backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Keracunan Obat

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 10/03/2023

Keracunan Obat

Keracunan obat adalah salah satu efek samping dari penggunaan obat-obatan yang perlu Anda waspadai. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala, penyebab, dan pengobatan yang tepat untuk kondisi ini.

Apa itu keracunan obat?

Keracunan obat atau dalam ilmu farmakologi disebut toksisitas obat (drug toxicity) terjadi ketika tubuh telah mengumpulkan terlalu banyak kandungan obat di dalam aliran darah.

Toksisitas obat sendiri mengacu pada kemampuan suatu zat (dalam hal ini, obat-obatan) untuk mengakibatkan efek negatif, seperti ketidaknyamanan, kesakitan, dan bahkan kematian.

Konsumsi lebih dari satu jenis obat dalam satu waktu berisiko menimbulkan interaksi obat. Hal ini dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping serius.

Interaksi obat juga dapat terjadi bila Anda mengonsumsi obat dengan makanan atau minuman tertentu, seperti alkohol atau jeruk bali merah (grapefruit).

Toksisitas obat tidak hanya terjadi bila seseorang mengonsumsi obat dalam jumlah berlebihan.

Seseorang yang menunjukkan hipersensitivitas (terlalu sensitif) pada bahan aktif tertentu dalam obat berisiko mengalami toksisitas obat, bahkan setelah minum obat sesuai dosis dan aturan pakai.

Perbedaan keracunan dan overdosis obat

Keracunan/toksisitas dan overdosis obat sering kali dianggap sama. Padahal, toksisitas terjadi karena seseorang menggunakan obat dengan dosis normal dalam waktu yang lama, sedangkan overdosis terjadi saat seseorang mengonsumsi obat dengan dosis berlebih dalam satu waktu.

Penyebab keracunan obat

gejala keracunan obat

Salah satu penyebab umum keracunan obat adalah konsumsi obat yang berlebihan. Akibatnya, ada terlalu banyak kandungan obat yang masuk ke dalam tubuh.

Kondisi ini dapat terjadi bila Anda minum obat melebihi dosis yang ditentukan. Keracunan juga mungkin terjadi bila dosis yang diresepkan oleh dokter terlalu tinggi.

Penggunaan obat-obatan dalam waktu yang lebih lama juga berisiko membuat obat menumpuk dalam aliran darah. Seiring waktu, kondisi ini bisa mengakibatkan toksisitas obat.

Selain itu, beragam faktor lain, seperti usia pasien, fungsi ginjal, dan kecukupan cairan tubuh memengaruhi seberapa cepat tubuh mendetoksifikasi dan menghilangkan zat tersebut.

Karena hal tersebut, dokter mungkin menganjurkan tes darah rutin untuk memantau kadar obat di dalam aliran darah Anda.

Tanda dan gejala keracunan obat

Gejala keracunan obat pada umumnya hampir sama dengan efek samping obat, tetapi dengan tingkatan yang lebih parah.

Selain itu, gejala yang muncul tergantung pada jenis obat, dosis, hingga kondisi kesehatan orang tersebut secara keseluruhan.

Beberapa tanda dan gejala umum dari toksisitas obat antara lain:

  • mual dan muntah,
  • sakit perut,
  • diare,
  • feses berdarah,
  • sakit kepala,
  • kebingungan,
  • kejang,
  • detak jantung cepat atau lambat,
  • penurunan tekanan darah,
  • kesulitan bernapas, dan
  • penurunan kesadaran atau pingsan.

Seperti dijelaskan di atas, gejala yang muncul mungkin berbeda-beda, tergantung jenis obatnya.

Sebagai contoh, kasus keracunan paracetamol seperti dikutip dari Merck Manuals bisa menimbulkan gejala berupa hilang nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, dan tidak enak badan.

Keracunan paracetamol yang lebih parah berisiko menyebabkan kerusakan hati, perdarahan lambung, dan gangguan fungsi ginjal.

Pertolongan pertama untuk keracunan obat

pertolongan pertama pada keracunan obat

Berikut ini adalah beberapa langkah pertolongan pertama untuk keracunan obat.

  1. Perhatikan gejala-gejala keracunan, seperti mual, muntah, pusing, sakit kepala, linglung, kejang, atau bahkan pingsan.
  2. Segera hubungi layanan kontak darurat (112), lalu sampaikan gejala yang muncul, jenis obat yang diminum, dosis obat, dan waktu terakhir obat tersebut digunakan.
  3. Ikuti petunjuk pertolongan pertama pada korban keracunan yang diberikan oleh dokter atau tenaga medis yang terhubung melalui layanan kontak darurat.
  4. Pastikan jalan napas korban terbuka. Lalu, lakukan pengecekan tanda-tanda vital pada tubuh korban, terutama denyut nadi dan laju pernapasannya.
  5. Jika korban tidak merespons dan denyut nadi tidak terasa, Anda dapat memberikan resusitasi jantung-paru (cardiopulmonary resuscitation/CPR) dan napas buatan.
  6. Jangan memberikan obat, makanan, atau minuman apa pun untuk menetralkan racun kecuali petugas medis menyarankannya.
  7. Baringkan tubuh korban menghadap kiri dan buatlah ia senyaman mungkin. Jika korban muntah, segera bersihkan mulutnya agar tidak menghalangi jalan napas.

Pertolongan pertama di atas hanya bertujuan untuk memberikan bantuan sementara hingga ambulans dan petugas medis datang ke lokasi.

Pengobatan untuk keracunan obat

Dokter mendiagnosis keracunan obat melalui tes darah laboratorium. Tes ini akan mengukur peningkatan kadar obat dalam darah atau gangguan pada fungsi organ tubuh.

Penanganan keracunan di rumah sakit, seperti pemberian cairan infus atau terapi oksigen, akan membuat kondisi pasien tetap stabil selama menjalani pengobatan.

Selain itu, dokter juga akan melakukan terapi dekontaminasi untuk mengurangi jumlah obat dari dalam tubuh dengan beberapa metode di bawah ini.

1. Terapi arang aktif

Pemberian arang aktif (activated charcoal) dapat membantu mengikat obat-obatan yang belum terserap dalam saluran pencernaan dan mencegah penyerapan lebih lanjut. 

Dokter atau petugas medis akan memberikan arang aktif secepat mungkin setelah keracunan terjadi, selambat-lambatnya 1–2 jam setelah konsumsi obat tersebut.

Dosis dan durasi pemberian akan ditentukan oleh dokter atau petugas medis yang merawat.

2. Bilas lambung

Cara mengatasi keracunan obat lainnya yakni dengan prosedur bilas lambung (gastric lavage).

Prosedur yang bertujuan membersihkan lambung dari obat ini dilakukan dengan memasukkan cairan melalui selang nasogastric (NGT), kemudian mengeluarkannya kembali. 

Cairan yang digunakan dapat berupa air biasa atau larutan garam (saline). Cairan membantu mengikat dan membersihkan obat yang ada dalam saluran pencernaan.

3. Cuci darah

Toksisitas obat juga sering terjadi pada kelompok lansia yang mengalami gangguan fungsi ginjal, padahal ginjal diperlukan untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh.

Dalam kondisi kritis ini, dokter juga akan melakukan prosedur cuci darah (hemodialisis) untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien.

Prosedur ini membantu mengeluarkan kelebihan obat dalam aliran darah dan mempersingkat waktu paparan obat yang mematikan.

Keracunan obat merupakan kondisi serius sehingga pasien memerlukan perawatan medis yang tepat.

Apabila Anda mencurigai diri sendiri maupun orang lain mengalami gejala keracunan setelah minum obat, segeralah cari bantuan medis darurat.

Kesimpulan

  • Keracunan atau toksisitas obat terjadi saat tubuh mengumpulkan terlalu banyak obat dalam aliran darah.
  • Kondisi ini dapat menyebabkan beberapa gejala umum, termasuk mual, muntah, sakit perut, kebingungan, kejang, hingga penurunan kesadaran.
  • Penanganan keracunan pada umumnya melibatkan perawatan di rumah sakit, seperti dengan terapi arang aktif, bilas lambung, dan hemodialisis.
  • Lakukan pertolongan pertama dan hubungi layanan darurat bila Anda maupun orang lain mengalami tanda-tanda keracunan obat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 10/03/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan