Berbagai penyakit penyebab batuk yang menimbulkan peradangan di saluran napas dapat meningkatkan produksi dahak. Banyak yang meyakini bahwa saat batuk berdahak, sebaiknya dahak dikeluarkan karena menelan dahak bisa membahayakan kesehatan. Dahak dipercaya mengandung banyak kuman yang bisa mengganggu pencernaan. Apakah benar menelan dahak saat batuk berdampak lebih buruk pada kondisi kesehatan dibandingkan dengan mengeluarkannya?
Menelan dahak tidak berbahaya, tapi memperparah batuk
Seperti yang dijelaskan dalam studi klinis Airway Mucus Function and Dysfunction, setiap hari dahak diproduksi di sepanjang saluran napas untuk melindungi sekaligus mendukung kerja sistem pernapasan.
Dahak yang normal biasanya berwarna jernih dan encer. Sebaliknya, dahak akan berubah mengental dan warnanya menggelap ketika terjadi peradangan di saluran napas.
Dahak yang lebih pekat ini bisa menjebak berbagai benda asing seperti debu, partikel kotor, iritan, virus, dan bakteri yang dapat semakin mengiritasi saluran pernapasan.
Mekanisme batuk sendiri membantu dahak yang menggumpal untuk dikeluarkan dari saluran udara.
Semakin banyak dahak di saluran napas, semakin sering pula Anda batuk. Itu sebabnya, Anda dianjurkan untuk tidak menelan dahak saat batuk, tetapi membuangnya.
Bagaimana jika Anda tidak sengaja menelan dahak saat batuk? Tak perlu khawatir. Menelan dahak saat batuk tidak akan membuat Anda sakit perut atau mengalami gangguan pencernaan lainnya.
Dahak memang mengandung kuman penyakit yang menyebabkan Anda batuk. Namun, saat Anda tidak sengaja menelan, dahak akan ikut dicerna di dalam lambung.
Lambung bekerja untuk menetralisir makanan dan kuman-kuman yang masuk ke dalam saluran cerna sebelum diproses lebih lanjut oleh organ pencernaan lainnya.
Kondisi lambung yang cenderung asam bisa mematikan berbagai kuman penyakit yang terkandung di dalam dahak.
Penyakit infeksi tertentu memang bisa menyebabkan Anda merasakan rasa tak nyaman di perut.
Akan tetapi, kondisi ini sebenarnya lebih disebabkan oleh pergerakan udara yang menekan saluran cerna ketika Anda batuk, bukan dari kuman penyakit yang terkandung dalam dahak.
Membuang dahak sembarangan menyebarkan penyakit
Setelah mengetahui fakta di atas, Anda mungkin lebih memilih untuk membuangnya, ketimbang menelan dahak saat batuk.
Namun, pastikan Anda menerapkan etika batuk dan cara membuang dahak yang benar.
Jangan sampai Anda meludah sembarangan sehingga menyebarkan penyakit kepada orang lain.
Menurut para ahli kesehatan, kuman penyakit di dalam dahak bisa bertahan hidup selama 1-6 jam. Bahkan, beberapa kuman bisa hidup di jalanan lebih dari 24 jam.
Belum lagi kebanyakan infeksi pernapasan seperti tuberkulosis, pneumonia, dan influenza yang ditandai dengan batuk berdahak dapat menular lewat udara.
Kuman-kuman ini bisa saja berpindah ke tubuh orang yang sehat hanya dengan menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan dahak dari orang yang terinfeksi.
Berikut adalah tata cara batuk yang baik dan benar, terutama saat Anda berada di lingkungan umum:
- Segera ketika ingin batuk dan buang dahak, ambil tisu untuk menutupi mulut dan hidung Anda.
- Ludahkan dahak di dalam tisu dan langsung buang tisu bekas ke dalam tempat sampah.
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Mewaspadai penyakit dari warna dahak
Menelan dahak saat batuk mungkin terasa lebih praktis.
Akan tetapi, membuang dahak sebenarnya bisa membuat Anda lebih waspada terhadap kemungkinan gangguan pernapasan tertentu.
Anda bisa memperhatikan warna dahak tersebut. Dahak yang kuning pekat atau kehijauan kemungkinan menunjukkan infeksi bakteri atau virus.
Sementara saat Anda batuk dan mengeluarkan dahak berwarna kemerahan atau batuk berdarah, maka bisa menandakan infeksi pernapasan serius, seperti TBC, bronkitis, pneumonia, hingga kanker paru.
Namun, sebelumnya Anda juga perlu bisa membedakan antara batuk darah dan muntah darah. Pastikan darah yang dikeluarkan benar-benar berasal dari saluran napas.
Oleh sebab itu, jika Anda terus batuk dengan mengeluarkan dahak berwarna pekat selama lebih dari 7 hari, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, terutama jika Anda perokok berat atau peminum alkohol rutin.