Jika Anda sering mengalami sakit perut, perut begah, atau buang air besar berkali-kali setelah mengonsumsi produk susu, ini mungkin tanda bahwa Anda sensitif terhadap laktosa. Intoleransi laktosa merupakan kondisi yang cukup umum, tapi sebenarnya apa yang menjadi penyebab gangguan pencernaan ini?
Penyebab umum intoleransi laktosa
Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan akibat ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa.
Laktosa merupakan gula alami yang terkandung dalam susu serta produk-produknya.
Tubuh manusia mencerna laktosa dengan bantuan enzim laktase. Enzim ini mengubah laktosa menjadi gula sederhana (glukosa) yang dapat diserap oleh darah.
Darah lalu mengedarkan glukosa ke seluruh tubuh untuk diubah menjadi energi.
Tubuh orang yang mengalami intoleransi laktosa tidak memiliki enzim laktase yang cukup untuk bisa sepenuhnya mencerna gula alami ini.
Saat kekurangan enzim laktase, laktosa dalam makanan akan langsung bergerak ke usus besar tanpa dicerna terlebih dulu.
Bakteri alami dalam usus besarlah yang nanti akan menguraikan laktosa. Namun, penguraian ini menghasilkan gas buangan dan menimbulkan sejumlah gejala gangguan pencernaan.
Tingkat keparahannya bisa bervariasi, tergantung banyaknya laktosa yang Anda konsumsi dan kemampuan tubuh dalam menghasilkan laktase.
Penyebab kurangnya produksi laktase
Secara umum, intoleransi laktosa disebabkan oleh kurangnya produksi enzim laktase sehingga tubuh tidak bisa mencerna laktosa.
Namun, jika digali lebih jauh lagi, berikut sejumlah faktor yang menyebabkan kurangnya produksi enzim laktase.
1. Produksi enzim terhenti seiring usia
Terhentinya produksi laktase merupakan penyebab intoleransi laktosa primer, yaitu jenis yang paling umum ditemukan di seluruh dunia.
Kondisi ini biasanya dialami oleh orang yang dulunya pernah dan bisa mengonsumsi produk susu tanpa masalah, tetapi kemudian tidak lagi.
Intoleransi laktosa primer berawal saat tubuh berhenti memproduksi enzim laktase pada usia lima tahun.
Hampir setiap bayi yang lahir akan menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dalam air susu ibu (ASI) dan susu formula.
Namun, begitu Anda mulai jarang minum susu, produksi enzim laktase dari sel-sel usus halus juga ikut berkurang.
Ketika Anda mulai mengonsumsi susu lagi, tubuh Anda tidak memiliki cukup enzim laktase untuk mencerna laktosa.
2. Penyakit pencernaan
Penyebab intoleransi laktosa sekunder berasal dari penyakit pada saluran pencernaan (terutama penyakit Celiac, penyakit Crohn), efek samping operasi atau pembedahan, cedera pada perut, atau konsumsi obat tertentu.
Penyakit gastroenteritis (muntaber) akibat infeksi virus juga dapat memicu intoleransi laktosa selama 1 – 2 minggu.
Ini lantaran infeksi dan kekurangan zat besi selama Anda muntaber dapat mengganggu kerja pencernaan dan penyerapan laktosa. Akibatnya, kerja usus kecil akan terganggu dalam memproduksi enzim laktase.
Kabar baiknya, jenis intoleransi ini hanya berlangsung sementara dan biasanya akan pulih begitu pemicunya dihentikan atau disembuhkan.
3. Bawaan lahir
Pada beberapa kasus, penyebab intoleransi laktosa berasal dari usus halus yang belum berkembang sempurna. Hal ini biasanya terjadi pada bayi yang lahir prematur.
Namun, kondisi intoleransi laktosa bawaan lahir (kongenital) umumnya berlangsung sementara.
Melansir Department of Health, Australia, intoleransi laktosa kongenital bisa hilang sendiri seiring bertambahnya usia bayi dan dengan perawatan yang tepat.
Produksi enzim laktase pada bayi prematur memang cenderung rendah. Meski begitu, kasus intoleransi laktosa bawaan lahir terbilang cukup langka.
4. Kelainan genetik
Faktor genetik rupanya turut berperan dalam intoleransi laktosa.
Beberapa orang bisa saja memiliki atau mewarisi kelainan genetik yang memengaruhi kemampuan tubuhnya dalam menghasilkan enzim laktase.
Kelainan pada gen-gen tertentu membuat tubuh Anda tidak memproduksi laktase sama sekali atau hanya menghasilkannya dalam jumlah kecil.
Akan tetapi, seperti intoleransi laktosa kongenital, kondisi ini juga tergolong sangat langka.
Makanan yang menyebabkan intoleransi laktosa
Makanan (khususnya susu dan berbagai produknya) sebenarnya bukanlah penyebab intoleransi laktosa, melainkan pemicunya.
Untuk mencegah timbulnya gejala gangguan pencernaan, berikut deretan makanan dan minuman yang perlu Anda batasi.
- Susu hewani dalam bentuk murni atau olahan minuman susu seperti milkshakes, smoothies dengan susu atau yogurt, dan minuman berbahan dasar susu lainnya.
- Produk turunan susu, seperti air dadih (whey), dadih (curds), dan padatan susu kering (dry milk solid).
- Susu bubuk kering tanpa lemak (nonfat dry milk powder).
- Whipped cream (krim kocok) dan krimer dairy.
- Es krim, es susu, gelato, yoghurt, puding susu, atau camilan dingin apa pun yang mengandung susu.
- Berbagai macam keju.
- Mentega (butter).
- Sup krim atau saus dan krim dari susu (misalnya saus pasta carbonara).
- Makanan lainnya yang dibuat dari susu.
- Produk sampingan susu (milk by products).
Patut diketahui bahwa laktosa juga terkandung dalam bahan makanan selain susu. Berikut makanan yang bisa menjadi penyebab munculnya gejala intoleransi laktosa.
- Roti, pancake, waffle, keik, dan kue-kue kering.
- Permen cokelat.
- Salad dressing dan saus.
- Sereal sarapan dan produk kreasinya.
- Daging olahan, seperti bacon, sosis, dan daging hot dog.
- Permen dan makanan ringan.
- Adonan pancake dan biskuit.
- Margarin.
- Jeroan (seperti hati).
- Gula bit, kacang polong, dan kacang lima.
- Cairan pengganti susu, smoothie, dan bubuk protein.
- Makanan olahan seperti sereal sarapan, margarin, keripik kemasan, dan makanan ringan lainnya.
Ada kemungkinan makanan lain yang tidak tertera di atas juga mengandung sejumlah kecil laktosa.
Maka dari itu, selalu cermati dan periksa daftar komposisi makanan pada kemasan sebelum Anda membelinya.