Pengertian
Apa itu prediabetes?
Prediabetes (atau beberapa orang juga menyebutnya pradiabetes) adalah peningkatan kadar gula darah dari kadar normal tapi belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes.
Namun, tanpa penanganan medis, prediabetes berpotensi berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam kurang dari 10 tahun.
Normalnya, kadar gula darah puasa pada orang sehat yaitu kurang dari 100 mg/dL.
Orang dengan prediabetes memiliki kadar gula darah puasa (GDP) di antara 100-125 mg/dL (5,6-7,0 mmol/L).
Sementara itu, seseorang dikatakan memiliki diabetes apabila kadar gula darah puasanya mencapai 126 mg/dL (7.0 mmol/L) atau lebih.
Kondisi prediabetes bisa jadi menandakan menurunnya fungsi pankreas untuk menghasilkan hormon insulin, terutama setelah makan.
Selain itu, tubuh mulai kesulitan atau tak lagi peka untuk merespons keberadaan insulin.
Meskipun ditandai dengan kadar gula yang tinggi dan kemungkinan adanya gangguan insulin, prediabetes masih bisa diobati agar tidak menjadi diabetes melitus.
Dapat dikatakan jika kondisi ini adalah peringatan terhadap munculnya penyakit diabetes.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Prediabetes tergolong umum. Kasus kejadiannya paling banyak ditemukan pada pasien dewasa, terutama yang berusia 40 tahun ke atas.
Namun, tidak menutup kemungkinan siapa pun dapat memiliki kondisi ini.
Anda yang memiliki faktor risiko mengalami diabetes melitus, seperti kelebihan berat badan, tidak aktif bergerak, dan memiliki keturunan diabetes lebih berisiko.
Tanda-tanda & gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala prediabetes?
Dalam kebanyakan kasus, tidak ada tanda-tanda dan gejala yang kentara.
Kebanyakan orang yang memiliki kondisi ini bahkan tidak mengalami keluhan kesehatan sama sekali.
Namun, banyak orang yang mengalami prediabetes kulitnya menggelap, biasanya di bagian leher, ketiak, siku, lutut dan buku-buku jari.
Dampak lain dari kondisi ini, yaitu berisiko merusak jantung dan sistem peredaran darah bahkan jauh sebelum akhirnya mengalami diabetes tipe 2.
Jika prediabetes telah berkembang menjadi diabetes, beberapa gejala berikut bisa muncul.
- Lebih cepat haus
- Sering buang air kecil
- Sering merasa cepat lelah
- Penglihatan buram
Kapan harus pergi ke dokter?
Segera temui dokter bila Anda mengalami gejala di atas serta memiliki kondisi yang memicu faktor risiko penyebab diabetes.
Tubuh setiap orang berbeda-beda, itu sebabnya gejala yang muncul juga bisa berbeda.
Apabila Anda belum termasuk orang prediabetes tapi berisiko mengalami diabetes, lakukanlah cek gula darah secara rutin.
Penyebab
Apa penyebab prediabetes?
Hingga saat ini, para ahli masih belum dapat mengetahui apa penyebab pasti dari prediabetes.
Namun menurut studi berjudul Pathophysiology of Type-2 Diabetes, faktor keturunan keluarga dan genetik diyakini berperan besar dalam menyebabkan prediabetes.
Selain itu, tubuh yang jarang bergerak serta penumpukan lemak di beberapa bagian tertentu dalam tubuh juga dapat meningkatkan risiko Anda.
Terlepas dari kondisi tersebut, prediabetes dipengaruhi oleh tubuh yang tidak mampu memproses glukosa secara normal. Akibatnya, glukosa menumpuk di aliran darah.
Glukosa semestinya menjadi sumber energi untuk sel-sel tubuh sehingga dapat menjalankan fungsi organ dengan baik.
Dalam proses penyerapan glukosa dari darah menuju sel-sel tubuh diperlukan hormon insulin.
Saat tubuh Anda menunjukkan gejala prediabetes, proses penyerapan glukosa dengan bantuan insulin ini mengalami masalah.
Alih-alih menggunakan insulin, sel-sel dalam tubuh malah tidak “mengenali’ insulin sebagaimana mestinya.
Akibatnya, gula pun menumpuk di dalam darah. Kondisi di mana sel-sel tubuh tidak mampu merespons hormon insulin dengan baik ini dikenal juga dengan resistensi insulin.
Faktor-faktor risiko
Faktor apa saja yang membuat Anda berisiko kena kondisi ini?
Siapa pun bisa kena kondisi ini, tak peduli berapa usianya.
Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya prediabetes pada seseorang, yaitu:
1. Usia
Kasus kejadian prediabetes paling banyak ditemukan pada pasien berusia 40 tahun ke atas.
Ini artinya, seiring bertambahnya usia, semakin meningkat pula risiko untuk memiliki kondisi ini.
2. Ras
Meskipun alasan pastinya belum diketahui, orang-orang dari golongan ras tertentu, seperti Afrika Amerika, Hispanik, Asia Amerika, dan Kepulauan Pasifik lebih rentan mengalami prediabetes.
3. Keturunan keluarga
Apabila memiliki anggota keluarga yang mengalami kondisi prediabetes atau diabetes tipe 2, Anda memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kondisi yang sama di kemudian hari.
4. Berat badan dan lingkar pinggang
Memiliki berat badan berlebih atau obesitas merupakan faktor risiko utama dari prediabetes.
Semakin banyak jaringan lemak yang terdapat di tubuh Anda, terutama di sekitar perut Anda, semakin tinggi pula risiko Anda untuk mengalami prediabetes.
Orang-orang dengan indeks massa tubuh yang melebihi 25 cenderung lebih rentan terkena diabetes. Itu artinya, risiko prediabetes juga tinggi.
Cara mudahnya, Anda juga bisa mengukur lingkar pinggang Anda dengan menggunakan tangan.
Anda berisiko memiliki prediabetes ataupun diabetes jika lingkar pinggang Anda lebih dari 4 jengkal.
5. Pola makan
Sering mengonsumsi daging merah, daging olahan, dan minum minuman manis juga dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami prediabetes.
Ini terjadi karena makanan tersebut tinggi gula dan garam, sehingga bisa memengaruhi kinerja hormon insulin dalam mengatur gula darah.
6. Jarang bergerak
Semakin jarang Anda berolahraga atau aktif secara fisik, semakin besar pula peluang Anda mengalami prediabetes.
Aktivitas fisik dapat membantu Anda mengontrol berat badan. Glukosa di dalam tubuh akan terpakai sebagai energi tubuh, serta sel-sel tubuh akan lebih peka dalam merespons insulin.
7. Mengalami stres
Apabila Anda mengalami tekanan mental atau stres yang cukup berat, Anda berisiko mengalami prediabetes.
Selain meningkatkan risiko, stres juga dapat memicu masalah lain, seperti penyakit jantung.
8. Mengalami diabetes saat hamil (gestasional)
Diabetes gestasional umumnya dialami wanita saat memasuki masa kehamilan.
Jika Anda wanita dan mengalami kondisi ini saat hamil, Anda dan bayi Anda memiliki risiko mengalami prediabetes yang dapat berlanjut menjadi diabetes.
Jika bayi yang Anda lahirkan memiliki berat lebih dari 4,1 kilogram, kemungkinan untuk terkena prediabetes juga lebih besar.
9. Mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Sindrom ovarium polikistik atau PCOS ini ditandai dengan siklus menstruasi tidak beraturan, rambut tumbuh berlebihan, serta kenaikan berat badan.
Kondisi ini menyebabkan Anda memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami prediabetes dan diabetes.
10. Memiliki gangguan tidur
Sleep apnea adalah kelainan tidur yang menyebabkan pernapasan terganggu berulang kali selama tidur, mengakibatkan kualitas tidur yang buruk.
Tidur yang terganggu ini bisa meningkatkan risiko terjadinya prediabetes. Efeknya sama dengan orang yang jam kerjanya yang berubah yakni lebih aktif di malam hari (shift malam).
Diagnosis & pengobatan
Informasi yang dijabarkan bukan pengganti bagi nasihat medis. SELALU konsultasi ke dokter Anda.
Bagaimana cara dokter mendiagnosis kondisi ini?
Tiga jenis tes yang dapat mendiagnosis prediabetes, yakni:
1. Tes HbA1C
Tes HbA1C menunjukkan rata-rata kadar gula darah Anda selama 2-3 bulan terakhir.
Berikut ini hasil tes prediabetes yang bisa menunjukkan kondisi tubuh Anda.
- Level HbA1C di bawah 5,7% menunjukkan kondisi normal
- Jika level HbA1C berada di antara 5,7-6,4%, Anda mengalami prediabetes
- Jika level HbA1C 6,5% atau lebih, ada kemungkinan Anda mengalami diabetes.
2. Tes gula darah puasa (GDP) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
Pada tes gula darah puasa ini, dokter akan meminta Anda untuk berpuasa sepanjang malam, biasanya selama 8 jam. Setelah itu, sampel gula darah puasa (GDP) akan diambil.
Setelah nilai GDP diketahui, dokter akan meminta Anda meminum cairan glukosa 75 gram. Sampel kembali diambil 2 jam setelahnya.
Tes kedua ini bertujuan mengukur nilai toleransi glukosa oral (TTGO).
Pada orang normal, kadar GDP seharusnya tidak melebihi 100 mg/dL, serta kadar TTGO kurang dari 140 mg/dL.
Apabila kadar GDP Anda normal dengan TTGO berada di kisaran 140-199 mg/dL, terdapat kemungkinan Anda terkena prediabetes.
Hal yang sama juga berlaku apabila kadar TTGO Anda normal, tapi hasil tes GDP Anda berada di kisaran 100-125 mg/dL.
Hasil pembacaan pemeriksaan gula darah yang menunjukan kondisi prediabetes, diabetes, dan gula darah normal dapat dirangkum seperti dalam laporan PERKENI berikut ini.
Pengobatan
Bagaimana cara mengobati prediabetes?
Prediabetes belum resmi dikatakan sebagai diabetes sehingga masih bisa disembuhkan.
Perawatan pertama untuk mencegah berkembangnya prediabetes menjadi diabetes adalah dengan menerapkan gaya hidup guna mengontrol kadar gula darah, seperti:
1. Menjaga berat badan ideal
Jika Anda memiliki berat badan yang melebihi batas normal, ada baiknya Anda menurunkan sebanyak 5-7% dari berat badan Anda untuk mencegah prediabetes sekaligus diabetes.
2. Rutin berolahraga
Olahraga adalah hal terpenting yang perlu Anda lakukan dalam mencegah prediabetes.
Sebaiknya, lakukan olahraga ringan selama 30 menit sebanyak 5 kali seminggu.
Beberapa pilihan aktivitas yang dapat Anda coba adalah berjalan kaki, bersepeda, atau berenang.
3. Menjalani pola makan yang sehat
Selain berolahraga, Anda juga wajib memperhatikan asupan makanan yang baik untuk cegah pradiebetes.
Hindari makanan yang dapat meningkatkan gula darah seperti makanan kaleng, fast food, gorengan atau makanan yang tinggi gula. Kurangi pula minuman yang manis dan bersoda.
4. Berhenti merokok dan hindari minuman beralkohol
Sebaiknya Anda mulai mengurangi atau bahkan berhenti merokok sama sekali.
Anda juga perlu menghindari konsumsi minuman berakohol terlalu sering. Keduanya dapat menyebabkan peradangan yang memicu terjadinya diabetes.
5. Obat penurun gula darah
Jika hasil tes gula darah tetap tinggi dan perubahan gaya hidup tidak cukup efektif menurunkan gula darah, Anda mungkin membutuhkan konsumsi obat diabetes.
Obat yang paling umum diresepkan untuk mengatasi kondisi ini adalah metformin (Glucophage).
Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai kondisi prediabetes, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemahaman dan solusi kesehatan yang terbaik.
[embed-health-tool-bmi]