Pernahkah Anda mendengar penyakit Minamata? Penyakit ini merupakan penyebab utama tragedi keracunan merkuri di Minamata, Jepang tahun 1958. Masih adakah wabah Minamata hingga sekarang? Simak lebih lanjut dalam ulasan berikut ini.
Apa itu penyakit Minamata?
Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah kondisi berupa kelainan pada fungsi saraf yang terjadi akibat keracunan merkuri.
Seseorang dengan kondisi ini umumnya dapat mengalami gangguan pada penglihatan, gangguan bicara, hingga mengalami kelumpuhan.
Mengutip Journal of Epidemiology, kasus minamata pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1950-an, tepatnya di sebuah daerah bernama Minamata.
Saat itu, masyarakat disana mengonsumsi ikan laut yang telah terkontaminasi oleh senyawa merkuri. Kontaminasi merkuri berasal dari limbah pabrik bahan kimia.
Akibatnya, banyak orang mengalami gejala berupa gangguan penglihatan, gangguan motorik, hingga meninggal dunia.
Terlebih lagi, makanan laut merupakan jenis makan yang memang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jepang, sehingga penyakit ini cukup mewabah di tahun 1950-an.
Meski begitu, telah lama penyakit ini tidak lagi menjadi wabah besar di Jepang. Kasus keracunan merkuri memang masih terjadi, tapi seiring waktu jumlah kasus semakin berkurang dan terkendali.
Tanda dan gejala penyakit Minamata
Penyakit Minamata menyerang fungsi sistem saraf dan dapat menyebabkan gelaja sebagai berikut.
- Ataksia, yaitu kurangnya koordinasi otot.
- Kesulitan mendengar atau melihat.
- Susah berjalan.
- Mati rasa pada tangan dan kaki.
- Tremor atau kejang-kejang.
Tingkat gejala penyakit ini cukup bervariasi, tergantung dengan seberapa banyak kontaminasi zat merkuri.
Dalam kasus yang parah, penyakit Minamata dapat merusak ginjal, otak hingga janin secara permanen, kelumpuhan, hingga kematian.
Kapan harus periksa ke dokter?
Sebaiknya, segera lakukan pemeriksaan apabila Anda mengalami gejala-gejala sepeti yang telah disebutkan di atas.
Jika Anda merasa terkena paparan merkuri karena menghirup gas atau menelan merkuri secara tidak sengaja, hingga menimbulkan gangguan pada pernapasan, segera periksakan diri Anda ke dokter.
Penyebab penyakit Minamata
Penyakit Minamata terjadi akibat mengonsumsi ikan atau biota laut yang terkontaminasi merkuri alias air raksa dalam jumlah yang banyak.
Merkuri adalah logam berat yang sulit untuk dicerna dan dikeluarkan oleh tubuh. Jika terkena merkuri dalam jumlah banyak, tubuh bisa mengalami keracunan serta mengganggu sistem saraf.
Sebenarnya, merkuri merupakan logam yang dapat ditemukan di alam. Seiring berjalannya waktu, merkuri dapat menumpuk pada tubuh ikan.
Kadar merkuri dalam ikan ini biasanya dipengaruhi oleh usia ikan, lingkungan tempat tinggalnya dan apa yang dimakannya.
Umumnya, jenis ikan besar atau ikan predator seperti hiu memiliki kadar merkuri yang cukup tinggi dibandingkan ikan lain yang lebih kecil.
Faktor risiko penyakit Minamata
Mengutip WHO, janin umumnya memiliki risiko yang tinggi terkena paparan merkuri. Paparan merkuri pada janin terjadi ketika ibu hamil mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri.
Kandungan merkuri di dalam ikan bisa masuk ke dalam plasenta dan memengaruhi perkembangan saraf dan motorik janin.
Selain ibu hamil, seseorang yang terpapar oleh merkuri dalam jangka panjang, seperti orang yang bekerja di pabrik atau nelayan, memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami keracunan merkuri.
Komplikasi penyakit Minamata
Pada beberapa kasus, paparan merkuri yang cukup tinggi dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius seperti:
- gagal ginjal,
- gangguan penglihatan atau buta,
- kerusakan otak,
- kerusakan paru permanen,
- pendarahan ekstrem,
- koma, dan
- kematian.
Diagnosis penyakit Minamata
Keracunan merkuri umumnya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar merkuri yang terdapat di dalam tubuh.
Untuk diagnosis yang lebih akurat, dokter mungkin akan melakukan berbagai pemeriksaan penunjang seperti berikut.
- Pemeriksaan sampel feses: untuk mengetahui apakah terjadi pendarahan pada saluran pencernaan.
- MRI: untuk mendeteksi tingkat penyusutan otak pada penderita penyakit minamata.
- Rontgen: untuk mengetahui persebaran merkuri yang telah masuk ke dalam tubuh
- Tes darah atau urine: untuk mendeteksi kadar merkuri
Selain itu, dokter mungkin akan melakukan prosedur elektrokardiografi (EKG) untuk mengevaluasi kesehatan jantung serta melakukan tes fungsi paru (PFT).
Pengobatan penyakit Minamata
Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus yang bisa menyembuhkan keracunan merkuri atau penyakit Minamata.
Namun, langkah awal pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan menghindari sumber paparan merkuri untuk mencegah paparan lebih lanjut.
Beberapa gejala penyakit ini dapat disembuhkan tergantung tingkat keparahan keracunan merkuri.
Obat antikonvulsan dan fisioterapi
Keracunan merkuri yang berdampak pada saraf dapat diobati dengan meminum obat-obatan atau menjalani fisioterapi.
Dalam beberapa kasus, pasien mungkin akan mengalami kejang-kejang. Dokter biasanya dapat meresepkan obat antikonvulsan untuk mengurangi gejalanya.
Alat bantu pernapasan dan pembersihan lambung
Apabila pasien menghirup merkuri dalam jumlah yang besar, dokter bisa memasang alat bantu napas, seperti intubasi, untuk melancarkan pernapasan pasien.
Jika keracunan merkuri terjadi akibat menelan ikan atau makanan yang mengandung merkuri, dokter akan melakukan pembersihan saluran cerna alias bilas lambung.
Prosedur bilas lambung ini dilakukan dengan cara memasukkan selang khusus dari hidung yang terhubung ke lambung guna mencuci dan mengeluarkan seluruh isi lambung.