Penyakit yang disebabkan infeksi patogen seperti virus dan bakteri dapat menular. Penularan penyakit infeksi bisa terjadi melalui kontak langsung atau bahkan menghirup udara yang mengandung droplet patogen yang dikeluarkan saat bicara, bersin, dan batuk. Oleh karena itu, penting untuk Anda mengetahui etika atau tata cara batuk yang benar sehingga bisa mencegah penularan penyakit pada orang lain.
Etika batuk yang benar minimalisir risiko penularan penyakit
Di masa new normal, Anda perlu mempraktikkan etika batuk di mana dan kapan pun. Etika batuk ini penting dilakukan untuk meminimalkan penularan penyakit.
Batuk yang terjadi sesekali sebenarnya merupakan hal yang wajar, tetapi etikanya perlu diperhatikan.
Batuk adalah bentuk respons tubuh yang alami karena adanya zat asing yang masuk ke dalam sistem pernapasan.
Refleks ini menjadi cara tubuh untuk mengeluarkan kotoran atau iritan yang mengganggu sistem pernapasan.
Namun, batuk yang berlangsung secara menerus dapat menandakan terdapatnya masalah dalam sistem respirasi atau penyakit lainnya.
Batuk menjadi gejala yang paling umum dialami ketika terjadi infeksi patogen, yaitu mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus dan bakteri, di saluran pernapasan.
Ambil contohnya, infeksi virus yang menyebabkan flu dan pilek merupakan penyakit penyebab batuk berdahak yang paling sering dialami atau asma yang menyebabkan batuk kering.
Penularan penyakit ini bisa berlangsung sangat cepat dari orang ke orang dikarenakan virus penyebabnya terdapat dalam droplet lendir yang dikeluarkan saat bersin dan batuk.
Jika penyebaran droplet virus bisa dibatasi, transmisi penyakit juga bisa ikut diminimalisir. Penerapan etika batuk dapat membantu mengendalikan penyebaran virus penyebab infeksi sistem pernapasan.
Cara yang tepat menerapkan etika batuk
Etika batuk sebaiknya memang dilakukan kapan pun, sekalipun Anda dalam keadaan sehat. Sementara, orang yang sakit sangat diwajibkan untuk menerapkan etika batuk ini.
Berdasarkan informasi dari CDC, virus yang terkandung dalam droplet dapat bertahan 15 menit hingga satu jam di dalam ruangan.
Hal ini tentunya menambah risiko seseorang tertular virus apabila tidak dilakukan pencegahan penyebaran penyakit.
Upaya mencegah penyebaran penyakit yang paling umum diketahui adalah dengan menutup mulut dan hidung dengan tangan saat bersin dan batuk.
Menghalangi droplet tersebar luas dengan cara menutup mulut dan hidung memang tepat. Namun, menggunakan telapak tangan pun Anda tetap bisa menyebarkan patogen lewat sentuhan.
Tanpa sadar, Anda telah memindahkan bakteri dari telapak tangan ke benda atau orang lain yang nantinya bersentuhan dengan tangan Anda.
Penggunaan sapu tangan untuk menutup batuk juga tidak tepat. Alih-alih menghindari kontak dengan kuman penyakit, organisme berbahaya ini malah bisa terperangkap di dalamnya.
Jika Anda sakit, kemungkinan untuk terjadinya reinfeksi atau infeksi berulang akan lebih tinggi.
Namun, etika batuk lebih dari sekadar menutup mulut dan hidung, terdapat beberapa langkah lainnya yang juga perlu diikuti.
1. Menutup hidung dan mulut dengan tisu
Jika Anda hendak batuk, etika yang tepat adalah segera mengambil tisu untuk menutupi mulut dan hidung Anda.
Langsung buang segera tisu yang digunakan ke tempat sampah, sebelum tisu tersebut disentuh atau bahkan digunakan oleh orang lain.
Batuk itu sendiri merupakan refleks yang terkadang sulit dikontrol. Ada kalanya Anda mau batuk tapi tidak sempat mengambil tisu untuk menutup mulut dan hidung.
Maka, batuklah pada bagian dalam lengan atas Anda, jangan pada telapak tangan.
Bagian lengan atas merupakan bagian yang jarang berkontak dengan benda (gagang pintu, alat makan, atau telepon) atau melakukan sentuhan fisik seperti saat berjabat tangan dengan orang lain.
2. Menjaga jarak dengan orang lain
Ketika batuk, jangan lupa untuk memalingkan wajah Anda menjauhi orang-orang yang ada di sekitar.
Etika batuk seperti ini dilakukan untuk memastikan tidak ada cipratan droplet yang mengenai tubuh atau wajah orang lain.
Pasalnya, melansir dari International Journal of Indoor Environment and Health, estimasi droplet yang dapat terhirup seseorang berada pada jarak 1,5 meter dari orang batuk atau bersin.
3. Mencuci tangan menggunakan sabun
Ingatlah untuk selalu mencuci tangan setelah batuk. Sebagian besar penyakit pernapasan berbahaya disebarkan karena dari sentuhan tangan yang terkontaminasi patogen ke bagian wajah.
Etika mencuci tangan dengan benar adalah dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Cairan pembersih lain seperti sanitizer juga bisa digunakan asalkan mengandung alkohol dengan kosentrasi 60-95 persen.
Selama mencuci tangan, pastikan Anda membersihkan seluruh bagian telapak tangan, termasuk menggosok sela-sela jari.
Lakukanlah selama 20 detik sehingga memastikan pelindung tubuh patogen benar-benar hancur oleh air sehingga ia tidak bisa lagi aktif menginfeksi tubuh.
Dalam etika batuk, membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir lebih efektif karena dengan batuan aliran air kuman bisa langsung terlepas dari permukaan tangan.
4. Menggunakan masker saat sakit
Terakhir, gunakan masker jika Anda merasa sakit dan batuk terus-menerus.
Penggunaan masker juga sebaiknya digunakan dengan tepat. Ganti masker secara berkala atau cuci dengan sabun yang mengandung disinfektan jika menggunakan bahan masker yang bisa dipergunakan ulang.
Hindari menggunakan masker yang sudah kotor dan lembab karena justru dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk kuman penyakit berkembang biak.
Meskipun sudah menggunakan masker, cobalah untuk tetap menjauhkan diri dari orang lain saat Anda batuk sehingga tidak menyebarkan kuman.
Etika batuk yang dilakukan saat merasa sakit
Setiap langkah etika batuk sebaiknya diterapkan ketika batuk di mana pun, terutama di tempat atau fasilitas umum yang dipadati orang.
Begitupun saat Anda sendirian karena droplet tetap bisa berpindah melalui udara atau menempel di permukaan benda.
Jika batuk yang Anda alami memang merupakan gejala penyakit menular, ada baiknya Anda beristirahat di rumah dan menghindari tempat ramai seperti kantor, pasar, dan sekolah bila memungkinkan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kontak fisik dan menjaga jarak dengan orang lain sehingga mencegah penularan kuman penyakit.
Selain itu, akan lebih baik jika Anda juga mengenali gejala-gejala lain dari penyakit penyebab batuk secara umum.
Dilansir dari Mayo Clinic, penyakit seperti pilek dan flu bisa menyebabkan munculnya gangguan kesehatan lain yang muncul bersamaan dengan batuk, seperti:
- Demam
- Tenggorokan kering
- Nyeri tubuh terutama pada sendi dan otot
- Sesak napas
- Hidung berair dan tersumbat
- Sakit kepala
- Kelelahan atau badan lemas
- Diare dan muntah-muntah
Batuk yang disebabkan oleh pilek atau flu biasanya akan berhenti dalam waktu kurang dari seminggu, bahkan bisa lebih cepat.
Ini tentu saja jika Anda melakukan perawatan sederhana untuk meredakan batuk. Misalnya, dengan memperbanyak konsumsi cairan, istirahat, dan minum obat batuk.
Ada rangkaian obat batuk yang aktif redakan beragam batuk berdasarkan gejalanya.
Sesuaikan obat batuk dengan masalah batuk Anda, apakah itu batuk berdahak, tidak berdahak, batuk dan demam, ataupun batuk tidak berdahak yang disebabkan alergi.
Segera minum obat batuk untuk tuntaskan gejala batuk yang cocok, agar Anda dapat kembali berkomunikasi dengan lancar dan menjalani kegiatan lebih optimal.
Namun, jika Anda batuk secara menerus selama lebih dari 2 minggu walaupun sudah minum obat batuk, Anda perlu menemui dokter secepatnya.
Dokter akan merekomendasikan obat batuk yang tepat dengan jenis batuk yang Anda alami.
Namun berhati-hatilah, gejala batuk seperti ini dapat mengarah pada kondisi batuk kronis yang menjadi penanda adanya masalah pernapasan yang lebih serius.
Ingat, etika batuk seperti menggunakan tisu atau bagian dalam lengan atas, menjaga jarak dari orang lain, dan mencuci tangan setelahnya juga berlaku diterapkan ketika bersin.