backup og meta

4 Pilihan Obat Herbal untuk Melengkapi Pengobatan HIV/AIDS

4 Pilihan Obat Herbal untuk Melengkapi Pengobatan HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit kronis yang hingga kini belum bisa disembuhkan total. Untuk mengendalikan gejalanya, orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) harus menjalani pengobatan seumur hidup. Namun, tidak sedikit pula ODHA yang melengkapi obat ARV sebagai pengobatan HIV/AIDS dengan obat herbal. Apa saja pilihan obat herbal untuk HIV? Berikut ulasannya. 

Jenis obat herbal untuk HIV dan AIDS (HIV/AIDS)

Ada beberapa obat herbal yang dilaporkan dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi penyebab HIV dan AIDS. Bahkan, obat herbal tersebut juga dinilai bisa mengatasi gejala HIV. 

Berikut beberapa obat herbal untuk HIV dan AIDS:

1. Lidah buaya

manfaat lidah buaya

Sebuah penelitian tahun 2012 di Nigeria terbitan Journal of Complementary and Integrative Medicine mengatakan bahwa lidah buaya berpotensi sebagai obat alami dalam perawatan HIV dan AIDS.

Penelitian ini mengamati 10 perempuan muda yang positif HIV/AIDS tetapi tidak memungkinkan diobati dengan antiretroviral (ARV) karena risiko efek samping dari obat HIV tersebut.

Selama 1 tahun, semua perempuan diminta untuk minum 30-40 mililiter (ml) jus lidah buaya setiap hari. Hasil ini akan diamati untuk dibandingkan dengan pasien HIV yang diobati menggunakan terapi ARV

Setahun setelah pengamatan, kelompok perempuan yang rutin minum jus lidah buaya mengalami peningkatan berat badan rata-rata sebanyak 4,7 kilogram (kg).

Kenaikan berat badan tersebut hampir setara dengan kelompok yang menggunakan obat ARV (naik 4,8 kg).

Kelompok peminum jus lidah buaya juga tampak mengalami peningkatan jumlah sel CD4 yang sehat dengan rata-rata 153,7 sel / μL. Sementara jumlah sel CD4 pasien terapi ARV meningkat sebanyak 238,85 sel / μL.

Secara umum, penelitian di atas tidak menyebutkan adanya efek samping berarti dari konsumsi lidah buaya.

Namun, kebenaran manfaat lidah buaya sebagai obat herbal untuk HIV masih harus dipastikan dengan dilakukan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar.

2. Gandarusa (Justicia gendarussa) 

Gandarusa obat herbal HIV

Tahun 2017 silam, sebuah penelitian dari Journal of Natural Product menemukan potensi dari ekstrak tanaman gandarusa (daun rusa atau kisi-kisi) sebagai obat herbal HIV dan AIDS.

Tanaman semak yang bernama latin Justicia gendarussa diketahui mengandung senyawa pantetiflorin A (anti-HIV arylnaphthalene lignan glycoside).

Senyawa tersebut diyakini mampu membantu mencegah perkembangan virus HIV dalam tubuh. Para peneliti meneliti efek senyawa ini terhadap virus HIV-1 M-tropis dan T-tropis.

M-tropism mengacu pada kemampuan virus untuk menyerang makrofag, sedangkan T-tropisme mengacu pada kemampuan virus untuk menyerang sel T.

Makrofag dan sel-T merupakan jaringan sel darah putih yang penting untuk sistem kekebalan tubuh (imun).

Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa pantetiflorin A dapat menghambat proses infeksi virus HIV ke sel imun tubuh.

Bahkan, patentiflorin A dalam tanaman herbal justicia dianggap memiliki efek penghambat yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan obat azido-deoxythymidine (AZT).

Azido-deoxythymidine (AZT) adalah obat yang pertama dikenal untuk mengatasi HIV. Peneliti mengatakan bahwa patentiflorin A mampu menghambat aksi enzim reverse transcriptase.

Sejauh ini peneliti belum yakin benar bahwa tanaman herbal justicia aman untuk dikonsumsi langsung untuk obat herbal HIV.

Namun, penelitian yakin bahwa dengan adanya penelitian lebih lanjut tanaman justicia sebagai obat herbal HIV berpotensi membantu pengobatan ARV untuk mengurangi jumlah virus.

3. Daun salvia

daun mint

Daun salvia adalah salah satu tanaman yang masuk termasuk dalam anggota keluarga daun mint.

Sebelum digunakan sebagai obat HIV, daun ini sering digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati infeksi virus.

Nyatanya, manfaat itu tidak hanya mitos semata. Menurut penelitian dalam jurnal Retrovirology, ekstrak daun salvia dinilai memiliki potensi besar sebagai obat HIV alami.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa daun saliva mampu melawan human immunodeficiency virus tipe 1 (HIV-1), yang dapat menyebabkan AIDS.

Penelitian tersebut juga melihat adanya kemampuan daun salvia untuk mencegah virus memasuki dan menghancurkan sel CD4 di dalam tubuh.

Namun sayang, belum ada penelitian yang mengulik efek daun saliva sebagai obat herbal HIV pada manusia.

Penelitian yang ada hanya terbatas sebagai uji kultur terkendali dalam laboratorium dengan sampel jaringan.

4. Milk thistle

Milk thistle obat herbal HIV

Sebelumnya milk thistle umum digunakan untuk meningkatkan fungsi hati, mengeluarkan racun dan limbah seperti alkohol maupun kelebihan cairan empedu, serta meningkatkan kerja pencernaan.

Nah, salah satu hasil penelitian dari HIV Medicine Association memperlihatkan bahwa milk thistle adalah ramuan yang bisa digunakan sebagai obat herbal HIV dan AIDS.

Namun, penggunaan obat ini diketahui dapat memengaruhi kerja obat antiretroviral sehingga perlu dipertimbangkan dan diperhatikan.

Pengidap HIV tidak boleh sembarang minum obat herbal

Ada cukup banyak penelitian yang berfokus pada kegunaan obat herbal bagi perkembangan penyakit HIV dan AIDS.

Agar aman, sebaiknya selalu konsultasi ke dokter lebih dulu sebelum memutuskan menjalani pengobatan alami apa pun jika Anda mengidap HIV dan AIDS.

Anda juga bisa meminta rekomendasi dokter mengenai obat herbal yang bagus untuk penderita HIV AIDS, atau suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Meski begitu, Anda tidak seharusnya menjadikan pengobatan alami sebagai terapi utama dan satu-satunya. Anda tetap harus mengonsumsi obat ARV secara teratur sesuai aturan.

Pasalnya, obat herbal pada dasarnya bukanlah obat paten yang dibuat atau ditujukan untuk menyembuhkan HIV dan AIDS.

Hingga saat ini belum ada cukup bukti yang mendukung penggunaan obat alami untuk mengatasi infeksi dan gejala HIV sesuai stadiumnya, misalnya ruam kulit HIV.

Penggunaan obat HIV alami sejauh ini hanya sebatas rekomendasi untuk meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh. 

Jika dokter sudah membolehkan Anda untuk minum obat herbal, obat tersebut tetap harus diminum dengan hati-hati. 

Jangan lupa untuk selalu memeriksa informasi obat tersebut, mulai dari keamanan, cara pakai, penyimpanan, dan dosis minum yang tepat.

Memilih obat herbal yang aman untuk pengidap HIV

obat herbal kanker serviks

Sebelum sembarang membeli dan mengonsumsi, sebaiknya Anda cek dulu keaslian dan keamanan obat herbal tersebut.

Pastikan obat herbal yang Anda gunakan dalam pengobatan HIV telah terdaftar di BPOM dan teruji secara klinis. Berikut adalah cara untuk memastikan keamanan obat herbal HIV:

1. Cek kemasan

Teliti dahulu kemasan produk dengan memastikan boks kemasan tidak robek, gompal, sobek, ataupun penyok. Pastikan juga wadah obat tidak berlubang, berkarat, atau bocor.

Setelah itu, cek kapan produk tersebut dibuat dan tanggal kedaluwarsanya. Pastikan juga bahwa informasi berikut ada pada label semua suplemen herbal:

  • Nama suplemen
  • Nama dan alamat pabrik atau distributor
  • Daftar bahan komposisi lengkap, baik di brosur yang disertakan dalam kemasan atau tercantum di boks
  • Saran penyajian, dosis, dan jumlah bahan aktif
  • Nomor izin edar BPOM

2. Baca label kemasan

Baca dengan teliti label informasi obat yang tertera pada kemasan. Untuk menguji keamanan dan risikonya, Anda bisa menggunakan daftar pertanyaan ini:

  • Apakah ada kontraindikasi dan larangan?
  • Seperti apa cara pakainya yang benar, dan adakah batasan dosis per harinya?
  • Apa saja bahan aktif yang mungkin terkandung di dalamnya?
  • Apakah Anda memiliki alergi terhadap salah satu dari komposisi yang tertera?
  • Apakah dokter atau kondisi kesehatan yang Anda miliki saat ini melarang Anda untuk mengonsumsi salah satu bahan yang ada?
  • Apa ada pantangan makanan, minuman, obat-obatan, dan aktivitas yang harus dihindari sewaktu minum obat herbal tersebut?

Produsen suplemen herbal bertanggung jawab untuk memastikan bahwa klaim yang mereka buat tentang produk tersebut tidak salah atau menyesatkan.

Mengulas Obat Herbal: dari Kegunaan, Cara Memilih, Hingga Efek Sampingnya

3. Lihat logo golongan obatnya

Berdasarkan ketentuan BPOM, obat tradisional dibagi menjadi 3 kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar (OHT), dan fitofarmaka.

Agar sebuah obat herbal bisa dinyatakan aman untuk pengidap HIV dan AIDS, produk harus terlebih dulu dibuktikan keamanannya secara ilmiah melalui serangkaian uji klinis.

Obat herbal juga harus diuji dosis, cara penggunaan, efektivitas, monitoring efek samping, dan interaksinya dengan senyawa obat lain.

Fitofarmaka adalah satu-satunya golongan obat herbal yang telah lulus semua uji praklinis dan klinis pada manusia.

Maka dari itu, sebisa mungkin cari suplemen maupun produk obat herbal HIV yang berlabel “fitofarmaka’.

Apabila tidak yakin apakah obat herbal HIV dan AIDS yang Anda gunakan terdaftar serta aman atau tidak, cek di situs http://cekbpom.pom.go.id/.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Fao.org. (2017). Living well with HIV/AIDS. Retrieved 20 January 2021, from http://www.fao.org/docrep/005/Y4168E/y4168e10.htm

Geuenich, S., Goffinet, C., Venzke, S., Nolkemper, S., Baumann, I., Plinkert, P., Reichling, J., & Keppler, O. T. (2008). Aqueous extracts from peppermint, sage and lemon balm leaves display potent anti-HIV-1 activity by increasing the virion density. Retrovirology5, 27. https://doi.org/10.1186/1742-4690-5-27

Olatunya, O. S., Olatunya, A. M., Anyabolu, H. C., Adejuyigbe, E. A., & Oyelami, O. A. (2012). Preliminary Trial of Aloe Vera Gruel on HIV Infection. The Journal of Alternative and Complementary Medicine, 18(9), 850–853. https://doi.org/10.1089/acm.2010.0735

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Novita Joseph

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Penyakit yang Paling Berisiko Dialami oleh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Apakah HIV Bisa Sembuh dengan Sendirinya? Ini Jawabannya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan