backup og meta

Sering Makan Sushi dan Sashimi, Apa Ada Risikonya?

Sering Makan Sushi dan Sashimi, Apa Ada Risikonya?

Anda suka makan sushi atau sashimi? Mungkin beberapa dari Anda ada yang tidak menyukai makanan Jepang ini karena Anda tidak suka makanan mentah atau mungkin juga takut terkena penyakit yang bisa disebabkan oleh makanan mentah. Namun, sebenarnya apakah makan sushi dan sashimi dapat membahayakan kesehatan?

Parasit dalam makanan mentah

Tekstur yang lembut dan halus dari ikan mentah yang bisa kita rasakan dalam sushi dan sashimi menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Seperti yang telah kita tahu, sushi dan sashimi merupakan makanan yang disajikan dalam kondisi mentah. Sushi sendiri merupakan gulungan nasi beserta dengan isian berupa ikan mentah atau tidak mentah (kita akan membahas mengenai sushi dengan isian makanan mentah). Sedangkan sashimi merupakan irisan tipis dari daging ikan mentah, terutama salmon dan tuna.

Perlu Anda ketahui bahwa semua makhluk hidup, termasuk ikan, mempunyai parasit (yang bukan berasal dari kontaminasi). Parasit yang terdapat dalam ikan mentah biasanya adalah bakteri Salmonella. Parasit ini akan mati jika makanan dimasak sampai matang. Namun, parasit masih dapat ditemukan dalam makanan mentah, seperti ikan mentah di sushi dan sashimi.

Sebagian besar dari parasit ini tidak bisa beradaptasi dengan tubuh manusia. Beberapa parasit dalam ikan mentah mungkin dapat dicerna dalam tubuh tanpa menimbulkan dampak yang parah, tetapi sebagian lagi bisa menyebabkan dampak yang membahayakan kesehatan, seperti penyakit bawaan makanan (foodborne disease) atau keracunan makanan.

Bagi banyak orang sehat, makan ikan atau seafood mentah dalam jumlah wajar mungkin bisa menimbulkan risiko kesehatan kecil. Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berasal dari makanan, bisa berpotensi menyebabkan muntah, diare, sakit perut, dan gejala lainnya.

Bagaimana dengan sushi dan sashimi, apakah tidak berbahaya?

Beberapa ancaman harus diwaspadai ketika Anda mengonsumsi sushi atau sashimi, seperti ikan mungkin tidak segar, ikan mungkin busuk, atau terdapat bakteri dalam ikan. Namun, hal ini bisa terdeteksi sebelum dikonsumsi karena biasanya ikan akan memunculkan bau tidak sedap. Ikan yang sudah dalam kondisi seperti ini, pastinya langsung disingkirkan.

Namun, masih ada ancaman lain yang lebih besar dalam ikan mentah, yaitu parasit, yang tidak mudah untuk terdeteksi. Untuk mengurangi parasit tersebut, tentu ikan mentah yang disajikan pada sushi dan sashimi sudah diolah sedemikian rupa sebelum disajikan. Ikan yang dipilih untuk dijadikan sushi dan sashimi pun tentunya harus memenuhi standar tertentu, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Ikan yang digunakan untuk membuat sushi dan sashimi biasanya telah dibekukan pada suhu -20° C selama tujuh hari atau dibekukan pada -35° C selama 15 jam. Pembekuan ini bertujuan untuk membunuh parasit yang ada di ikan. Jadi, selama sushi dan sashimi disiapkan dengan benar sesuai peraturan keamanan pangan yang berlaku, risiko sushi dan sashimi untuk bisa menimbulkan penyakit mungkin sangat kecil, sehingga aman dikonsumsi. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan jika masih terdapat organisme berbahaya dalam jumlah sangat kecil dalam ikan mentah, walaupun sudah melalui proses pembekuan.

Pada orang sehat, makan ikan mentah, seperti di sushi dan sashimi, mungkin tidak akan menimbulkan risiko yang berbahaya. Namun, bagi orang yang berisiko tinggi, makan ikan mentah bisa saja menyebabkan penyakit bawaan makanan (foodborne disease), penyakit parah, bahkan mungkin bisa mengancam jiwa. Orang-orang yang termasuk berisiko tinggi untuk terkena penyakit tersebut adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah,  orang dengan keasaman lambung lebih rendah, ibu hamil, bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang lebih tua. Orang-orang yang berisiko tinggi ini tidak disarankan untuk makan ikan mentah dalam sushi atau sashimi.

Jadi, secara umum, mengonsumsi sushi dan sashimi dalam jumlah yang cukup sering mungkin tidak akan berbahaya bagi orang sehat. Namun, tetap saja Anda harus memperhatikan kesegaran ikan, kebersihan, pengolahan, dan penyajian sushi dan sashimi untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan. Pilihlah restoran yang benar-benar menerapkan keamanan pangan dalam menyajikan sushi dan sashimi.

Untuk orang yang berisiko tinggi, mengonsumsi sushi dan sashimi bisa saja menimbulkan risiko kesehatan yang besar. Sebaiknya bagi Anda yang berisiko tinggi, konsumsilah ikan yang sudah dimasak setidaknya 63° C selama 15 detik.

 

BACA JUGA

 

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Diffen. (2016). Sashimi vs Sushi – Difference and Comparison | Diffen. [online] Available at: http://www.diffen.com/difference/Sashimi_vs_Sushi [Accessed 21 Oct. 2016].

Erman, A. (2014). Sashimi: Is it Okay to Eat Raw Fish?. [online] Organic Authority. Available at: http://www.organicauthority.com/sashimi-is-it-okay-to-eat-raw-fish/ [Accessed 21 Oct. 2016].

Seafood Health Facts. (2016). Parasites | Seafood Health Facts. [online] Available at: http://www.seafoodhealthfacts.org/seafood-safety/general-information-patients-and-consumers/seafood-safety-topics/parasites [Accessed 21 Oct. 2016].

Newgent, Jackie. (2015). Is Raw Seafood Safe To Eat?. [online] Available at: http://www.eatright.org/resource/homefoodsafety/safety-tips/food/is-raw-seafood-safe-to-eat [Accessed 21 Oct. 2016].

Live Science. (2012). Is Sushi Safe to Eat?. [online] Live Science. Available at: http://www.livescience.com/32163-is-sushi-safe-to-eat.html [Accessed 21 Oct. 2016].

Anon, (2016). [online] Available at: http://cid.oxfordjournals.org/content/41/9/1297.long [Accessed 21 Oct. 2016].

Versi Terbaru

18/12/2020

Ditulis oleh Arinda Veratamala

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Nabila Azmi


Artikel Terkait

Mengenal Gula Alkohol, Apakah Lebih Sehat dari Gula Biasa?

10 Pilihan Makanan yang Mengandung Polifenol Tinggi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 18/12/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan