backup og meta

Kista Otak, Kenali Gejala hingga Pengobatannya

JenisGejalaPenyebabPengobatan

Otak merupakan organ vital yang mengatur hampir seluruh fungsi tubuh, mulai dari berpikir, bergerak, hingga bernapas. Dengan perannya yang sangat penting, setiap gangguan di otak, sekecil apa pun, perlu diperhatikan dengan serius, termasuk keberadaan kista. Ketahui selengkapnya terkait kista otak di bawah ini. 

Kista Otak, Kenali Gejala hingga Pengobatannya

Jenis-jenis kista otak

Kista otak adalah benjolan berisi cairan yang bisa muncul di berbagai bagian otak.

Kista bisa terbagi dalam beberapa jenis. Sebagian besar jenis kista di batang otak atau bagian otak lainnya bersifat jinak dan sering tidak menimbulkan gejala, tapi beberapa di antaranya bisa menekan jaringan otak dan perlu pengobatan.

Berikut jenis-jenis kista yang bisa terbentuk di otak.

  • Kista koloid. Terbentuk di tengah otak (ventrikel ketiga), dapat menyumbat aliran cairan otak dan menyebabkan sakit kepala atau pingsan tiba-tiba.
  • Kista epidermoid. Terbentuk dari sel-sel kulit yang terperangkap saat perkembangan janin. Isinya mirip serpihan kulit atau keratin.
  • Kista dermoid. Mengandung jaringan seperti rambut, kelenjar minyak, atau lemak. Umumnya bawaan lahir.
  • Kista pineal. Terletak di kelenjar pineal. Biasanya tidak menimbulkan gejala, tapi bisa menyebabkan sakit kepala jika membesar.
  • Kista pleksus koroid. Ditemukan di jaringan otak yang menghasilkan cairan serebrospinal. Umumnya terdeteksi saat pemeriksaan janin dan bisa hilang sendiri.
  • Kista glioependimal. Jarang terjadi, terbentuk dari jaringan otak dan saluran cairan otak (ependim). Bisa mengganggu fungsi otak jika tumbuh besar.
  • Kista fisura koroid. Terletak di celah kecil antara bagian otak. Biasanya tidak menyebabkan gejala dan ditemukan secara tidak sengaja.
  • Kista celah rathke. Terletak di dekat kelenjar hipofisis (pituitari). Bisa mengganggu penglihatan atau hormon jika ukurannya besar.
  • Kista neuroglial. Terjadi akibat kerusakan jaringan otak, misalnya setelah cedera atau infeksi. Rongga yang terbentuk terisi cairan.

Gejala kista otak

Kista pilar

Secara umum, banyak kista otak tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) dan ditemukan secara kebetulan saat CT scan atau MRI.

Bahkan, studi dalam jurnal Surgical Neurology International menunjukkan, lebih dari 94% pasien tidak menunjukkan gejala dan kistanya jarang bertumbuh atau menyebabkan masalah kesehatan serius.

Namun, jika benjolan tumbuh cukup besar atau terletak di area penting otak, gejala bisa muncul akibat tekanan pada jaringan otak atau gangguan aliran cairan otak (CSF).

Berikut adalah gejala umum yang dapat terjadi akibat kista di otak.

  • Sakit kepala. Gejala paling sering, bisa ringan hingga berat, dan mungkin terjadi secara terus-menerus.
  • Mual dan muntah. Terjadi jika benjolan menyebabkan peningkatan tekanan dalam tengkorak (intrakranial).
  • Gangguan penglihatan. Seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau kehilangan sebagian bidang pandang.
  • Masalah keseimbangan atau koordinasi. Benjolan yang menekan otak kecil (cerebellum) bisa menyebabkan sulit berjalan atau gemetar.
  • Kejang. Terjadi ketika benjolan mengiritasi jaringan otak, terutama pada kista jenis epidermoid atau dermoid.
  • Perubahan perilaku atau kebingungan. Jika bagian otak depan terpengaruh, bisa menyebabkan perubahan kepribadian atau kebingungan.
  • Kelemahan atau mati rasa. Bisa terjadi pada satu sisi tubuh jika benjolan menekan jalur saraf motorik atau sensorik.
  • Gangguan hormon. Jika benjolan berada di area pituitari atau hipotalamus, bisa mengganggu produksi hormon (misalnya siklus menstruasi tidak teratur, pertumbuhan lambat, atau haus berlebihan).
  • Pembesaran kepala pada bayi. Untuk bayi dan anak kecil, benjolan bisa menyebabkan kepala membesar (hidrosefalus), iritabilitas, atau keterlambatan perkembangan.

Apakah kista otak berbahaya?

Sebagian besar kista otak tidak berbahaya dan sering tidak menimbulkan gejala. Namun, benjolan bisa menjadi berbahaya jika tumbuh besar atau terletak di bagian otak yang penting, karena bisa menekan jaringan otak atau mengganggu aliran cairan otak. Dalam kasus yang jarang, kista bisa menyebabkan komplikasi serius seperti pecah atau perdarahan.

Penyebab kista otak

Penyebab kista otak dapat bermacam-macam tergantung dari jenisnya. Namun, beberapa penyebab yang diketahui meliputi berikut ini.

  • Bawaan sejak lahir (kongenital). Banyak kista, seperti kista arachnoid, epidermoid, dan dermoid, terbentuk saat janin berkembang karena sel atau membran tidak tumbuh dengan sempurna di otak. 
  • Perkembangan jaringan yang tidak normal saat janin. Kista epidermoid dan dermoid muncul karena sel kulit atau jaringan lain terperangkap di otak saat pembentukan awal otak sekitar minggu ke‑3 hingga ke-6 kehamilan. 
  • Cedera kepala (trauma). Trauma ringan atau berat ke kepala bisa memicu terbentuknya kista arachnoid sekunder, setelah darah atau cairan terbentuk dan membelah lapisan otak. 
  • Infeksi otak atau meningitis. Setelah infeksi berat, jaringan otak bisa rusak dan membentuk kantung berisi cairan (kista) sebagai hasil dari penyembuhan tubuh. 
  • Komplikasi setelah operasi otak. Pembedahan atau manipulasi otak bisa menyebabkan kaburnya membran pelindung dan akhirnya membentuk kista sekunder. 
  • Tumor atau aliran cairan terhambat. Kista seperti kista koloid bisa terjadi ketika cairan otak terjebak dan menumpuk di area ventrikel, sering akibat penyumbatan. 
  • Faktor genetik atau riwayat keluarga. Beberapa kista, terutama arachnoid, dapat muncul pada keluarga dengan pola turun-temurun (hubungan genetik). 
  • Respons terhadap kerusakan jaringan otak. Setelah cedera otak (misalnya stroke atau infeksi), jaringan bisa hancur dan mengisi rongga yang kemudian menjadi benjolan. 

Pengobatan kista otak

sawar darah otak

Penanganan kista otak perlu dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan kondisi yang dialami.

Jika kista kecil dan tidak menimbulkan gejala, dokter biasanya akan memeriksa ulang secara rutin melalui MRI untuk melihat apakah ukuran atau lokasinya berubah.

Namun, jika kondisi kista batang otak atau bagian otak lainnya cukup parah, dokter mungkin perlu melakukan pengobatan lanjutan, di antaranya sebagai berikut.

1. Mengalirkan cairan sementara (drainase)

Jika benjolan menyebabkan penumpukan cairan dan membuat tekanan di otak meningkat, dokter bisa memasang selang kecil sementara untuk mengeluarkan cairan dan mengurangi tekanan.

Prosedur ini umumnya dilakukan untuk kondisi akut seperti hidrosefalus

2. Pembedahan terbuka 

Untuk kista yang besar atau menyebabkan gejala berat, dokter bisa melakukan operasi dengan membuka sebagian tengkorak.

Kista akan diangkat langsung. Cara ini biasanya efektif tapi butuh waktu pemulihan lebih lama.

3. Endoskopi

Ini adalah operasi dengan sayatan kecil dan kamera kecil untuk masuk ke otak dan mengangkat atau membuka benjolan.

Prosedur ini lebih ringan, risiko lebih kecil, dan waktu pemulihannya lebih cepat dibanding operasi besar.

4. Fenestrasi 

Fenestrasi dilakukan dengan membuat lubang pada kista. Untuk kista arachnoid, teknik ini membuka celah antara kista dan ruang cairan serebrospinal.

Prosedur bisa dilakukan melalui endoskopi atau pembedahan terbuka. Langkah ini efektif mengurangi ukuran kista dan tekanan, serta aman untuk berbagai lokasi kista. 

5. Shunt (selang dari otak ke perut)

Jika cairan terus menumpuk, dokter bisa memasang selang dari otak ke perut agar cairannya dialirkan ke rongga perut.

Akan tetapi, cara ini bisa menimbulkan risiko ketergantungan pada selang atau infeksi.

6. Sedot isi kista dengan alat bantu komputer (aspirasi stereotaktik)

Dengan bantuan teknologi, dokter bisa menyedot isi kista secara tepat tanpa operasi besar.

Ini termasuk cara yang cukup aman dan efektif untuk beberapa jenis kista.

Mengingat cara mengobati tiap orang berbeda, penting bagi Anda untuk berdiskusi dengan dokter mengenai jenis pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.

Kesimpulan

  • Kista otak adalah kantung berisi cairan yang terbentuk di atau sekitar otak dan umumnya bersifat jinak.
  • Banyak jenis kista yang tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan medis.
  • Namun, jika benjolan tumbuh besar atau terletak di area otak yang sensitif, benjolan dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kejang, gangguan penglihatan, atau masalah keseimbangan.
  • Pengobatan tergantung pada jenis, ukuran, dan lokasi kista, mulai dari pemantauan rutin hingga prosedur bedah.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Carbone, J., & Sadasivan, A. P. (2021). Intracranial arachnoid cysts: Review of natural history and proposed treatment algorithm. Surgical neurology international12, 621. https://doi.org/10.25259/SNI_946_2021

Starke, R. M., Cappuzzo, J. M., Erickson, N. J., & Sherman, J. H. (2017). Pineal cysts and other pineal region malignancies: determining factors predictive of hydrocephalus and malignancy. Journal of neurosurgery127(2), 249–254. https://doi.org/10.3171/2016.8.JNS16220

Arachnoid Cysts: What Are They, Location, Causes & Symptoms. (n.d.). Cleveland Clinic. Retrived 21 July 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6023-arachnoid-cysts

Hoilat, G. J., & John, S. (2022). Choledochal Cyst. PubMed; StatPearls Publishing. Retrived 21 July 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557762/

‌Tenny, S., & Thorell, W. (2019, November 27). Colloid Brain Cyst. Nih.gov; StatPearls Publishing. Retrived 21 July 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470314/

White, M. L., & M Das, J. (2022). Arachnoid Cysts. PubMed; StatPearls Publishing. Retrived 21 July 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563272/

Content – Health Encyclopedia – University of Rochester Medical Center. (2025). Rochester.edu. Retrived 21 July 2025, https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content?contenttypeid=134&contentid=516

Brain Cyst. (n.d.). Cedars-Sinai. Retrived 21 July 2025, https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions/b/brain-cyst.html

Mustansir, F., Bashir, S., & Darbar, A. (2018). Management of Arachnoid Cysts: A Comprehensive Review. Cureus10(4), e2458. https://doi.org/10.7759/cureus.2458

Lenski, M., Biczok, A., Tonn, J. C., & Kreth, F. W. (2019). Stereotactic Internal Shunt Placement in Congenital Intracranial Cysts. World neurosurgery123, e670–e677. https://doi.org/10.1016/j.wneu.2018.11.250

Endoscopic Colloid Cyst Removal. (n.d.). Retrieved 21 July 2025, from https://www.neurosurgery.pitt.edu/centers/image-guided-neurosurgery/colloid-cysts

Versi Terbaru

14/08/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Pembuluh Darah Pecah di Otak dan Penanganannya

Pembengkakan Otak


Ditinjau oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 14/08/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan