backup og meta

Susah Tidur Malam Tak Selalu Gejala Insomnia, Apa Sebabnya?

Susah Tidur Malam Tak Selalu Gejala Insomnia, Apa Sebabnya?

Insomnia mungkin terlintas di pikiran Anda saat mengalami susah tidur pada malam hari. Akan tetapi, tak selamanya kondisi ini disebabkan oleh gangguan tidur. Yuk, cari tahu perbedaan insomnia dan susah tidur pada ulasan di bawah ini.

Mengapa susah tidur tidak selalu jadi gejala insomnia?

penyebab insomnia penyebab tidak bisa tidur, penyebab susah tidur

Dikutip dari Sleep Foundation, sekitar 35% orang terkadang mengalami gejala mirip insomnia, seperti kesulitan untuk memulai tidur atau tetap tertidur selama malam hari.

Namun, sulit tidur tak selalu berarti Anda mengidap insomnia. Kesulitan tidur hanya didiagnosis sebagai insomnia bila berdampak negatif pada kehidupan sosial sehari-hari.

Meski begitu, secara umum insomnia merupakan salah satu jenis gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan memulai tidur dan mempertahankannya.

Menurut sebuah studi dalam jurnal Sleep (2011), terdapat tiga subtipe insomnia seperti berikut.

  • Initial insomnia: jenis insomnia yang datang saat hendak tidur yang bahkan membuat pengidapnya kesulitan tidur meskipun badannya sangat lelah.
  • Middle insomnia: jenis insomnia yang terjadi di tengah tidur sehingga Anda lebih sering terbangun saat tidur malam dan susah lagi untuk melanjutkannya.
  • Terminal insomnia: jenis insomnia yang membuat Anda terbangun lebih awal pada pagi hari dan tidak bisa melanjutkan tidur kembali.

Berdasarkan hal ini, susah tidur malam tidak selalu menjadi gejala insomnia. Sering terbangun dan sulit melanjutkan tidur juga bisa digolongkan ke dalam gangguan tidur ini.

Perbedaan insomnia dan susah tidur

Meski terlihat mirip, insomnia dan susah tidur pada malam hari dapat dibedakan berdasakan penyebab dan frekuensi kejadiannya.

Susah tidur umumnya disebabkan oleh lingkungan tidur yang kurang nyaman, misalnya kondisi kamar yang berisik, terlalu gerah, atau terlalu terang akibat cahaya lampu.

Kebiasaan menonton TV atau main ponsel sebelum tidur juga bisa menggangu proses produksi melatonin atau hormon tidur pada tubuh Anda.

Susah tidur yang tidak termasuk gejala insomnia biasa hanya berlangsung sesaat. Anda akan bisa tidur lagi dengan memperbaiki kebiasaan tersebut.

Selain itu, jenis insomnia juga bisa dikelompokkan berdasarkan lama gangguan ini muncul, yakni insomnia akut dan insomnia kronis.

1. Insomnia akut

insomnia penyakit keturunan

Insomnia akut terjadi dalam jangka pendek dan pada kondisi tertentu, misalnya menjelang ujian atau akibat dari tuntutan pekerjaan di kantor.

Jenis gangguan tidur ini sangat wajar terjadi dan mungkin banyak orang pernah mengalaminya. 

Secara garis besar, penyebab insomnia akut antara lain:

  • sedang stres dan tertekan,
  • sedang flu, sakit kepala, dan demam,
  • asupan kafein, nikotin, dan alkohol berlebihan, dan
  • jadwal tidur terganggu, misalnya akibat jet lag setelah perjalanan jauh atau sedang adaptasi dengan shift kerja malam hari.

Apabila berbagai kondisi tersebut bisa Anda atasi segera, umumnya insomnia akut akan pulih sendiri dan tak memerlukan pengobatan khusus. 

Sebagai contoh, saat sudah menyelesaikan tuntutan kerjaan, Anda yang awalnya sulit tidur bisa tidur dengan nyenyak lagi tanpa gangguan.

2. Insomnia kronis

sering terbangun tengah malam

Insomnia kronis terjadi dalam jangka panjang. Beberapa ahli menggolongkan gangguan tidur ini bila terjadi tiga kali dalam seminggu dan bertahan selama tiga bulan atau lebih.

Kondisi ini membuat Anda sulit tidur berkepanjangan. Hal ini berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental karena Anda tentu tidak memperoleh waktu tidur yang cukup.

Penyebab susah tidur pada malam hari akibat insomnia kronis sangat beragam, antara lain:

  • sering mimpi buruk, 
  • pola tidur berantakan,
  • gangguan stres pascatrauma,
  • kecemasan jangka panjang,
  • depresi dan kesedihan yang sangat mendalam, atau
  • mengidap masalah kesehatan, seperti kanker, diabetes, dan penyakit paru.

Gangguan tidur lain yang Anda alami, seperti sleep apnea dan restless legs syndrome (RLS), juga bisa menyebabkan insomnia kronis.

Apabila Anda mengalami susah tidur dalam jangka panjang, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Tanda dan gejala umum insomnia

Tidur merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Mengidap insomnia bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan. 

Selain susah tidur, pengidap insomnia biasanya akan merasakan gejala-gejala lain, seperti:

  • tidak merasa cukup tidur,
  • kelelahan yang berlebihan,
  • sering mengantuk pada siang hari,
  • depresi dan kecemasan,
  • mudah emosi,
  • kesulitan fokus dan konsentrasi,
  • produktivitas kerja menurun, dan
  • kekhawatiran tentang tidur yang berkelanjutan.

Cara mengatasi susah tidur dan insomnia

Secara umum, masalah susah tidur yang cukup ringan bisa Anda atasi dengan menerapkan pola tidur sehat melalui sleep hygiene.

Untuk memperoleh kualitas tidur yang baik, Anda sebaiknya membatasi makan dan minum, menciptakan ruangan tidur yang nyaman, dan menghindari gangguan sebelum tidur.

Menerapkan pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan bergizi, rutin olahraga, serta berhenti merokok dan minum alkohol juga bisa Anda lakukan.

Jika berbagai cara mengatasi susah tidur belum berhasil, segera konsultasikan dengan dokter.

Dokter bisa menyarankan terapi perilaku kognitif untuk insomnia (cognitive behavior therapy for insomnia/CBT-I) bila Anda didiagnosis dengan kondisi tersebut.

Terapi psikologis ini bertujuan mengubah pola pikir dan perilaku yang menyebabkan berbagai masalah dalam hidup.

Selain itu, pengobatan insomnia juga dapat dikombinasikan dengan resep obat tidur untuk meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi kecemasan Anda.

Susah tidur dan insomnia yang tidak ditangani bisa memperburuk kualitas hidup. Segera konsultasikan dengan dokter Anda bila mendapati gejalanya.

[embed-health-tool-heart-rate]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Suni, E., & Rehman, A. (2022). Insomnia: Symptoms, Causes, and Treatments. Sleep Foundation. Retrieved 22 April 2022, from https://www.sleepfoundation.org/insomnia

Suni, E., & Smith, K. (2022). What Are the Different Types of Insomnia?. Sleep Foundation. Retrieved 22 April 2022, from https://www.sleepfoundation.org/insomnia/types-of-insomnia

Insomnia – Symptoms and causes. Mayo Clinic. (2016). Retrieved 22 April 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/symptoms-causes/syc-20355167

Insomnia – Diagnosis & treatment. Mayo Clinic. (2016). Retrieved 22 April 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/diagnosis-treatment/drc-20355173

Hara, C., Stewart, R., Lima-Costa, M., Rocha, F., Fuzikawa, C., & Uchoa, E. et al. (2011). Insomnia Subtypes and Their Relationship to Excessive Daytime Sleepiness in Brazilian Community-Dwelling Older Adults. Sleep, 34(8), 1111-1117. https://doi.org/10.5665/sleep.1172

Versi Terbaru

18/05/2022

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Sering Insomnia? Ini 4 Titik Akupresur agar Anda Ngantuk

5 Cara Mengatasi Susah Tidur yang Bisa Anda Coba


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 18/05/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan