Kolesistitis

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 14/08/2021

Kolesistitis

Definisi kolesistitis

Kolesistitis adalah penyakit berupa peradangan pada kantung empedu. Kantung empedu sendiri merupakan organ kecil di sisi kanan perut yang berfungsi untuk menyimpan cairan empedu.

Organ empedu menempel pada saluran tempat mengalirnya cairan empedu dari hati ke usus. Cairan empedu nantinya akan dikeluarkan dari kantung saat sedang makan untuk membantu mencerna lemak dari makanan.

Biasanya kolesistitis terjadi akibat adanya batu empedu yang terjebak di dalam saluran yang mengalirkan cairan empedu menuju usus. Bila dibiarkan, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Seberapa umumkah penyakit ini terjadi?

Kolesistitis merupakan kondisi yang umum terjadi. Kasusnya lebih banyak terjadi pada wanita dan biasanya dialami pada usia tua.

Namun, pada kolesistitis yang bukan disebabkan oleh kantung empedu, kejadiannya lebih banyak dialami oleh pria dibanding wanita.

Tanda dan gejala kolesistitis

Berdasarkan gejalanya, kolesistitis muncul dalam dua jenis, yaitu akut dan kronis.

Pada penyakit yang akut, gejala datang tiba-tiba, menyebabkan rasa sakit yang parah dan berkelanjutan.

Rasa sakit pada yang akut dimulai dari bagian tengah hingga perut kanan atas, lalu menyebar ke tulang belikat kanan atau punggung. Biasanya nyeri ini akan berlangsung 15 – 20 menit setelah makan.

Sedangkan pada penyakit yang kronis, serangan peradangan telah terjadi berulang kali sehingga nyerinya cenderung tidak terlalu parah dan tidak selama nyeri pada kolesistitis akut.

Di bawah ini berbagai gejala lainnya.

  • Nyeri di dada, punggung atas, atau bahu kanan.
  • Nyeri ketika bernapas, bergerak, atau ketika ditekan.
  • Bersendawa, mual, dan muntah, biasanya setelah makan makanan tinggi lemak.
  • Suhu tubuh rendah.
  • Kulit menguning.
  • Mata terlihat putih.
  • Tinja berwarna pucat.
  • Gatal pada kulit, terjadi jika saluran utama yang membawa empedu ke usus terhambat batu.

  • Demam dan menggigil, bila kantung empedu telah mengalami infeksi.

Mungkin ada beberapa tanda-tanda atau gejala yang tidak tercantum. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, silakan konsultasi dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Bila Anda baru mengalami gejala dan merasakan nyeri hebat, sebaiknya segera cari pertolongan medis. Anda juga harus periksa ke dokter bila nyeri sampai membuat Anda sulit berdiam diri.

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab kolesistitis?

Seperti yang telah disebutkan, seringnya peradangan pada kantung empedu disebabkan oleh adanya batu empedu yang menyumbat saluran tempat mengalirnya empedu menuju usus.

Akibatnya, cairan empedu menumpuk dan menyebabkan peradangan. Pada beberapa kasus, peradangan ini juga bisa berujung infeksi.

Selain itu, berikut beberapa gangguan pada empedu lainnya yang juga dapat menimbulkan kolesistitis.

  • Tumor. Tumor dapat menghambat jalan keluarnya empedu dari kantung empedu.
  • Penyumbatan saluran empedu. Tak harus disebabkan oleh batu empedu, saluran yang bengkok, rusak, atau mengalami luka juga dapat menyebabkan penyumbatan yang menyebabkan kolesistitis.
  • AIDS. AIDS dan infeksi virus tertentu lainnya juga dapat memicu peradangan.
  • Gangguan pada pembuluh darah. Beberapa penyakit tertentu dapat merusak pembuluh datah dan menurunkan aliran darah ke kantung empedu, sehingga menyebabkan kolesistitis.

Apa yang meningkatkan risiko terkena kolesistitis?

Selain riwayat memiliki batu empedu, Anda juga berisiko tinggi terhadap penyakit ini bila:

  • berjenis kelamin wanita dan berusia lebih dari 50 atau 60 tahun,
  • sering makan makanan yang tinggi lemak dan kolesterol,
  • kelebihan berat badan atau obesitas,
  • memiliki diabetes,
  • sedang hamil,
  • melakukan terapi penggantian estrogen atau pil KB, serta
  • mengalami penurunan berat badan yang cenderung cepat.
Perlu diketahui, tidak memiliki faktor-faktor di atas bukan berarti sama sekali tidak berisiko terkena penyakit. Maka dari itu, konsultasikanlah dengan dokter dan tetap jaga kesehatan agar terhindar dari masalah empedu.

Diagnosis dan pengobatan

Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit ini?

Pada awalnya, dokter tentu akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu dan menanyakan seputar gejala yang dialami beserta riwayat kesehatan Anda.

Bila dicurigai adanya kemungkinan terkena kolesistitis, dokter akan melakukan tes lanjutan guna menegakkan diagnosis. Berikut beberapa di antaranya.

  • Tes darah. Pengambilan sampel darah bertujuan untuk melihat adanya tanda-tanda masalah pada kandung empedu dan adanya kemungkinan infeksi.
  • Tes pencitraan. Tes pencitraan biasanya dilakukan dengan ultrasonografi pada perut, ultrasinigrafi endoskopi, atau CT scan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gambat kandung empedu yang juga mengungkap adanya tanda-tanda kolesistitis atau batu di saluran empedu Anda.
  • Hepatobiliary iminodiacetic acid (HIDA). Tes ini akan melacak produksi dan aliran empedu dari hati ke usus kecil. Dari tes inilah nantinya akan diketahui ada atau tidaknya masalah penyumbatan. Tes dilakukan dengan menyuntikkan pewarna radioaktif ke dalam tubuh. Nantinya, pewarna ini menempel pada sel-sel penghasil empedu sehingga dapat dilihat saat bergerak bersama cairan empedu.

Apa saja pilihan pengobatan untuk kolesistitis?

Biasanya, Anda perlu menjalani pengobatan di rumah sakit bila terkena kolesistitis.

Pada saat perawatan, Anda akan diberikan obat-obatan penghilang nyeri, antibiotik untuk mengobati infeksi, serta infus cairan agar terhindar dari dehidrasi.

Pada masa tersebut, dokter juga akan menyuruh Anda berpuasa. Hal ini dilakukan untuk memberi waktu istirahat bagi kantung empedu.

Biasanya, gejala akan menghilang dalam 2 – 3 hari setelah perawatan. Namun, peradangan pada kantung empedu bisa terulang kembali.

Pada beberapa kasus, pasien harus segera menjalani operasi untuk menyembuhkan penyakit ini. Bergantung dengan kondisi pasien, ada beberapa prosedur yang bisa dipilih guna mengobati kolesistitis.

Kolesistektomi laparoskopi

Kolesistektomi laparoskopi merupakan salah satu prosedur pengangkatan kantung empedu.

Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada perut dan mengangkat kantung empedu dengan menggunakan bantuan alat berupa kamera kecil bernama laparoskop.

Nantinya setelah dioperasi, cairan empedu akan langsung mengalir dari hati menuju usus kecil. Biasanya prosedur ini dilakukan pada orang-orang yang terkena kolesistitis akut setelah sehari atau dua hari didiagnosis penyakit.

Kolesistektomi perkutan

Prosedur ini melibatkan pengurasan kantung empedu guna mencegah penyebaran infeksi. Biasanya prosedur ini dilakukan pada pasien yang terlalu sakit untuk menjalani operasi.

Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)

Bila pasien memiliki batu empedu atau penyumbatan pada saluran empedu, maka ERCP akan dilakukan.

Prosedur ERCP bertujuan untuk menghilangkan batu atau sesuatu yang menghalangi saluran empedu. ERCP dilakukan oleh seorang ahli endoskopi.

Pengobatan kolesistitis di rumah

Tentunya perawatan tidak hanya bergantung pada obat-obatan dan operasi saja. Bila Anda ingin cepat pulih, maka Anda juga harus melakukan berbagai perubahan kebiasaan seperti di bawah ini.

  • Makan makanan yang bergizi, perbanyak konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian, hindari makanan yang berlemak tinggi serta yang mengandung banyak kolesterol.
  • Jaga berat badan yang ideal, terutama bila tubuh Anda sudah mencapai berat badan berlebih, sebaiknya benahi menu makan sehari-hari dan rutin berolahraga yang disarankan untuk pasien batu empedu.
  • Pastikan turun berat badan dengan perlahan, misalnya hanya 0,5 kilogram per minggu.

Jangan lupa selalu waspada dan perhatikan beberapa gejala yang muncul di tubuh Anda. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 14/08/2021

Iklan
Iklan
Iklan