Mengenal 5 Jenis Pemeriksaan untuk Diagnosis Asma

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 19/08/2021

    Mengenal 5 Jenis Pemeriksaan untuk Diagnosis Asma

    Jika Anda atau anak sering mengalami kesulitan bernapas yang disertai bunyi (ngik-ngik), dada sesak, dan batuk, segera periksakan diri ke dokter. Gangguan pernapasan ini bisa menandakan asma. Untuk memperoleh diagnosis asma, dokter perlu melakukan beberapa tes, mulai dari pemeriksaan fisik hingga tes untuk mengukur fungsi paru-paru.

    Berbagai tes untuk mendiagnosis asma

    dokter

    Asma bisa menyebabkan gangguan pernapasan yang ringan hingga serius. Namun, tak perlu cemas, setiap gejala umumnya bisa diatasi dengan baik melalui pengobatan.

    Agar bisa lebih cepat diatasi, asma perlu dideteksi terlebih dulu sehingga dokter bisa menentukan pengobatan yang tepat. Pasalnya, asma bisa disebabkan berbagai kondisi sehingga penangananya perlu disesuaikan dengan setiap kondisi pasien.

    Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk diagnosis asma.

    1. Pemeriksaan fisik

    Saat pertama berkonsultasi, dokter biasanya akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, serta melakukan pemeriksaan fisik.

    Dokter akan mengajukan pertanyaan terlebih dulu seputar gejala yang alami seperti gangguan pernapasan yang Anda alami, apakah sering merasa kesulitan bernapas, napas berbunyi (mengi), batuk, atau dada terasa sesak. Jika hampir semua gejala sering dialami, dokter akan menanyakan kapan biasanya gangguan pernapasan muncul.

    Kondisi bisa mengarah pada asma ketika gejala sering dialami di malam hari, saat berolahraga, ketika merokok, setelah terpapar bulu binatang, debu, atau polusi, saat stres, atau tidak bisa terprediksi. Dugaan terhadap asma bisa semakin kuat jika diketahui terdapat riwayat penyakit alergi pernapasan dan asma di keluarga pasien.

    Setelah mengajukan pertanyaan, dokter akan menempatkan stetoskop pada dada pasien untuk mendengarkan kecepatan pernapasan, detak jantung, dan memeriksa kondisi paru-paru. Pemeriksaan fisik asma yang dilakukan juga meliputi pemeriksaan saluran pernapasan atas seperti hidung atau tenggorokan.

    2. Tes spirometri

    Tes laboratorium selanjutnya dilakukan untuk memperkuat hasil pemeriksaan fisik. Menurut American Lung Association, tes lanjutan yang umum dilakukan dalam diagnosis asma adalah tes spirometri.

    Tes spirometri bertujuan untuk mengukur fungsi paru-paru. Dalam tes ini, alat bernama spirometer akan digunakan untuk menghitung seberapa banyak dan cepat udara dikeluarkan.

    Anda akan diminta mengambil napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan kuat pada tabung yang terpasang langsung ke spirometer. Hasil pengukuran dari tes spirometri dapat membantu dokter mengetahui seberapa baik paru-paru bekerja.

    Jika pengukuran menunjukkan nilai di bawah batas normas (sesuai dengan usia), hasil bisa mengindikasikan asma disebabkan oleh penyempitan jalan napas.

    3. Tes peak flow meter (PFM)

    Tes medis untuk asma ini fungsinya kurang lebih sama dengan tes spirometri yaitu untuk mengukur fungsi paru-paru dalam menjalankan proses pernapasan.

    Akan tetapi, tes peak flow meter (PFM) biasanya dilakukan berkali-kali dalam beberapa minggu. Tujuannya adalah untuk memantau fungsi paru dari waktu ke waktu.

    Dikutip dari Asthma and Allergy Foundation of America, alat peak flow meter sangat sensitif mendeteksi penyempitan di saluran napas sehingga bisa memberikan hasil pemeriksaan yang lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan stetoskop.

    Pada tes medis untuk asma ini, Anda akan diminta untuk mengembuskan napas pada alat peak flow meter. Setelah itu, akan muncul nilai puncak aliran udara. Nilai di bawah batas normal bisa mengindikasikan asma.

    Beberapa pasien yang kerap mengalami gejala asma serius biasanya menggunakan alat ini untuk menentukan kapan mereka perlu menggunakan obat asma, bahkan sebelum gejala muncul.

    4. Tes FeNO (uji oksida nitrat)

    Oksida nitrat merupakan gas yang diproduksi oleh paru-paru. Gas ini dapat ditemukan setiap kali terjadi peradangan di paru-paru sehingga dapat digunakan sebagai indikator inflamasi di paru-paru.

    Asma sendiri merupakan kondisi yang disebabkan oleh peradangan yang mengakibatkan penyempitan saluran udara. Oleh karena itu, tes FeNO atau uji oksida nitrat dapat digunakan untuk diagnosis asma.

    Dalam melakukan tes ini, Anda akan bernapas ke dalam alat selama sekitar 10 detik dengan kecepatan napas yang tetap. Alat ini kemudian akan menghitung jumlah oksida nitrat dalam udara yang Anda hembuskan.

    5. Challenge test

    Jika pemeriksaan spirometri tidak bisa memberikan diagnosis asma secara pasti, dokter akan melakukan pengujian lanjutan. Hasil pengukuran yang tidak pasti biasanya ditunjukkan oleh nilai pengukuran yang mendekati batas normal.

    Dalam pengujian lanjutan, dokter akan dengan sengaja memicu gejala asma dengan mengharuskan pasien menghirup aerosol yang mengadung methacoline. Zat ini dapat menyebabkan penyempitan saluran napas.

    Setelah menghirup methacoline, dokter akan meminta Anda melakukan latihan atau beberapa aktivitas fisik untuk melihat apakah zat tersebut berhasil memicu gejala.

    Terlepas dari muncul atau tidaknya gejala asma, Anda selanjutnya akan diminta untuk kembali menjalani tes spirometri.

    Apabila hasilnya tetap mendekati normal, Anda tidak memiliki asma. Sebaliknya jika nilai pengukuran semakin turun dari batas normal, hasil bisa menunjukkan adanya penyempitan jalan napas atau asma.

    Pemeriksaan lainnya

    sedot cairan di paru-paru torakosentesis thoracentesis

    Selain pemeriksaan fisik dan fungsi paru, dokter mungkin perlu melakukan pengambilan gambar organ paru melalui rontgen dada atau CT Scan. Namun, tes ini tidak selalu dilakukan jika pemeriksaan sebelumnya sudah memberikan hasil diagnosis yang kuat, kecuali terdapat indikasi sinusitis.

    Dalam beberapa kondisi, tes lain bisa dilakukan untuk mencegah kekeliruan dalam diagnosis.

    Pengujian peradangan

    Tes darah atau tes dahak bisa dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat peradangan pada paru-paru atau adanya infeksi di saluran napas. Kondisi tersebut bisa menyebabkan gangguan pernapasan yang diduga sebagai gejala asma.

    Tes alergi

    Gejala asma bisa menyerupai rinitis alergi yaitu reaksi alergi yang menyebabkan gangguan pernapasan seperti hidung tersumbat, bersin, batuk, dan napas mengi. Untuk itu, dalam beberapa kasus, dokter bisa melakukan tes alergi untuk memastikan apakah gangguan pernapasan yang dialami benar dipicu oleh asma bukan alergi rhinitis.

    Setelah diagnosis menyatakan Anda memiliki asma, dokter akan mendiskusikan pengobatan yang tepat. Pastikan Anda benar-benar memahami cara penggunaan obat asma.

    Dengan melakukan tes medis, asma bisa terdeteksi dan tertangani dengan baik sejak awal. Anda juga bisa mulai menerapkan pola hidup yang lebih sehat sehingga gejala asma lebih terkendali, bahkan mungkin tidak lagi kambuh dalam waktu lama.

    Jadi, segeralah periksakan diri ke dokter ketika mengalami sesak napas dan mengi yang diduga sebagai gejala asma.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 19/08/2021

    Iklan
    Iklan
    Iklan