Jika Anda sedang membaca tulisan ini, kemungkinan besar Anda pernah merasakan dada sakit saat makan, minum, atau menelan. Nyeri dada biasanya terjadi pada bagian tengah dada, persisnya di atas lambung atau perut Anda.
Kondisi ini bisa menyerang siapa pun tanpa memandang jenis kelamin atau rentang usia tertentu. Ada berbagai alasan mengapa dada bisa terasa sakit, terutama saat Anda menelan makanan atau minuman.
Untuk mencari tahu berbagai kemungkinan penyebabnya, simak penjelasan di bawah ini.
Kenapa saat makan dada terasa sakit?
Apabila rasa nyeri muncul ketika Anda menelan makanan, kemungkinan terbesarnya adalah adanya gangguan pada kerongkongan Anda.
Kerongkongan, yang juga dikenal dengan istilah esofagus, menghubungkan tenggorokan Anda dengan lambung.
Gangguan pada organ-organ tubuh tersebut bisa menimbulkan rasa sakit yang membakar pada dada. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab nyeri dada saat makan.
1. Penyakit asam lambung
Melansir Medline Plus, GERD atau yang juga dikenal dengan istilah gastroesophageal reflux disease dapat menjadi salah satu penyebab nyeri dada saat makan dan minum.
Saat GERD, asam lambung naik ke kerongkongan dan dapat menyebabkan sensasi terbakar atau nyeri di dada, terutama setelah makan.
Ini terjadi ketika katup antara lambung dan kerongkongan melemah atau tidak berfungsi dengan baik yang memungkinkan asam lambung untuk kembali ke atas.
GERD sering kali memburuk setelah makan, terutama jika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang memicu refluks asam, seperti makanan berlemak, pedas, atau minuman berkarbonasi.
2. Radang pada kerongkongan
Radang pada kerongkongan atau esofagitis adalah penyebab umum dada sakit saat makan. Esofagitis terjadi ketika dinding kerongkongan mengalami peradangan, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti refluks asam, infeksi, iritasi kimia, atau kondisi medis tertentu.
Esofagitis juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau virus yang menyebabkan peradangan pada kerongkongan.
Gejala umumnya termasuk rasa sakit di dada, kesulitan menelan, dan rasa tertekan di dada setelah makan.
3. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum juga dapat menjadi salah satu penyebab nyeri dada saat makan dan minum. Ini adalah luka yang terjadi pada lapisan dalam lambung, duodenum (bagian atas usus halus), atau esofagus.
Luka ini sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori atau penggunaan jangka panjang dari obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin.
Ketika seseorang dengan ulkus peptikum makan, terutama jika makanan tersebut mengiritasi luka, dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan di dada. Sensasi ini bisa berupa rasa terbakar, nyeri, atau perasaan tercekik.
4. Gangguan kantung empedu
Gangguan pada kantung empedu, seperti batu empedu atau kolesistitis (radang kantung empedu), dapat menyebabkan rasa sakit di daerah dada, khususnya setelah makan.
Batu empedu terbentuk ketika konsentrasi zat tertentu dalam empedu terlalu tinggi, yang dapat menyebabkan kristalisasi dan pembentukan batu kecil atau besar di dalam kantung empedu.
Ketika batu empedu bergerak atau tersumbat di saluran empedu, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam di daerah dada, terutama setelah makan makanan berlemak atau berat.
5. Kejang esofagus
Penyebab dada terasa sakit saat makan yang selanjutnya adalah kejang esofagus atau dikenal juga dengan dismotilitas esofagus.
Ini terjadi karena otot-otot esofagus dapat menyempit secara tiba-tiba saat terjadi kejang, yang dapat menyebabkan sensasi nyeri atau rasa tercekik di dada.
Penyebab pasti dari kejang esofagus tidak selalu jelas, tetapi faktor-faktor seperti stres, konsumsi makanan tertentu (misal makanan pedas atau panas), GERD, atau gangguan saraf bisa memicu kejang tersebut.
6. Akalasia
Normalnya, otot-otot pada kerongkongan akan berkontraksi dan mengendur sesuai dengan aktivitas pencernaan.
Namun, pada penderita akalasia, otot kerongkongan tidak mengendur dan gerakan makanan dari kerongkongan ke lambung menjadi terhambat.
Hal inilah yang menjadi penyebab kesulitan dalam menelan dan mungkin juga disertai dengan rasa nyeri di dada saat makan dan minum
7. Asma
Jika seseorang memiliki asma yang tidak terkendali, serangan asma yang parah atau persisten dapat menyebabkan rasa nyeri di dada, terutama saat bernapas atau melakukan aktivitas fisik, termasuk makan dan minum.
Selain itu, asma dan refluks asam sering kali terkait satu sama lain. Refluks asam, di mana asam lambung naik ke kerongkongan, dapat menyebabkan rasa terbakar atau nyeri di dada.
Jika seseorang dengan asma juga memiliki refluks asam, gejalanya mungkin lebih buruk saat makan dan minum.
8. Kanker esofagus
Penyebab nyeri dada saat makan dan minum yang selanjutnya adalah kanker esofagus. Ini adalah kondisi di mana sel-sel ganas berkembang di dalam lapisan esofagus.
Jika tumor berkembang, maka bisa menyebabkan berbagai gejala termasuk nyeri atau ketidaknyamanan di dada.
Selain itu, kanker esofagus juga bisa menyebabkan iritasi dan peradangan di sekitar area tumor. Ini dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan di dada, terutama saat makan makanan yang kasar atau berat.
Apakah dada sakit saat makan menjadi tanda serangan jantung?
Bagaimana cara mengatasi nyeri dada saat makan?
Pada dasarnya, untuk mengatasi nyeri dada saat makan perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
Namun, berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat membantu meredakan nyeri tersebut.
1. Cari tahu penyebabnya
Untuk mengetahui pengobatan yang tepat dalam mengatasi keluhan nyeri dada saat makan, Anda perlu mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.
Oleh karena itu, bila nyeri yang terjadi pada dada ini sering terjadi, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter untuk diagnosis yang tepat.
2. Perubahan pola makan
Cara yang dapat dilakukan selanjutnya adalah berusaha menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu atau memperparah nyeri dada, seperti makanan pedas, berlemak, asam, atau berkarbonasi.
Selain itu, cobalah untuk makan dalam porsi yang lebih kecil secara perlahan dan hindari untuk makan terlalu cepat.