Vaksinasi menjadi salah satu langkah pencegahan yang paling penting terhadap berbagai penyakit menular. Sudah banyak vaksin yang diproduksi agar Anda terhindar dari penyakit. Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah vaksin?
Era sebelum penemuan vaksin
Istilah vaksin baru dikenal saat vaksin cacar pertama kali berhasil ditemukan pada tahun 1796.
Sebelum itu, usaha untuk mencegah infeksi penyakit telah dilakukan sejak zaman Yunani kuno, tepatnya 429 Sebelum Masehi (SM).
Pada saat itu, seorang ahli sejarah Yunani menemukan bahwa sekelompok orang yang berhasil sembuh dari cacar tidak pernah terinfeksi untuk yang kedua kalinya.
Selanjutnya sekitar tahun 1000 Masehi, orang-orang Tiongkok mempraktikkan bentuk kuno dari vaksinasi atau juga dikenal sebagai variolasi.
Variolasi merupakan proses memindahkan virus cacar dari lesi atau luka infeksi pada penderita cacar ke orang sehat. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi cacar.
Teknik ini mulai menyebar ke tanah Eropa pada abad ke-18 saat terjadi wabah cacar. Hasilnya, variolasi mampu menurunkan tingkat kematian akibat cacar pada saat itu.
Sejarah vaksin: Edward Jenner, cacar sapi, dan variolasi
Vaksin yang pertama kali dibuat ialah untuk variola atau cacar. Vaksin ini dibuat untuk mencegah penyakit cacar yang sangat mematikan pada saat itu.
Edward Jenner merupakan seorang dokter yang menjadi pencetus vaksin cacar pada 1796. Tempat asalnya, Berkeley, merupakan sebuah wilayah pedesaan di Inggris.
Jenner memulai pengamatannya dengan mengambil nanah dari lesi cacar sapi (cowpox) pada tangan seorang pemerah susu.
Lalu, cairan ini disuntikkan pada seorang anak laki-laki berusia delapan tahun bernama James Phipps pada dua luka kecil di kulit tangannya.
Dalam penelitiannya ini, Jenner menjelaskan bahwa Phipps sempat mengalami keluhan berupa rasa tidak nyaman pada ketiak, kehilangan nafsu makan, dan sakit kepala.
Akan tetapi, pada hari-hari berikutnya Phipps merasa tubuhnya tidak sakit dan baik-baik saja.
Sekitar enam minggu kemudian, Jenner kembali melakukan variolasi dengan virus variola penyebab cacar (smallpox) yang sedang mewabah pada tangan Phipps.
Hasilnya, ternyata anak laki-laki tersebut tidak terinfeksi virus dan tetap sehat meski prosedur variolasi diulang dalam beberapa kali.
Dengan metode ini, Jenner berhasil membuktikan kekebalan terjadi setelah prosedur variolasi. Hal inilah yang menjadi asal mula perkembangan vaksin hingga saat ini.
Bagaimana Edward Jenner mendapat ide untuk vaksin?
Tentu, hal yang menarik ialah bagaimana cara seorang dokter yang tinggal di pedesaan dapat menemukan konsep asal mula vaksin di tengah keterbatasan fasilitas.
Pada awalnya, Edward Jenner memerhatikan penduduk pedesaan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai peternak sapi.
Mereka yang memerah susu sapi sering kali terinfeksi virus cacar sapi. Infeksi ini yang memicu munculnya lesi pustula pada tangan dan lengan.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, nyatanya orang yang pernah terinfeksi cacar sapi mendapatkan kekebalan (imunitas) terhadap infeksi variola yang mewabah pada saat itu.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Edward Jenner memulai penelitian klinis pertama di dunia.
Studi tersebut menghasilkan alternatif terhadap variolasi yang sudah berkembang di Asia pada tahun 1600-an serta di Eropa dan Amerika pada awal tahun 1700-an.
Metode ini terus mengalami perubahan medis dan teknologi selama 200 tahun. Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 1900-an, pemberantasan cacar berhasil dilakukan.
Bagaimana asal mula istilah vaksin?
Istilah vaksin yang digunakan oleh dr. Jenner bermula dari zat yang berasal dari cacar sapi. “Sapi” dalam bahasa Latin adalah “vacca“.
Istilah vaksin mengacu pada vaksin variola hingga Louis Pasteur, seorang ahli kimia asal Prancis, menemukan vaksin untuk rabies pada 1885.
Sejak saat itu, istilah vaksin lebih umum digunakan untuk menyebut suspensi berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dinonaktifkan.
Manfaat vaksin yakni untuk menimbulkan kekebalan tubuh dan mencegah infeksi penyakit.
Kesuksesan vaksin sebagai pencegahan penyakit
Vaksin terus berkembang dan jadi salah satu pilar utama untuk mencegah penyakit menular.
Salah satu tanda kesuksesan vaksin yang paling besar adalah ketika Badan Kesehatan Dunia (WHO) berhasil menghapuskan cacar dengan cara memperluas cakupan vaksinasi cacar hingga ke seluruh dunia pada tahun 1956.
Hingga akhirnya pada tahun 1980, cacar dinyatakan telah tereradikasi atau musnah secara total. Ini menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam dunia kedokteran.
Selain cacar, vaksin untuk beberapa penyakit menular lainnya juga sudah ditemukan dan menjadi bagian dari imunisasi wajib, seperti campak, polio, pertusis, difteri, dan tetanus.
Sejarah vaksin juga kian terlihat berkat penemuan vaksin COVID-19 dalam melawan pandemi virus corona (SARS-CoV-2).
Vaksinasi terbukti menekan penularan virus serta menurunkan tingkat komplikasi dan bahkan kematian pada orang yang mengalami COVID-19.
Melihat dari asal muasalnya, tujuan pembuatan vaksin tidak lain untuk menyelamatkan umat manusia dari penyakit menular yang mematikan.
Jangan sampai karena kelalaian dan informasi yang tidak jelas, Anda menjadi takut untuk mendapatkan vaksin yang bermanfaat.
[embed-health-tool-bmi]