Mengenali Jenis Pelecehan Seksual, Bukan Cuma Rayuan
Istilah pelecehan seksual mungkin sering dikaitkan dengan sentuhan fisik yang tak diinginkan. Padahal, bentuk pelecehan ini bisa melibatkan aktivitas non-fisik yang sama-sama berdampak buruk bagi kesehatan tubuh dan mental korban.
Apa itu pelecehan seksual?
Pelecehan seksual adalah aksi tidak senonoh yang melibatkan tindakan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban.
Tindakan ini merupakan salah satu jenis kekerasan seksual yang paling sering memakan korban.
Menurut Komnas Perempuan Indonesia, setidaknya ada 6 perilaku yang mencerminkan pelecehan seksual, yaitu:
siulan,
main mata,
ucapan bernuansa seksual,
menunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual,
colekan atau sentuhan di bagian tubuh, dan
gerakan atau isyarat yang bersifat seksual.
Perilaku tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, hingga berpotensi menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.
Selain itu, tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, tak peduli jenis kelamin dan usia.
Dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan juga bisa menjadi pelaku atau korban.
Jenis-jenis pelecehan seksual
Salah satu bentuk kekerasan seksual ini sering disalahpahami sebagai sebatas godaan dan sentuhan fisik.
Padahal, ada beberapa lagi tindakan yang termasuk pelecehan seksual seperti contoh berikut ini.
1. Pelecehan jenis kelamin
Tindakan yang mencerminkan pelecehan gender atau jenis kelamin dapat berupa komentar cabul atau candaan seks yang bikin risi.
Pelecehan ini memang tak pandang jenis kelamin, tetapi umumnya perempuan lebih banyak menjadi korban ketimbang laki-laki.
Sebagai contoh, seseorang menyebutkan anggota tubuh seperti payudara dan alat kelamin sebagai bahan candaan untuk merendahkan korban.
2. Perilaku menggoda
Pernahkah Anda mengalami catcalling? Ini merupakan salah satu perilaku menggoda yang cukup mengganggu, terutama saat Anda sedang sendirian.
Tak jarang, pelaku pelecehan dapat mengulangi ajakan seksual yang tak diinginkan dengan rayuan, teror, desakan, dan lainnya.
Menurut buku In Key Topics in Health, Nature, and Behavior (2017), catcalling dapat mengakibatkan korban memiliki citra tubuh (body image) negatifhingga depresi.
3. Penyuapan seksual
Penyuapan seksual terjadi ketika ada permintaan aktivitas seksual dari pelaku dengan janji imbalan atau hadiah.
Imbalan ini tidak sebatas materi seperti uang atau barang mahal, tapi juga bisa berupa jabatan atau posisi tertentu.
Tak hanya pada orang dewasa, penyuapan seksual juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja.
Pemaksaan aktivitas seksual biasanya dilakukan dengan ancaman atau hukuman.
Pada orang dewasa, pemaksaan seksual ini bisa dengan mengancam akan menghentikan sokongan finansial, pencabutan jabatan, hingga pembunuhan.
Pada anak-anak, hukuman dan ancaman atas pemaksaan seksual bisa berupa kekerasan dan hal lain yang ditakuti anak.
5. Penyerangan seksual
Penyerangan seksual merupakan perilaku yang meliputi sentuhan fisik seperti meraba dan meraih secara paksa.
Tindakan ini juga tak hanya dapat terjadi di tempat sepi atau ruang publik yang berdesakan, tapi juga di kantor, transportasi umum, bahkan di rumah.
Dampak buruk pelecehan seksual
Pelecehan seksual bukanlah tindakan sederhana yang dapat dilupakan begitu saja oleh korban.
Tak hanya merugikan kesehatan fisik, pelecehan ini juga dapat meninggalkan dampak buruk bagi kesehatan mental.
Berikut ini sejumlah efek buruk pelecehan seksual bagi kesehatan.
1. Meninggalkan trauma
Mengalami pelecehan seksual tentu dapat meninggalkan trauma pada korban.
Pasalnya, tindakan pelaku tersebut merupakan hal tak terduga yang dapat meninggalkan rasa tak nyaman, bahkan stres yang berkepanjangan.
Terlebih, masyarakat justru cenderung menyalahkan korban karena dianggap tidak bisa menjaga diri.
Meskipun hal ini tentu tidak benar, korban yang disudutkan terus-menerus biasanya akan jadi menyalahkan diri sendiri.
2. Menyebabkan depresi
Pelecehan seksual bisa menjadi salah satu stressor yang berkaitan dengan peningkatan risiko depresi.
Hal ini dibuktikan dengan hasil studi dalam jurnal Society And Mental Health (2011) yang melibatkan beberapa karyawan perkantoran.
Karyawan laki-laki maupun perempuan yang mengalami pelecehan seksual memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya.
Gejala depresi dapat ditandai dengan perasaan sedih, frustasi, mudah tersinggung, dan putus asa.
3. Mengalami luka fisik
Korban pelecehan seksual juga dapat mengalami luka fisik yang membekas dan menyakitkan.
Luka tersebut bisa diakibatkan oleh proses pemaksaan maupun sebagai bentuk hukuman agar korban menuruti permintaan pelaku.
Tak jarang, luka fisik yang dialami korban cukup serius hingga memerlukan perawatan intensif.
Luka fisik juga tidak melulu dilakukan oleh pelaku secara langsung. Ini juga bisa dilakukan oleh korban sendiri karena sedang diancam oleh pelaku.
4. Meningkatkan gangguan tidur dan risiko hipertensi
Siapa sangka bahwa pelecehan seksual juga dapat menyebabkan korban berisiko mengalami penyakit jantung?
Menurut riset dalam jurnal JAMA Internal Medicine (2019), pelecehan seksual erat kaitannya dengan masalah tidur dan tekanan darah tinggi.
Riset tersebut melibatkan 304 karyawan berusia 40 – 60 tahun. Peserta yang pernah mengalami kekerasan seksual memiliki risiko hipertensi lebih tinggi.
Seperti yang Anda ketahui, hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Penanganan untuk dampak kesehatan
Pengalaman buruk akibat pelecehan seksual yang dialami korban tak bisa dianggap sebelah mata.
Pasalnya, kondisi kesehatan fisik dan mental yang terluka memerlukan penanganan yang serius agar tak berdampak jangka panjang.
Berikut ini upaya yang bisa dilakukan oleh korban maupun kerabat atau keluarga untuk menangani dampak kesehatannya.
Segera laporkan pelecehan tersebut ke pihak berwajib agar pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
Mendatangi fasilitas layanan kesehatan untuk penanganan luka fisik.
Dapatkan bantuan konsultasi dengan tenaga medis profesional (psikiater/psikolog) untuk masalah psikologis yang dialami pasca pelecehan.
Temukan support system yang dapat dipercaya untuk membantu memulihkan diri.
Dampak buruk pelecehan seksual ini, terutama pada aspek psikologis, dapat berlangsung dalam jangka waktu lama.
Oleh karena itu, korban memerlukan pendampingan yang tepat agar masalah kesehatan yang dialami tidak memburuk.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Instrumen Modul & Referensi Pemantauan. (2022). Retrieved 6 December 2022, from https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/15-bentuk-kekerasan-seksual-sebuah-pengenalan
15 Bentuk kekerasan seksual.pdf. (2022). Retrieved 6 December 2022, from https://drive.google.com/file/d/1jtyyAgVsjO0O7bRUqE00zWM_pzADMEs8/view
Spotting signs of child sexual abuse. (2022). Retrieved 6 December 2022, from https://www.nhs.uk/live-well/spotting-signs-of-child-sexual-abuse/
Sexual Violence – World Health Organization (WHO). Retrieved 6 December 2022, from https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/77434/WHO_RHR_12.37_eng.pdf
Gale, S., Mordukhovich, I., Newlan, S., & McNeely, E. (2019). The Impact of Workplace Harassment on Health in a Working Cohort. Frontiers In Psychology. doi: 10.3389/fpsyg.2019.01181
Sexual assault, harassment linked with long-term health problems in women. (2018). Retrieved 6 December 2022, from https://www.hsph.harvard.edu/news/hsph-in-the-news/sexual-assault-harassment-health-problems-women/
Houle, J., Staff, J., Mortimer, J., Uggen, C., & Blackstone, A. (2011). The Impact of Sexual Harassment on Depressive Symptoms during the Early Occupational Career. Society And Mental Health. doi: 10.1177/2156869311416827
Fisher, S., Lindner, D., & Ferguson, C. J. (2017). The effects of exposure to catcalling on women’s state self-objectification and body image. In Key Topics in Health, Nature, and Behavior. Springer, Cham.
Thurston, R., Chang, Y., Matthews, K., von Känel, R., & Koenen, K. (2019). Association of Sexual Harassment and Sexual Assault With Midlife Women’s Mental and Physical Health. JAMA Internal Medicine. doi: 10.1001/jamainternmed.2018.4886
Versi Terbaru
05/01/2023
Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany
Ditinjau secara medis olehdr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.