Pernahkah Anda melihat alat kejut jantung yang muncul dalam adegan film? Alat ini digunakan untuk menolong orang yang mengalami serangan jantung atau henti jantung. Mari kenali lebih dalam tentang fungsi dan cara menggunakan alat kejut jantung dalam ulasan berikut ini.
Fungsi alat kejut jantung
Alat kejut jantung atau defibrilator adalah perangkat medis yang digunakan untuk mengatasi gangguan irama jantung atau aritmia yang mengancam nyawa.
Defibrillator akan menghantarkan kejutan listrik melalui elektrode yang ditempelkan pada dada dan perut pasien untuk mengontrol ritme jantung yang tidak normal.
Kejutan listrik yang diberikan ini akan merangsang detak jantung dan otot jantung untuk kembali berfungsi dengan normal.
Penggunaan alat setrum jantung amat penting dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk serangan jantung dan henti jantung mendadak.
Irama jantung yang kacau pada pengidap penyakit jantung dapat menyebabkan penurunan aliran darah secara tiba-tiba ke seluruh tubuh sehingga membahayakan nyawa.
Selain digunakan dalam situasi darurat, defibrilator juga diperlukan bagi orang dengan penyakit jantung yang memerlukan pemantauan irama jantung secara terus-menerus.
Jenis alat kejut jantung
Terdapat beberapa jenis alat kejut jantung yang punya cara kerja dan tujuan penggunaan yang berbeda, tergantung pada kondisi pasien dan lokasi penggunaannya.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing jenis defibrillator yang umum digunakan.
1. Automated external defibrillator (AED)
Automated external defibrillator (AED) adalah alat kejut jantung portabel yang dirancang untuk bisa digunakan oleh orang awam.
Alat ini dilengkapi dengan petunjuk suara atau visual untuk membantu Anda ketika memberikan memberikan kejutan listrik kepada orang yang membutuhkan bantuan.
AED biasa ditemui di tempat umum, seperti bandara, pusat perbelanjaan, dan fasilitas olahraga.
2. Implantable cardioverter defibrillator (ICD)
Implantable cardioverter defibrillator (ICD) adalah sejenis defibrillator yang ditanamkan di dalam tubuh pasien yang berisiko tinggi mengalami aritmia yang berbahaya.
Perangkat ini akan terus memonitor aktivitas jantung pasien. ICD juga dapat memberikan kejutan listrik secara otomatis saat mendeteksi irama jantung yang tidak normal.
ICD biasanya akan digunakan oleh orang-orang dengan riwayat serangan jantung atau gagal jantung.
3. Wearable cardioverter defibrillator (WCD)
Wearable cardioverter defibrillator (WCD) merupakan perangkat yang digunakan layaknya rompi.
Perangkat ini akan memberikan perlindungan untuk orang yang mengalami henti jantung, tetapi tidak mampu atau belum siap melakukan pemasangan ICD.
WCD akan memonitor jantung secara terus-menerus dan memberikan kejutan listrik saat dibutuhkan.
4. Manual defibrillator
Manual defibrillator hanya bisa digunakan oleh tenaga medis terlatih untuk menangani pasien di rumah sakit atau ambulans.
Penggunaan alat ini memerlukan keahlian dari tenaga medis, sebab mereka telah terlatih untuk menentukan kapan waktu yang tepat serta seberapa besar kejutan listrik yang perlu diberikan.
Perbedaan alat kejut jantung dan alat pacu jantung
- Defibrillator: digunakan untuk menangani kasus aritmia berbahaya atau henti jantung mendadak dengan memberikan kejutan listrik.
- Pacemaker: dipakai untuk mengatasi irama jantung lambat atau tidak teratur dengan mengirim impuls listrik kecil.
Siapa saja yang memerlukan alat kejut jantung?
Berikut adalah beberapa contoh kondisi yang membuat Anda perlu menggunakan defibrilator.
- Mengalami episode henti jantung dengan fibrilasi ventrikel atau ventrikular takikardia.
- Mengalami serangan jantung dan berisiko tinggi terkena henti jantung mendadak.
- Memiliki kardiomiopati hipertrofik dan berisiko tinggi terkena henti jantung mendadak.
- Mengalami kardiomiopati hipertrofik yang menyebar, penurunan fungsi jantung, atau berisiko tinggi terkena henti jantung mendadak.
- Mengalami setidaknya satu kali episode takikardia ventrikel.
Cara kerja alat kejut jantung
Alat kejut jantung bekerja dengan mengirimkan kejutan listrik ke jantung melalui elektrode.
Elektrode ini bisa ditempelkan pada dada dan perut atau langsung pada jantung jika Anda menggunakan defibrillator yang ditanam di dalam tubuh.
Kejutan listrik yang diberikan alat ini akan mengatur kembali sinyal listrik jantung sehingga detak jantung pasien kembali ke ritme yang normal.
Di antara berbagai jenis alat kejut jantung, AED-lah perangkat yang dapat digunakan oleh orang awam.
Dikutip dari National Heart, Lung, and Blood Institute, berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan AED yang tepat.
- Hubungi nomor telepon darurat 112 bila Anda menemui orang yang dicurigai terkena serangan jantung atau henti jantung mendadak.
- Periksa respons orang tersebut dengan memanggil dan menggoyangkan bahunya. Lalu, periksa laju pernapasan dan denyut nadinya.
- Mintalah bantuan orang lain untuk mencarikan AED. Sembari itu, segera mulai resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR).
- Saat AED sudah tersedia, segera siapkan alat tersebut dan lepaskan baju pasien sambil terus melanjutkan CPR.
- Nyalakan AED dengan membuka penutup serta menekan tombol daya. AED akan mulai memberikan instruksi suara atau visual untuk memandu proses selanjutnya.
- Tempelkan elektrode yang dibekali dengan bantalan perekat, satu di dada bagian kanan atas dan satu di bagian perut tepat di bawah dada bagian kiri.
- Biarkan AED menganalisis irama jantung pasien. Jangan menyentuh pasien karena ini dapat mengurangi keakuratan hasilnya.
- Saat AED menunjukkan bahwa kejutan listrik dibutuhkan, pastikan tidak ada orang yang menyentuh pasien. Lalu, tekan tombol pada alat sesuai petunjuk.
- Setelah memberikan kejutan listrik, AED akan menunjukkan instruksi untuk melanjutkan CPR dan memberikan kejutan listrik tambahan bila diperlukan.
- Ulangi proses ini sampai bantuan medis tiba atau pasien menunjukkan tanda pemulihan, seperti bernapas atau bergerak kembali.
Berbeda dengan AED yang digunakan di luar tubuh, perangkat kejut jantung implan (ICD) akan dipasang di bawah kulit sekitar dada atau perut melalui prosedur operasi.
Sambil menunggu operasi, dokter akan menyarankan pasien untuk mengenakan WCD. Perangkat ini juga dapat digunakan bila pasien tidak bisa menggunakan ICD karena alasan tertentu.
Baik ICD atau WCD, keduanya akan memantau jantung secara terus-menerus (real-time) serta memberikan kejutan listrik secara otomatis saat mendeteksi irama jantung yang berbahaya.
Pada manual defibrillator, tenaga medis perlu menentukan kapan kejutan listrik dapat diberikan dan mengatur tingkat energi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Elektrode akan ditempatkan pada dada dan alat tersebut sepenuhnya dioperasikan secara manual.