Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Perlengketan usus (adhesi usus) adalah kondisi ketika jaringan pencernaan dan otot menempel pada dinding abdomen (perut). Pada kondisi normal, permukaan antar organ pencernaan licin dan lembut, sehingga tidak menyebabkan usus lengket.
Kondisi yang juga disebut adhesi usus ini terjadi akibat adanya luka pada jaringan antar organ. Akibatnya, usus pun saling menempel. Pasalnya, luka membuat jaringan lebih mudah menempel karena permukaannya sangat lengket.
Itu sebabnya, usus lengket sering terjadi pada pasien yang baru menjalani operasi. Gangguan pencernaan ini mungkin terjadi pada antar-saluran pencernaan atau sistem pencernaan dengan jaringan otot perut.
Penyakit ini paling sering muncul usai menjalani operasi perut. Sekitar 93% pasien yang selesai mendapatkan operasi perut, pelvis, usus, dan kandungan juga berisiko mengalami perlengketan usus.
Meski begitu, usus lengket juga dapat terjadi pada orang yang tak pernah menjalani operasi perut sama sekali. Namun, jumlah kasusnya hanya sekitar 10 persen dari total kasus yang ada.
Kebanyakan orang yang memiliki usus lengket tidak mengalami gejala apa pun.
Namun, gejala yang paling sering dijumpai adalah sakit perut berkepanjangan dan kondisi yang berkaitan dengan masalah pencernaan, seperti:
Kemungkinan ada gejala lain yang tidak tercantum. Jika terdapat pertanyaan tentang ciri-ciri perlengketan usus, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
Bila Anda merasa sakit perut berkepanjangan tanpa sebab yang jelas, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Tubuh setiap orang berbeda-beda, sehingga selalu diskusikan dengan dokter untuk mencari tahu diagnosis dan perawatan terbaik untuk Anda.
Penyebab utama usus lengket yaitu operasi perut. Selain itu, ada beberapa jenis prosedur lainnya yang menyebabkan perlengketan usus, antara lain:
Tidak hanya operasi, ada sejumlah kondisi yang bisa memicu infeksi atau peradangan pada saluran antar-pencernaan, yakni:
Terlalu sering menjalani operasi perut akan meningkatkan risiko dinding abdomen yang terkontaminasi. Selain itu, diet yang tidak seimbang setelah operasi juga membuat Anda lebih rentan dengan penyakit ini.
Usus yang lengket tidak dapat dideteksi hanya dengan tes atau ultrasound. Umumnya, akan meminta Anda menjalani sejumlah pemeriksaan tambahan, seperti:
Berikut ini beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi perlengketan usus.
Bagi pasien perlengketan usus dengan gejala yang tidak terlalu parah, operasi atau pembedahan bukan pilihan satu-satunya. Anda bisa menghindari operasi tersebut selama 12 – 24 jam.
Dokter biasanya akan meminta Anda untuk tidak minum air atau cairan apa pun selama satu hari, terutama ketika pernah menjalani operasi dan mengalami kram perut. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan gejala ringan dari adhesi usus.
Selain itu, pengobatan lainnya adalah menerima cairan lewat intravena. Pada kasus ini, selang hisap kecil yang memanjang akan dimasukkan ke hidung dan masuk ke perut.
Selang tersebut digunakan untuk mencegah kembung dan menghilangkan rasa sakit dan mual.
Bila penyakit ini menyebabkan usus tercekik, operasi atau pembedahan perut perlu segera dilakukan. Hal ini bertujuan agar usus yang lengket tidak menghambat aliran darah menuju usus.
Bila gejalanya tidak terlalu parah, operasi mungkin dapat ditunda selama 12 – 24 jam agar Anda bisa menerima cairan intravena. Hal ini bertujuan agar Anda dapat menghindari pembedahan sebisa mungkin.
Setelah menjalani operasi perut, Anda mungkin perlu mengubah gaya hidup selama proses pemulihan, seperti:
Adhesi usus tidak dapat dicegah mengingat operasi perut yang dilakukan sebelumnya tentu penting untuk kesehatan Anda.
Namun, ketika ahli bedah melakukan operasi perut, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mengurangi risiko usus lengket sebagai berikut.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar