Zaman sekarang, merokok bukan lagi menjadi kebiasaan orang dewasa. Sudah banyak anak kecil dan remaja yang juga ikut-ikutan merokok. Dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, selaku Kepala Sub Direktorat Jenderal P2PTM Kemenkes RI memaparkan bahwa jumlah anak dan remaja Indonesia yang merokok aktif semakin banyak.
Dr. Sandra lanjut menuturkan bahwa jumlah anak dan remaja yang menjadi perokok aktif meningkat dua kali lipat dari 24,2 persen pada tahun 2001 menjadi lebih dari 54 persen pada 2016. Data terakhir dari Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa Jakarta, Bogor, dan Mataram menjadi tiga lokasi di Indonesia yang memiliki populasi perokok aktif anak-anak (di atas usia 10 tahun) terbanyak.
Semakin banyaknya anak dan remaja yang merokok dari tahun ke tahun membuktikan bahwa masih sedikit putra-putri Indonesia yang menyadari bahaya rokok sebenarnya pada kesehatan. Lantas, apa yang menyebabkan anak merokok dan bagaimana caranya agar kita bisa berhenti merokok?
Kenapa anak merokok?
Tak dapat dipungkiri bahwa ketika teman-teman sekitarnya merokok, kemungkinan besar anak Anda akan ikut coba-coba merokok juga. Hal tersebut ia lakukan untuk merasa lebih diterima dengan lingkup pergaulannya, tanpa berpikir panjang tentang kesehatan tubuhnya. Dr. Sandra kemudian menambahkan, tak jarang anak-anak juga cenderung sering mulai merokok setelah melihat ayahnya merokok di rumah. Kenapa?
Usia anak dan remaja adalah usia kritis, di mana otak sedang melalui perubahan paling besar selama masa tumbuh kembang anak. Perubahan besar terutama terjadi pada lobus frontal otak yang terletak di kepala bagian depan. Lobus frontal bertanggung jawab untuk proses nalar saat mengambil keputusan, membentuk kepribadian, hingga melaksanakan proses intelektual (berpikir) dan interaksi. Sederhananya, lobus frontal membantu Anda untuk berpikir logis pikiran dan mengatur perilaku.
Sayangnya, bagian otak yang bertanggung jawab dalam memutuskan mana yang baik dan buruk ini belum sepenuhnya matang sampai anak berusia dua puluhan. Itu kenapa anak-anak dan remaja merupakan kelompok orang yang paling rentan terhadap pengaruh lingkungan, terutama yang tidak baik. Hal ini jugalah yang membuat anak dan remaja sering nekat berbuat sesuatu yang berisiko dan cenderung gegabah, bahkan yang berbahaya, tanpa pikir panjang. Lambat laun, dari awalnya sekali mencoba malah jadi sulit untuk berhenti.
Apa saja bahaya merokok pada anak dan remaja?
Anda mungkin sudah sangat familiar dengan slogan “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan serta janin”. Peringatan ini tentu tidak hanya berlaku pada orang dewasa saja. Risiko kesehatan ini juga dapat menghampiri anak yang merokok. Tidak ada perbedaan risiko komplikasi antara perokok anak dan perokok dewasa.
Perokok yang mulai dari kecil maupun yang baru mulai saat lebih dewasa sama-sama berisiko terhadap penyakit jantung, saluran pernapasan, kanker, dan diabetes. Salah satu penyakit yang paling banyak ditimbulkan akibat kebiasaan merokok adalah kanker paru. Namun, hampir semua jenis kanker dapat disebabkan oleh rokok.
“Apa pun itu (komplikasi penyakit akibat merokok), risikonya akan tetap sama (di segala usia)”, ungkap dr. Sandra ketika ditemui tim Hello Sehat di Kuningan pada acara peluncuran program Young Health Program kolaborasi antara AstraZeneca dan Kemenkes RI, Selasa (14/8).
Meski begitu, ia melanjutkan bahwa semakin kecil usia (seseorang) saat mulai merokok, maka akan semakin banyak dan lama jangka waktu paparannya terhadap racun rokok. Maka, kemungkinan anak untuk terkena penyakit akibat rokok akan terjadi semakin cepat daripada yang baru mulai merokok saat sudah dewasa. Pada dasarnya, anak dan remaja yang merokok memiliki status kesehatan yang lebih buruk dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Selain risiko penyakit kronis, kebiasaan merokok sejak kecil lambat laun juga bisa mengganggu kesehatan gigi dan mulut. Perokok yang mulai sejak usia anak-anak akan lebih cepat dan lebih banyak mengalami karang gigi, serta infeksi gusi dan mulut. Anak merokok juga dapat menimbulkan masalah pada otot dan tulang, yang akan menimbulkan banyak masalah pada usia tuanya nanti.
Tips berhenti merokok
Berhenti merokok memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Dr. Sandra menegaskan bahwa peran diri sendiri dan orang di sekitar bisa membantu Anda untuk berhenti merokok.
Mulai dari niat dalam diri sendiri untuk berhenti merokok
Meski terdengar klise, niat dan tekad untuk berhenti merokok harus datang dari diri sendiri. Katakan pada diri Anda sendiri untuk berhenti merokok dan komitmen dengan kalimat itu.
Anda bisa mulai perlahan dengan mengurangi sedikit demi sedikit jumlah batang rokok yang biasanya Anda habiskan. Jika Anda merasa ingin merokok, Anda bisa menggantinya dengan mengunyah permen karet atau makan kuaci.
Di awal rencana berhenti merokok, mantapkan hati untuk menjauh dari orang-orang yang sering merokok. Ini merupakan strategi berhenti merokok yang paling sederhana dan efektif untuk menurunkan hasrat Anda untuk balik merokok lagi. Bergabunglah bersama teman yang tidak merokok daripada pergi bersama perokok lainnya. Pasalnya jika Anda tetap dikelilingi oleh perokok, tekad bisa goyah sewaktu-waktu dan semakin sulit bagi Anda untuk mulai berhenti.
Jangan lupa untuk terus sibukkan diri dengan beragam kegiatan yang bisa membatalkan niat Anda untuk merokok. Misalnya dengan ikut ekskul di sekolah atau klub olahraga sepulang sekolah.
Peran orangtua dan lingkungan sekitar juga penting
Sebagai orang tua, Anda adalah pengaruh yang kuat dalam kehidupan anak-anak dan remaja. Maka, Anda juga harus mencontohkan bahwa rokok benar-benar tidak boleh dilakukan oleh siapa pun. Tanyakan apa yang memotivasi dirinya untuk merokok dan beri pengertian sejelas-jelasnya perihal efek buruk dari merokok pada kesehatan tubuhnya. Berikan gambaran juga tentang penyakit yang disebabkan oleh rokok. Jangan hanya melarang anak untuk merokok, tanpa memberi informasi yang sejelas-jelasnya,
Selain itu, dr. Sandra mengungkapkan bahwa harus ada desakan dari luar yang membuat anak-anak dan remaja mau berbuat sesuatu untuk berhenti merokok. Misalnya dengan membuat aturan-aturan ketat yang membuat anak tidak memiliki ruang atau kesempatan untuk merokok. Misalnya, membuat perjanjian dengan anak untuk menentukan satu tanggal pasti di mana mereka harus mulai berhenti merokok. Setelahnya berlakukan aturan tidak boleh ada rokok dan asap rokok yang masuk ke dalam rumah. Berlakukan aturan ini merata untuk semua anggota keluarga maupun tamu yang datang ke rumah.
Anda juga bisa memberi penghargaan pada anak bila mereka mampu berhenti merokok, yang membuatnya lebih termotivasi untuk berhenti total.
[embed-health-tool-bmi]