backup og meta

5 Penyebab Diare Persisten dan Cara Mengobatinya

5 Penyebab Diare Persisten dan Cara Mengobatinya

Diare ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari dengan feses yang lebih cair. Berdasarkan durasinya, diare dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah diare persisten. Apa bedanya dengan diare akut dan diare kronis?

Ciri-ciri diare persisten

Diare persisten adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar yang sering dan kondisi feses yang encer selama 2 – 4 minggu.

Jenis diare ini berlangsung lebih lama dari diare akut (kurang dari 2 minggu) dan lebih sebentar dari diare kronis (lebih dari 4 minggu).

Untuk mencari perawatan medis yang tepat, penting bagi Anda mengenali gejala diare berdasarkan durasinya. Gejala diare persisten yang umumnya dialami sebagai berikut. 

  • Sakit perut dan kram perut.
  • Mual.
  • Perut kembung.
  • Feses yang lebih cair atau lembek.
  • Fese keluar dalam jumlah yang banyak.
  • Keinginan untuk buang air besar terus menerus.

Penyebab diare persisten

Infeksi rotavirus diare

Penyebab diare yang umum adalah infeksi virus atau bakteri pada sistem pencernaan.

Namun, jika terjadi secara persisten (2 – 4 minggu), diare mungkin menjadi pertanda kondisi medis tertentu. Berikut berbagai kondisi yang bisa menyebabkan diare persisten.

1. Intoleransi laktosa

Salah satu penyebab diare persisten adalah intoleransi laktosa, yakni kondisi dimana usus tidak mampu mencerna laktosa karena tidak memiliki jumlah enzim laktase yang cukup.

Saat usus tidak dapat mencerna laktosa, volume air dalam usus akan bertambah.

Semakin banyak cairan dalam usus, semakin banyak pula cairan yang ikut terbawa bersama feses dan menyebabkan feses encer dan diare. 

2. Penyakit celiac

Penyakit celiac terjadi karena sistem imun menyerang sistem pencernaan karena menganggap senyawa pada gluten berbahaya bagi tubuh. 

Mengutip Mayo Clinic, seiring berjalannya waktu, penyakit ini bisa merusak lapisan usus kecil dan mengganggu proses penyerapan zat gizi (malabsorpsi).

Kerusakan usus ini seringkali menyebabkan diare, kelelahan, anemia, hingga penurunan berat badan. 

3. Irritable bowel syndrome (IBS)

Irritable bowel syndrome (sindrom iritasi usus besar) adalah sejumlah gejala gangguan pencernaan yang dipengaruhi oleh kerja usus besar yang bermasalah.

Normalnya, otot usus besar akan berkontraksi untuk menyerap air, melunakkan feses, atau mendorong kotoran keluar. 

Pada kondisi sindrom iritasi usus besar, kontraksi usus terjadi terlalu sering, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Nah, kontraksi usus yang terjadi terlalu sering dan cepat dapat memicu terjadinya diare. 

4. Penyakit Crohn

Penyakit Crohn merupakan salah satu penyebab diare persisten. Penyakit ini terjadi karena peradangan pada sistem pencernaan, mulai dari usus hingga anus. 

Peradangan pada lapisan usus ini membuat usus tidak mampu menyerap semua cairan, sehingga menyebabkan feses lebih banyak mengandung air atau encer. 

Konsistensi feses yang encer dapat bergerak lebih cepat melalui usus besar, sehingga menyebabkan Anda buang air besar lebih sering atau diare

5. Efek samping antibiotik

Selain karena kondisi medis tertentu, efek samping dari penggunaan obat antibiotik bisa menyebabkan diare persisten. 

Diare akibat antibiotik atau dikenal juga dengan istilah antibiotic-associated diarrhea terjadi karena ketidakseimbangan bakteri baik di dalam usus. 

Pada dasarnya, fungsi antibiotik adalah membunuh bakteri. Namun, obat ini tidak bisa membedakan mana bakteri jahat penyebab infeksi dan bakteri baik yang bermanfaat untuk tubuh. 

Hal ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan populasi bakteri baik di dalam usus, sehingga memicu terjadinya diare. 

Cara mengobati diare persisten

aturan minum obat diare

Diare persisten yang berat dapat menyebabkan komplikasi serius seperti dehidrasi atau malnutrisi. Oleh sebab itu, segera periksakan diri kepada dokter untuk mengetahui penyebab diare serta pengobatan yang tepat sesuai. 

Dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk meringankan gejalanya.

Berikut ini jenis obat diare yang mungkin diresepkan dokter untuk membantu mengatasi gejala diare persisten.

  • Loperamide. Obat loperamide bekerja dengan memperlambat gerak usus sehingga feses yang dihasilkan menjadi lebih padat. 
  • Bismuth subsalicylate. Obat ini berfungsi memperkuat dinding usus kecil dan lambung agar terhindar dari infeksi bakteri. 
  • Attapulgite. Obat attapulgite bekerja dengan memperlambat kerja usus besar agar dalam menyerap lebih banyak air, sehingga feses menjadi lebih padat. 

Perlu Anda ketahui bahwa 3 jenis obat ini tidak boleh diberikan pada anak usia kurang dari 2 tahun. Pasalnya, obat diare ini bisa menghentikan pergerakan usus dan mengakibatkan intususepsi (usus terlipat).

Selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan di atas. 

Selain mengonsumsi obat-obatan, cara mengatasi diare persisten lainnya adalah dengan mengubah pola hidup seperti menghindari makanan pemicu diare.

Jika kondisi yang Anda alami terjadi karena intoleransi laktosa, Anda bisa mulai mengurangi konsumsi susu dan produk olahannya

Kesimpulan


  • Diare persisten merupakan jenis diare yang berlangsung selama 2 – 4 minggu.
  • Penyebab terjadinya diare persisten bisa bervariasi, tapi kondisi ini umumnya terjadi karena intoleransi laktosa, penyakit celiac, sindrom iritasi usus besar, atau efek samping antibiotik. 
  • Kondisi ini dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan atau melakukan perubahan pola hidup dengan menghindari makanan pemicu diare. 

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Persistent Diarrhea & Malabsorption. (n.d.). Retrieved 27 March 2024, from https://www.nationwidechildrens.org/conditions/persistent-diarrhea–malabsorption 

Diarrheal Diseases – Acute & Chronic: ACG. (n.d).  American College of Gastroenterology. Retrieved 27 March 2024, from https://gi.org/topics/diarrhea-acute-and-chronic/

Persistent Diarrhea.(2022). Indian Academy of Pediatrics.  Retrieved 27 March 2024, from https://iapindia.org/pdf/Ch-030-STG-persistent-diarrhea.pdf 

Diarrhea: Causes, Symptoms & Treatment. (2023). Cleveland Clinic. Retrieved 27 March 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4108-diarrhea 

Celiac disease. (2023). Mayo Clinic. Retrieved 27 March 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/celiac-disease/symptoms-causes/syc-20352220 

Diarrhea and Urgency. (n.d.). Retrieved 27 March 2024, from https://crohnsandcolitis.ca/About-Crohn-s-Colitis/IBD-Journey/Symptom-Management/Diarrhea-and-Urgency 

 

Versi Terbaru

03/04/2024

Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Mengenal Penyebab dan Penanganan Diare Saat Haid

Mengulik Gejala, Penyebab, dan Perawatan Diare pada Bayi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 03/04/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan