Ketika Anda didiagnosis memiliki kanker payudara, dokter akan mencari tahu apa jenis atau tipe kanker payudara yang Anda miliki. Mengetahui tipe penyakit ini dapat membantu dokter untuk menentukan pengobatan kanker payudara yang tepat. Lalu apa saja jenis-jenis tersebut? Berikut penjelasannya untuk Anda.
Berbagai jenis kanker payudara yang umum terjadi
Kanker payudara muncul karena adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal dan tidak terkendali di jaringan payudara. Penyakit ini bisa bermula dari saluran susu (duktus), kelenjar susu (lobulus), atau jaringan ikat di dalamnya.
Pada sebagian besar kasus, kanker payudara bermula dari pembentukan sel yang abnormal di duktus dan lobulus. Sementara kasus yang bermula dari jaringan ikat jarang terjadi.
Pada lokasi-lokasi tersebut, sel kanker berkembang dan memiliki sifat tertentu. Terdapat dua sifat sel kanker secara umum, yaitu kanker noninvasif atau in-situ dan kanker invasif (kanker ganas).
Jika sel kanker tetap berada di lokasi asalnya, dalam hal ini di payudara, tidak pecah dan tidak menyebar, jenis ini disebut kanker noninvasif atau in situ (tidak ganas). Sementara ketika sel kanker sudah menyebar dan menyerang jaringan yang ada di sekitarnya, jenis ini disebut dengan invasif (kanker ganas).
Berdasarkan lokasi dan sifat sel kanker tersebut, kanker payudara terbagi ke dalam beberapa jenis. Berikut berbagai jenis kanker payudara yang paling umum terjadi.
1. Karsinoma duktal in situ (ductal carcinoma in situ/DCIS)
Karsinoma duktal in situ adalah jenis kanker payudara noninvasif yang bermula di dalam jaringan saluran susu (duktus). Kondisi ini tidak mengancam nyawa dan masih bisa disembuhkan. Namun, bila terlambat mendapat penanganan, kondisi ini bisa berkembang menjadi kanker payudara invasif.
2. Karsinoma lobular in situ (Lobular Carcinoma in situ/LCIS)
Karsinoma lobular in situ (LCIS) terjadi karena adanya pertumbuhan sel abnormal di jaringan lobulus payudara. LCIS dikenal juga dengan nama neoplasia lolubar.
Meski abnormal, LCIS tidak termasuk kanker. Namun, bila Anda didiagnosis LCIS, Anda berisiko mengalami kanker payudara invasif pada masa depan.
3. Karsinoma duktal invasif (Invasive ductal carcinoma/IDC)
Karsinoma duktal invasif adalah jenis kanker payudara yang paling umum terjadi. American Cancer Society menyebut, delapan dari sepuluh kasus kanker payudara, termasuk ke dalam tipe ini.
Jenis kanker ini dimulai dari bertumbuhnya sel-sel kanker di saluran susu (duktus). Dari lokasi tersebut, sel kanker mengganas sehingga menerobos dinding saluran dan akhirnya menyerang jaringan payudara lain di dekatnya.
Dari sana, sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui sistem getah bening dan aliran darah.
4. Karsinoma lobular invasif (invasive lobular carcinoma/ILC)
Karsinoma lobular invasif (ILC) merupakan jenis kanker payudara yang bermula di lobulus payudara, yang kemudian menyerang jaringan payudara lain di dekatnya dan bahkan bisa ke organ lainnya.
ILC bisa terjadi pada wanita usia berapa pun, tetapi kasus ini lebih sering ditemukan pada wanita berusia 45-55 tahun. Adapun sebanyak 1 dari 5 wanita mengalami kanker jenis ini pada payudaranya.
Karsinoma lobular invasif biasanya lebih sulit dideteksi melalui pemeriksaan kanker payudara fisik maupun mammografi. Dokter umumnya menggunakan beberapa tes pencitraan lain, seperti MRI payudara, untuk mendiagnosis penyakit ini.
Berbagai jenis kanker payudara yang langka terjadi
Selain jenis-jenis di atas, beberapa kanker payudara invasif juga bisa berkembang dengan cara yang berbeda. Tipe kanker ini memang jarang terjadi, tetapi kasusnya bisa lebih serius daripada tipe kanker payudara pada umumnya.
1. Kanker payudara inflamasi (inflammatory breast cancer/IBC)
Kanker payudara inflamasi (IBC) mirip dengan karsinomal duktal invasif yang biasanya terjadi di stadium kanker payudara IIIB dan IIIC, tetapi kanker ini memiliki gejala lebih berat.
Gejala kanker payudara IBC umumnya, yaitu adanya peradangan masif, seperti pembengkakan dan kemerahan. Biasanya, tim dokter harus memberikan kemoterapi beberapa tahap dahulu sampai peradangan hilang, kemudian operasi mastektomi radikal baru bisa dilakukan.
2. Penyakit paget payudara
Penyakit paget payudara adalah jenis kanker payudara langka yang secara spesifik hanya menyerang puting dan areola (area cokelat di sekitar puting).
Gejala kanker payudara ini bisa sangat mirip dengan ruam eksim karena mengakibatkan kulit sekitar puting menjadi sangat kering. Selain itu, puting juga bisa mengeluarkan darah atau cairan kuning disertai rasa gatal atau terbakar.
Kanker puting payudara ini biasanya hanya memengaruhi satu puting dan cenderung dikaitkan dengan karsinoma duktal in situ. Namun, penyakit ini juga bisa berkembang menjadi kanker payudara invasif. Pengobatannya cukup dilakukan dengan operasi mastektomi simpel.
3. Tumor Phyllodes
Phyllodes adalah tumor payudara langka yang berkembang di jaringan ikat payudara (mesenkim). Gejala dapat berupa tumor dengan ukuran yang sangat besar.
Tumor ini bervariasi, mulai dari yang bersifat jinak hingga ganas. Kondisi ini umumnya menyerang wanita dewasa muda. Terapinya adalah dengan melakukan operasi mastektomi simpel.
Jenis kanker payudara berdasarkan subtipenya
Beberapa jenis kanker payudara memiliki sifat tertentu yang dilihat dari hasil pemeriksaan patologi anatomi dan immunohistokimia yang diperoleh dari biopsi atau operasi mastektomi.
Kanker payudara dapat diberdakan berdasarkan:
- ER-positif (ER+), yaitu kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen.
- PR-positif (PR+), yaitu kanker payudara dengan reseptor progestoren.
- HER2-positif, yaitu kanker payudara dengan reseptor HER2-positif.
Adapun HER2 dapat memacu pertumbuhan sel kanker payudara. Pada tipe kanker payudara HER2 positif, sel kankernya cenderung agresif, tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada jenis kanker-kanker payudara lainnya.
Dikatakan postif jika dari pemeriksaan immunohistokimia HER2 3+. Jika HER2 1+ atau 2+, dilanjutkan dengan pemeriksaan FISH / CISH.
Berdasarkan status hormon dan tingkat protein HER2 tersebut, dokter umumnya mengelompokkan kembali jenis-jenis kanker payudara. Pengelompokkan ini memudahkan dokter untuk memberikan pengobatan sistemik atau terapi sistemik yang tepat.