Batuk terus bertahan selama lebih dari tiga minggu? Anda perlu segera menerima pengobatan dari rumah sakit karena ini merupakan gejala utama tuberkulosis (TBC).
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Batuk terus bertahan selama lebih dari tiga minggu? Anda perlu segera menerima pengobatan dari rumah sakit karena ini merupakan gejala utama tuberkulosis (TBC).
Dengan perawatan yang tepat, pasien TBC bisa sembuh sepenuhnya. Namun, bukan berarti Anda bisa menunda-nunda pengobatan. Pasalnya, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini bisa menular.
Supaya kondisi Anda tidak semakin memburuk atau menularkannya pada orang tersayang, simak informasi seputar TBC berikut.
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang juga disebut TB paru.
Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Penderita TBC biasanya juga mengalami gejala lain, seperti berkeringat di malam hari dan demam.
Pengobatan tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.
Jika tidak segera ditangani, TBC dapat berakibat fatal. Pasalnya, bakteri M. tuberculosis bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak. Kondisi ini disebut dengan TB ekstra paru.
Gejala utama dari TBC adalah batuk yang bertahan selama lebih dari tiga minggu. Ini merupakan salah satu perbedaan batuk TBC dan batuk biasa. Batuk TBC bisa disertai dahak atau darah.
Selain itu, berikut adalah gejala TBC lainnya yang kerap ditemukan.
Sementara itu, pada TB ekstra paru, gejala yang muncul bisa beragam, tergantung di mana infeksi berkembang.
Anda perlu segera ke dokter jika mengalami gejala tuberkulosis. Selain mencegah perkembangan infeksi menjadi TB ekstra paru, langkah ini juga bagus untuk mencegah penularan.
TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru.
Sementara itu, penularan tuberkulosis terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri tuberkulosis.
Bakteri akan terbawa droplet atau percikan lendir saat penyandang tuberkulosis batuk atau bersin.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang yang terinfeksi M. tuberculosis bisa menularkannya pada orang lain. Penularan hanya bisa terjadi dari seseorang dengan penyakit TB paru aktif.
Untuk memahami bagaimana bakteri penyebab tuberkulosis menginfeksi tubuh dan menimbulkan sejumlah gejala, Anda perlu memahami tahapan infeksinya.
Dilansir dari buku Tuberculosis, bakteri M. tuberculosis akan melalui tiga tahapan infeksi seperti berikut.
Tahapan ketika bakteri yang mengandung bakteri penyebab tuberkulosis masuk melalui mulut dan hidung disebut dengan infeksi primer.
Bakteri ini kemudian akan masuk ke paru-paru dan mulai memperbanyak diri.
Saat bakteri mulai berkembang, sistem imun akan melawannya. Jika sistem imun kuat, bakteri akan masuk dalam status dorman, kondisi di mana bakteri tidur atau tidak aktif menginfeksi.
Pada tahap ini, orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala. Kondisi ini juga dikenal sebagai TB laten. Pasien TB laten tidak bisa menularkan penyakit.
Sebaliknya, jika respons sistem imun lemah terhadap infeksi, bakteri akan terus berkembang dan menyerang sel sehat di paru-paru.
Apabila bakteri sebelumnya dalam status dorman, respons imun yang lemah bisa menyebabkan bakteri terbangun dan kembali aktif menginfeksi.
Kondisi tersebut dikenal dengan onset dari penyakit TB paru aktif, yaitu kondisi ketika gejala TBC mulai muncul.
TBC bisa menginfeksi orang tanpa memandang usia maupun jenis kelamin. Namun, beberapa kondisi berikut memang membuat seseorang lebih mudah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.
Tanpa penanganan yang tepat, TBC bisa berakibat fatal. Bakteri ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh darah dan saluran limfatik.
Berikut ini adalah berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat tuberkulosis yang tidak segera diatasi.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan identifikasi gejala sebagai langkah awal diagnosis tuberkulosis.
Anda mungkin juga diminta menunjukkan riwayat kesehatan, termasuk kondisi tempat tinggal dan bekerja, serta dengan siapa saja Anda melakukan kontak.
Dari informasi tersebut dokter akan mengetahui apakah Anda memiliki faktor risiko TBC atau tidak.
Selanjutnya, dokter akan meminta Anda menjalani sejumlah pemeriksaan TBC, salah satunya adalah tes kulit tuberkulin (mantoux test).
Dalam uji tuberkulin, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri tuberkulosis akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan. Kulit tersebut akan diperiksa setelah 48-72 jam.
Apabila hasilnya positif, orang tersebut berarti telah terinfeksi TBC. Namun, pengujian ini tidak bisa menentukan apakah bakteri berada dalam kondisi TB laten atau aktif.
Oleh karena itu, hasil diagnosis akan diperkuat dengan pemeriksaan dahak dan tes darah untuk memeriksa keberadaan bakteri M. tuberculosis. Rontgen dada mungkin juga dibutuhkan untuk melihat tanda-tanda infeksi di paru-paru.
Dengan pengobatan yang ketat, TBC bisa disembuhkan. Salah satu cara minum obat TBC yang perlu ditaati adalah meminumnya selama 6-12 bulan.
Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan kombinasi beberapa antituberkulosis atau antibiotik khusus untuk menghentikan infeksi bakteri TBC.
Pengobatan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap intensif pada dua bulan pertama dan lanjutan selama bulan ke 4–7. Dokter mungkin mengurangi dosis pada tahap lanjutan.
Berikut adalah obat-obatan yang digunakan sebagai lini pertama pengobatan TBC.
Pastikan untuk tetap minum obat TBC meski gejala sudah membaik. Berhenti minum obat sebelum waktunya bisa membuat Anda terkena resistensi obat.
TB RO adalah kondisi di mana bakteri M. tuberculosis kebal terhadap pengobatan lini pertama. TB RO bisa disebabkan oleh pasien yang tidak teratur minum obat, berhenti sebelum waktunya, atau kondisi tertentu.
Dalam kondisi tersebut, pasien bisa menerima obat-obatan lini kedua, seperti Sikloserin, Amikasin/Kanamisin, Ethionamide, dan Levofloxacin.
Meski ada opsi pengobatan lini kedua, TB RO cenderung lebih sulit dikendalikan.
Bagi beberapa orang, pengobatan TBC bisa menimbulkan efek samping seperti berikut.
Meski menimbulkan efek samping, jangan langsung menghentikan pengobatan tanpa saran medis.
Untuk menentukan penanganan efek samping yang tepat, bicarakan langsung dengan dokter.
Salah satu langkah efektif dalam mencegah TBC adalah melakukan vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG). Vaksin biasanya diberikan pada bayi dan anak-anak dalam rangkaian imunisasi.
Selain bayi dan anak-anak, vaksinasi BCG perlu diberikan pada orang-orang yang memiliki risiko, seperti yang disebutkan di atas.
Namun, vaksin ini tidak disarankan untuk seseorang dengan sistem imun lemah. Pasalnya, tubuh dengan sistem imun yang lemah justru bisa menyebabkan bakteri di dalam vaksin BCG menimbulkan infeksi.
Selain itu, vaksin ini juga tidak bisa diberikan pada pasien TB laten. Untuk mencegah bakteri aktif kembali, seseorang dengan TB laten bisa menerima pengobatan khusus dari dokter.
Di samping vaksin, TBC juga bisa dicegah dengan pola hidup sehat, termasuk memakai masker saat bepergian.
Sudahkah Anda minum obat TBC hari ini?
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar