ini masih sanggup mengendalikannya. Periode waktu ini disebut sebagai infeksi akut.

    Seiring waktu, jumlah virus HIV akan terus meningkat jika tidak diobati dan dapat mengarah pada periode laten. Periode laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala.

    Gejala AIDS

    Ketika infeksi Human Immunodeficiency Virus sudah berlangsung lama dan berkembang menjadi AIDS, pengidap biasanya mengalami beberapa gejala khas yang lebih berat. Gejala AIDS bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain dan cukup bisa diidentifikasi.

    AIDS memiliki gejala yang jauh lebih parah dibandingkan dengan Human Immunodeficiency Virus. Hal ini terjadi karena orang dengan AIDS biasanya memiliki jumlah sel CD4 atau sel T yang menurun drastis. 

    Tanpa sel CD4 yang cukup, tubuh akan mengalami kesulitan untuk melawan penyakit. Akibatnya, Anda akan lebih mudah sakit terserang infeksi bahkan untuk infeksi yang biasanya tidak membuat Anda sakit.

    AIDS biasanya menyerang ketika seseorang telah terinfeksi HIV selama 10 tahun dan tanpa mendapatkan perawatan. Adapun berbagai gejala yang biasanya muncul ketika Anda terjangkit AIDS, yaitu:

    • Sariawan, adanya lapisan putih tebal di lidah atau mulut akibat infeksi jamur
    • Sakit tenggorokan
    • Penyakit radang panggul kronis
    • Rentan terserang infeksi jenis apa pun
    • Merasa sangat lelah dan pusing
    • Sering sakit kepala
    • Berat badan menurun drastis dalam waktu cepat tanpa sebab yang jelas
    • Lebih mudah mengalami memar
    • Sering mengalami diare, demam, dan keringat di malam hari
    • Kelenjar getah bening yang bengkak di tenggorokan, ketiak, atau selangkangan
    • Sering mengalami batuk kering yang cukup lama
    • Sesak napas
    • Perdarahan dari mulut, hidung, anus, atau vagina
    • Ruam kulit
    • Mati rasa di tangan atau kaki
    • Kehilangan kendali otot dan refleks
    • Mengalami kelumpuhan

    6. Perbedaan cara diagnosis HIV dan AIDS

    Selain dari identifikasi gejala, perbedaan HIV dan AIDS juga ditentukan berdasarkan cara dan hasil diagnosis medis yang dilakukan.

    Cara diagnosis HIV

    Ketika terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuh Anda menghasilkan antibodi khusus yang melawan virus tersebut. Untuk memeriksanya, dokter dapat menganjurkan tes darah atau air liur untuk mendeteksi antibodi virus HIV dan apa Anda telah terinfeksi atau belum. 

    Meski demikian, tes tersebut hanya efektif untuk beberapa minggu setelah infeksi. Tes lainnya bertujuan mencari antigen yang merupakan protein hasil produksi virus HIV. Tes ini dapat mendeteksi HIV hanya beberapa hari setelah infeksi. Kedua tes ini sama-sama akurat dan mudah untuk dijalankan.

    Cara diagnosis AIDS 

    Sementara itu, cara diagnosis AIDS berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan kapan infeksi HIV laten dalam tubuh telah berubah menjadi AIDS. 

    Misalnya, berapa banyak jumlah sel CD4 yang tersisa dalam tubuh. Seseorang yang sehat dan tidak terinfeksi HIV bisa memiliki sekitar 500 sampai 1.200 sel CD4 per 1 cc/1 ml darah. 

    Ketika jumlah sel tersebut turun hingga 200 atau bahkan kurang, pengidap HIV dikatakan telah memiliki AIDS.

    Faktor lain yang menunjukkan keberadaan AIDS adalah kehadiran infeksi oportunistik. Pada orang sehat dengan daya tahan tubuh prima, infeksi ini tidak akan otomatis langsung membuat mereka jatuh sakit. Sementara pada orang dengan AIDS infeksi ini bisa sangat melemahkan. Itu sebabnya infeksi ini disebut “oportunistik’.

    7. Perbedaan angka harapan hidup penderita HIV dan AIDS

    Perbedaan HIV dan AIDS juga dapat dilihat dari angka harapan hidup. Kedua penyakit tersebut sama-sama dapat memangkas angka usia pengidapnya jika terus dibiarkan tanpa pengobatan.

    Pada orang pengidap penyakit HIV saja, umumnya bisa hidup lebih lama sesuai kondisi kesehatannya masing-masing. Ini hanya berlaku apabila penderita HIV rutin konsumsi obat antiretroviral setiap hari untuk menonaktifkan virusnya, ya. 

    Sedangkan pada orang dengan HIV yang telah memiliki AIDS, biasanya dapat bertahan hidup sekitar 3 tahun. Begitu Anda terjangkit infeksi oportunistik yang berbahaya, harapan hidup tanpa pengobatan turun hingga sekitar 1 tahun.

    Perbedaan HIV dan AIDS dari angka harapan hidup terjadi karena akan sangat sulit untuk memperbaiki kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.

    Namun berkat kemajuan teknologi medis modern, harapan hidup seorang penderita AIDS saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Dalam perbedaan HIV dan AIDS ini, terdapat banyak pengidap HIV yang bahkan tidak mengidap AIDS seumur hidupnya.

    Dikutip dari laporan Kementerian Kesehatan Indonesia, tren angka kematian akibat AIDS di Indonesia juga terbukti dilaporkan cenderung terus menurun. Angka ini mengalami penurunan dari 13,21% pada tahun 2004 menjadi 1,08% pada Desember 2017. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pengobatan HIV/AIDS yang sudah dilakukan sejauh ini berhasil mengendalikan perkembangan penyakitnya.

    HIV dan AIDS sama-sama tidak bisa disembuhkan

    Dari sekian banyak perbedaan HIV dan AIDS yang telah disebutkan, HIV dan AIDS juga punya persamaan. Persamaan keduanya adalah sama-sama tidak bisa disembuhkan. Namun, bukan berarti bahwa pengidap HIV dan AIDS tidak memiliki hak untuk hidup sehat dan bahagia, ya.

    Meski tidak bisa disembuhkan, ada beberapa obat yang biasanya diberikan untuk membantu mengatasi gejala dan memperbaiki kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

    HIV bisa diobati dengan terapi antiretroviral (ART). ART membantu mengurangi jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh Anda.

    Biasanya obat yang satu ini direkomendasikan untuk semua orang dengan HIV, terlepas dari berapa lama ia memiliki virus tersebut di dalam tubuhnya. Selain itu, ART juga mengurangi risiko Anda untuk menularkan penyakit ini ke orang lain jika diminum sesuai dengan resep.

    ART biasanya diberikan dengan menggunakan kombinasi 3 obat HIV atau lebih untuk membantu menurunkan jumlah HIV di dalam tubuh. Tiap orang biasanya akan diberikan rejimen atau kombinasi obat yang berbeda sesuai kondisi tubuhnya. Jika obat yang diresepkan ini ternyata tidak memberikan efek yang signifikan, dokter akan kembali menyesuaikannya.

    Berdasarkan informasi dari U.S. Department of Health and Human Services, ketika seseorang terdiagnosis HIV positif maka saat itu juga ia mulai harus memulai pengobatan dengan ART.

    Memulai pengobatan sedini mungkin membantu memperlambat perkembangan HIV. Dengan begitu, Anda bisa tetap sehat tanpa takut kondisi akan semakin memburuk apalagi hingga terkena AIDS.

    Menunda pengobatan sama saja membiarkan virus merusak sistem kekebalan tubuh Anda dan meningkatkan risiko diri terkena AIDS. Untuk itu, lakukan berbagai perawatan seperti yang direkomendasikan dokter pada Anda.

    Hello Health Group tidak menyediakan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.

     

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Widya Citra Andini · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan