backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kenali Beragam Cara Memberikan Napas Buatan dalam Kondisi Darurat

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 25/05/2021

    Kenali Beragam Cara Memberikan Napas Buatan dalam Kondisi Darurat

    Resusitasi jantung dan paru atau CPR adalah pertolongan pertama untuk situasi darurat, misalnya karena serangan jantung atau saat tenggelam. Dalam prosedur CPR tersebut terdapat teknik napas buatan untuk memberikan pasokan oksigen pada orang yang kesulitan bernapas. Anda bisa memberikan pernapasan buatan secara manual atau memanfaatkan alat bantu pernapasan. Simak beberapa cara memberikan napas buatan dalam ulasan berikut.

    Beragam teknik pemberian napas buatan 

    Kecelakaan berat seperti terjatuh dari tempat tinggi, tenggelam, dan cedera berat bisa membuat seseorang kehilangan kesadaran (pingsan) dan mengalami henti napas.

    Henti napas akan menghentikan pasokan oksigen ke seluruh tubuh sehingga memicu kerusakan otak.

    Jika hal ini dibiarkan, dalam waktu kurang dari 10 menit bahkan bisa menyebabkan kematian.

    Pertolongan pertama cardiopulmonary resuscitation (CPR) yang terdiri dari tahapan kompresi dada, pembukaan jalan napas, dan pemberian napas buatan bisa mengatasi kondisi darurat ini.

    Berikut ini adalah beberapa cara memberikan napas buatan yang perlu Anda pahami dengan baik.

    1. Pernapasan dari mulut ke mulut

    napas buatan dalam CPR

    Pemberian napas buatan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth breathing) berguna untuk mempertahankan suplai oksigen ke dalam darah.

    Melansir Harvard Health, pernapasan buatan dari mulut ke mulut pada korban yang tidak bereaksi atau mengalami henti napas bisa dilakukan mengikuti langkah-langkah di bawah ini.

    • Posisikan tubuh korban dalam keadaan telentang dan bebaring di atas permukaan yang datar dan keras.
    • Pastikan tidak ada objek yang menghalangi jalan pernapasan di dalam mulut. Jika ada, segera singkirkan.
    • Miringkan kepala korban sedikit untuk membuka jalan napas.
    • Tekan dan angkat dagu korban secara perlahan.
    • Cubit lubang hidung korban dengan jari telunjuk dan ibu jari.
    • Letakkan mulut Anda yang terbuka hingga menutup mulut korban. Anda bisa memberikan napas pada hidungnya ketika ada luka di mulut.
    • Tiupkan napas sambil memperhatikan pergerakan dada korban. Jika dada naik dan korban kembali bernapas dan sadar artinya cara ini berhasil.
    • Apabila dada tidak terlihat naik, berikan kembali napas dari mulut Anda.

    Sebelumnya, teknik napas buatan dari mulut ke mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam prosedur CPR.

    Namun, dokter dan ahli sudah tidak lagi merekomendasikan orang biasa untuk melakukan teknik pernapasan buatan ini.

    Pasalnya, cara memberikan napas buatan ini tidak efektif jika dilakukan oleh orang tidak pernah mengikuti pelatihan CPR. 

    Bila orang yang memberikan pertolongan belum pernah mengikuti pelatihan, cara memberikan napas buatan ini ditakutkan justru menimbulkan kesalahan saat menolong.

    Hal ini didukung dari temuan dalam beberapa penelitian. 

    Sebuah riset dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) tahun 2012 menunjukkan dari seluruh korban yang menerima napas buatan CPR, hanya 2% yang akhirnya bisa diselamatkan dan pulih kembali.

    Selama ini, teknik napas buatan memang sulit dilakukan sehingga memerlukan latihan yang cukup. Petugas kesehatan terlatih pun seringkali kesulitan melakukannya.

    Di samping itu, pemberian napas dari mulut ke mulut berisiko menularkan penyakit, baik dari korban kepada sang penolong maupun sebaliknya.

    2. Masker CPR

    masker CPR napas buatan

    Masker CPR merupakan alat bantu pernapasan yang digunakan dalam pertolongan resusitasi jantung paru.

    Komponen masker CPR terdiri dari masker yang dipasangkan pada mulut dan hidung dan pompa udara untuk memasok oksigen pada korban yang mengalami henti napas.

    Alat ini bisa menggantikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut pada korban yang diketahui memiliki penyakit infeksi yang bisa ditularkan dari pernapasan.

    Akan tetapi, masker CPR sebenarnya tidak menghasilkan napas buatan yang sama efektifnya seperti teknik dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh tenaga terlatih.

    Selain itu, alat bantu pernapasan ini tidak bisa digunakan oleh sembarang orang.

    Hanya orang yang mengikuti pelatihan CPR berlisensi medis yang mengetahui penggunaan masker CPR secara tepat.

    3. Masker dan selang oksigen

    terapi oksigen pengobatan ppok

    Jika korban yang mengalami kecelakaan berat masih bisa bernapas sendiri, Anda bisa memberikan napas buatan melalui masker dan selang oksigen.

    Kedua alat bantu pernapasan ini biasanya terhubung dengan tabung yang menampung oksigen.

    Selang terpasang pada masker yang dipakaikan pada mulut dan hidung korban untuk mengalirkan oksigen tambahan ke dalam tubuh.

    Cara memberikan napas buatan ini lebih membantu korban yang mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas, tapi tidak efektif untuk korban yang mengalami henti napas.

    Anda memang bisa membeli tabung oksigen beserta masker dan selangnya di apotek, klinik, atau rumah sakit, tetapi kadar oksigen pada tabung biasanya terbatas.

    4. Intubasi

    Semua harus tahu hubungan mendengkur dan infeksi COVID-19

    Intubasi adalah teknik pernapasan buatan yang dilakukan dokter atau petugas medis untuk memberikan oksigen selama pasien kehilangan kesadaran atau tidak dapat bernapas.

    Prosedur intubasi biasanya dilakukan pada pasien di instalasi gawat darurat atau ICU.

    Cara meberikan napas buatan dilakukan dengan memasukan alat endotracheal tube atau ventilator pada batang tenggorokan pasien.

    Bila belum pernah mengikuti pelatihan CPR, Anda tidak perlu memberikan napas buatan saat menolong orang yang kehilangan kesadaran atau mengalami henti napas.

    Anda cukup melakukan CPR dengan cara kompresi dada. Penting juga untuk selalu diingat, pertolongan pertama dengan CPR sifatnya membantu dan tidak menggantikan penanganan medis.

    Oleh karena itu, Anda tetap perlu menghubungi ambulans saat terjadi kecelakaan berat atau sitauasi darurat lainnya. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 25/05/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan