Sesak napas, mengi, dan batuk-batuk bisa menandakan bahwa Anda mengidap asma. Namun, untuk memastikan diagnosis asma, tentu saja Anda perlu melakukan pemeriksaan dengan dokter.
Dengan mengetahui diagnosis asma secara pasti, Anda bisa mendapatkan perawatan yang tepat sehingga tidak lagi kesulitan untuk bernapas.
Berbagai tes kesehatan untuk diagnosis asma
Meski memiliki gejala yang cukup jelas, bukan berarti asma tidak perlu didiagnosis oleh dokter.
Justru dengan diagnosis melalui pemeriksaan kesehatan, Anda bisa mengetahui penyebab asma secara pasti dan sejauh mana penyakit ini mengganggu kesehatan Anda.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk memastikan keberadaan asma di dalam tubuh Anda.
1. Pemeriksaan fisik untuk asma
Saat konsultasi pertama, dokter biasanya akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien, termasuk gejala yang dialami, seberapa sering gejala muncul, dan apakah terdapat riwayat asma di dalam keluarga.
Beberapa gejala yang kerap dokter tanyakan adalah sesak napas, mengi (napas berbunyi), dan batuk.
Penting juga untuk mengingat apakah gejala tersebut lebih sering terjadi pada malam hari, saat berolahraga, ketika merokok, atau tidak bisa diprediksi.
Setelah mengajukan pertanyaan, dokter akan memeriksa kecepatan pernapasan, detak jantung, dan kondisi paru-paru Anda menggunakan stetoskop.
Dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan saluran pernapasan atas, seperti hidung dan tenggorokan.
2. Tes peak flow meter (PFM)
Pemeriksaan selanjutnya yang dilakukan dalam proses diagnosis asma adalah tes peak flow meter (PFM).
Fungsi tes ini kurang-lebih sama dengan spirometri. Namun, PFM umumnya dilakukan berkali-kali dalam beberapa minggu dengan tujuan memantau fungsi paru-paru dari waktu ke waktu.
Laman National Health Service menyebutkan bahwa PFM akan menunjukkan seberapa cepat Anda bisa bernapas.
Semakin rendah nilai PFM, semakin besar pula kemungkinan Anda mengidap masalah pada saluran pernapasan.
Karena dilakukan secara berulang, PFM juga bisa digunakan untuk melihat apakah asma yang Anda alami semakin buruk atau tidak.
Tahukah Anda?
3. Tes spirometri
Pemeriksaan dengan alat bernama spirometer ini berfungsi untuk mengukur fungsi paru-paru, tepatnya seberapa cepat dan banyak udara bisa dikeluarkan.
Selama tes spirometri, Anda akan diminta mengambil napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan kuat melalui tabung (mouthpiece) yang sudah terpasang pada spirometer.
Hasil pengukuran tes spirometri dapat membantu dokter mengetahui seberapa baik paru-paru Anda bekerja.
Jika nilai tes spirometri berada di bawah batas normal, dokter mungkin melakukan pemeriksaan kembali, tetapi dengan memberikan obat bronkodilator terlebih dahulu.
Nantinya, dokter akan melihat apakah obat bronkodilator memang membuka saluran pernapasan Anda. Ketika obat bronkodilator bekerja, ini bisa menandakan bahwa Anda mengidap asma.