Keinginan bunuh diri dapat timbul pada siapa saja, tidak terkecuali anak remaja. Pada sebagian anak, masa-masa remaja dapat terasa sulit hingga ia merasa putus asa. Hal ini bisa memicu keinginan mereka untuk mengakhiri hidup.
Tak bisa dianggap sepele, angka kasus bunuh diri pada remaja tidaklah sedikit. Seberapa berbahayanya kondisi ini dan apa yang biasanya jadi pemicu munculnya niat remaja untuk menyudahi hidupnya?
Kasus bunuh diri pada remaja masih tinggi
Sama seperti pada orang dewasa, bunuh diri pada anak remaja umumnya terjadi akibat merasa hilang harapan atau frustasi.
Hal ini tentunya menjadi suatu kejadian yang menyedihkan untuk keluarga, teman, kerabat, dan orang di sekitarnya yang ditinggalkan.
Hingga saat ini, kasus bunuh diri pada remaja terus menjadi masalah serius yang perlu diperhatikan.
Namun sayangnya, masih banyak kematian remaja yang tidak dilaporkan secara resmi sebagai kasus bunuh diri.
Alasannya meliputi faktor-faktor berikut ini.
- Stigma dan potensi dampak sosial terhadap keluarga korban.
- Keluarga meminta dokter atau polisi untuk tidak melaporkan kematia sebagai kasus bunuh diri.
- Indonesia belum memiliki registrasi data kematian yang akurat, sehingga ada kemungkinan tidak terekam.
Fakta penting
Hal-hal yang perlu diketahui terkait bunuh diri pada anak remaja.
- Bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor 3 pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda berusia sekitar 15—24 tahun.
- Dilansir dari Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia, keseluruhan kasus bunuh diri di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan minimal berjumlah 2700 kasus.
- Percobaan bunuh diri lebih sering dilakukan oleh remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki.
- Remaja laki-laki 4 kali lebih berisiko meninggal saat melakukan percobaan bunuh diri.
- Senjata api menjadi alat yang paling sering digunakan untuk bunuh diri.
Tanda dan gejala bila remaja ingin bunuh diri
Bunuh diri pada remaja sering kali terjadi setelah mengalami kondisi hidup yang berat dan penuh tekanan.
Seperti contohnya, masalah di sekolah, putus cinta, kematian orang tercinta, perceraian orangtua, atau masalah besar di dalam keluarga.
Setelah mengalami kondisi di atas, remaja yang berpikir untuk melakukan bunuh diri mungkin akan menunjukan gejala-gejala berikut ini.
- Mudah tersinggung dan menunjukan perubahan emosi yang drastis.
- Membicarakan tentang bunuh diri atau kematian secara umum.
- Menunjukan isyarat bahwa mereka mungkin tidak akan ada lagi di sini.
- Membicarakan tentang putus asa atau rasa bersalah.
- Menarik diri dari teman dan keluarga atau melarikan diri dari rumah.
- Menulis lagu, puisi, atau surat tentang kematian, perpisahan, dan kehilangan.
- Memberikan barang-barang pribadi ke keluarga atau kerabat.
- Menjadi malas.
- Kehilangan minat untuk melakukan hobi atau aktivitas lainnya.
- Kesulitan konsentrasi atau berpikir jernih.
- Mengalami perubahan pola makan atau kebiasaan tidur.
- Melakukan kegiatan yang berbahaya.
- Kehilangan minat untuk pergi sekolah atau melakukan olahraga.
Penyebab bunuh diri pada remaja
Masa remaja dapat menjadi waktu yang sulit sebagai masa peralihan dari usia anak-anak ke dewasa.
Para remaja sering kali merasa tertekan untuk bisa menyesuaikan diri secara sosial, berprestasi secara akademik, dan memiliki tanggung jawab.
Selain itu, banyak juga remaja yang merasa mempertanyakan identitas dan hubungan seksualnya.
Mereka mungkin akan mencari kebebasan yang sering kali bertentangan dengan peraturan dan ekspektasi dari orang di sekitarnya.
Jika anak merasa putus asa terhadap kondisi yang dialami, ini bisa menjadi penyebab bunuh diri pada anak remaja.
Faktor risiko bunuh diri pada remaja
Ada banyak hal yang dapat menjadi faktor risiko munculnya niat pada remaja untuk bunuh diri. Berikut berbagai faktor risiko tersebut.
- Gangguan psikologi, seperti depresi, gangguan bipolar, serta kecanduan alkohol dan obat-obatan.
- Merasa tertekan atau cepat marah.
- Merasa putus asa dan tidak berharga yang sering menyebabkan depresi.
- Pernah melakukan percobaan bunuh diri.
- Riwayat depresi atau bunuh diri di dalam keluarga.
- Pernah mengalami kekerasan seksual, emosional, ataupun fisik.
- Kekurangan dukungan dari orang lain.
- Memiliki hubugan yang buruk dengan orangtua atau teman.
- Merasa terisolasi secara sosial.
- Kesulitan menentukan identitas gender dan jenis kelamin di lingkungan yang tidak mendukung. Biasanya dialami oleh remaja yang menganggap dirinya lesbian, gay, biseksual, atau jenis orientasi seksual lainnya.
- Kemudahan mendapat barang berbahaya, seperti senjata api atau obat-obatan.
- Kehilangan atau bertengkar dengan keluarga atau sahabat.
- Memiliki masalah fisik atau kesehatan, seperti perubahan akibat pubertas atau penyakit kronis.
- Mengetahui bahwa dirinya anak adopsi.
Cara mendiagnosis bila remaja ada keinginan bunuh diri
Anak remja yang menunjukkan gejala bunuh diri harus segera diperiksa ke dokter.
Pemeriksaan akan dilakukan oleh ahli medis yang terlatih. Risiko anak melakukan bunuh diri akan dinilai secara bertahap sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan.
Berikut tahap pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan bunuh diri pada anak remaja.
1. Skrining risiko bunuh diri
Skrining risiko bunuh diri adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah anak berisiko bunuh diri.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh dokter anak atau perawat anak Anda sebagai bagian dari penilaian kesehatan standar.
2. Penilaian risiko bunuh diri
Penilaian risiko bunuh diri lebih menyeluruh daripada skrining dan digunakan untuk memastikan apakah anak Anda berisiko bunuh diri.
Pemeriksaan dilakukan oleh profesional kesehatan mental terlatih, seperti psikiater, pekerja sosial klinis, psikolog klinis, perawat, dan penasihat kesehatan mental.
Penanganan setelah remaja diketahui berencana ingin bunuh diri
Jika anak Anda diketahui memiliki risiko yang cukup tinggi melakukan bunuh diri, dokter atau perawat akan meminta Anda bekerja sama dalam melakukan pengobatan untuk anak Anda.
Pengobatan akan ditentukan sesuai dengan tingkat keparahan kondisi dan gejala, serta usia dan kondisi kesehatan anak secara umum.
1. Penanganan medis
Penanganan medis untuk mengurangi risiko bunuh diri pada anak Anda dapat meliputi:
- rawat inap seabagi pasien psikiatri,
- rawat inap sebagian (program hari),
- psikoterapi rawat jalan,
- terapi keluarga, atau
- obat-obatan psikiatri.
Pengobatan di atas bisa dilakukan satu per satu atau dikombinasikan.
Namun, perlu ditekankan bahwa pengobatan bunuh diri pada anak tidak berhenti setelah anak keluar dari rumah sakit. Pengobatan perlu terus dilakukan untuk memastikan penyembuhan.
2. Penanganan mandiri
Selain penanganan secara medis, Anda juga bisa membantu meredakan risiko bunuh diri pada anak Anda dengan penanganan mandiri yang bisa Anda lakukan di rumah.
Banyak orangtua yang membuat perjanjian dengan anak yang menyatakan anak setuju untuk memberi tahukan kepada orangtua jika keinginan untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri timbul kembali.
Orangtua harus setuju untuk membantu anak tanpa memberikan pendapat yang menghakimi.
Pencegahan bunuh diri pada remaja
Sebelum terlambat, siapa pun yang mendapati anak remaja dengan risiko tinggi untuk mengakhiri hidupnya karena alasan apa pun, harus memahami cara mencegah hal buruk terjadi.
Bunuh diri pada remaja dapat dicegah dengan langkah-langkah berikut ini.
1. Bicarakan tentang kesehatan mental dan bunuh diri
Jangan menunggu anak Anda mengadu pada Anda. Jika anak Anda merasa sedih, cemas, depresi, atau terlihat kesulitan, Anda bisa langsung tanyakan kondisinya dan tawarkan bantuan Anda.
2. Perhatikan kondisi dan perilaku anak
Anak yang berpikir tentang bunuh diri akan menunjukan tanda-tanda bahaya. Selalu perhatikan apa yang dikatakan dan dilakukan anak Anda.
Jangan pernah menganggap ancaman bunuh diri pada anak sebagai hal yang sepele.
3. Jangan biasakan anak sendirian
Minta anak untuk lebih sering menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman yang mendukungnya ketimbang mengurung diri di kamar.
Bila ia menolak, usahakan untuk lebih sering ada di sisi anak, entah dengan sekadar menemaninya, memintanya berbagi cerita, maupun mengajaknya pergi ke luar rumah sesekali.
Pastikan Anda melakukan hal ini tanpa membuat anak tersinggung dan merasa tidak nyaman.
4. Awasi penggunaan media sosial anak
Selalu awasi media sosial anak remaja Anda. Sebab tidak jarang, media sosial menjadi penyebab anak terpapar perundungan (bully), penyebaran rumor, pengaruh teman, dan gambaran yang tidak realistis tentang kehidupan orang lain.
Jika anak Anda merasa tersakiti atau kecewa tentang apa yang ia lihat di media sosial, sarankan anak untuk berbicara dengan Anda atau guru yang dipercaya oleh anak.
Dengan begitu, anak akan merasa terhubung dan didukung oleh orang-orang disekitarnya.
5. Dukung pengobatan anak
Jika anak Anda sedang menjalani pengobatan untuk menghilangkan keinginan bunuh diri, ingatkan dirinya bahwa mungkin ia memerlukan beberapa waktu untuk bisa merasa lebih baik.
Bantu anak melakukan pengobatan sesuai saran dari dokter. Anda juga bisa mendukung anak untuk mengikuti kegiatan yang akan membantunya meningkatkan kepercayaan diri.
6. Awasi efek obat-obatan yang diminum
Meski cukup jarang terjadi, beberapa anak remaja bisa memiliki keingin bunuh diri yang lebih besar setelah minum obat antidepresan.
Ini terutama dapat terjadi dalam beberapa minggu pertama setelah memulai konsumsi obat atau saat ada perubahan dosis obat.
Namun, umumnya antidepresan akan menurunkan keinginan bunuh diri dalam jangka panjang dengan meningkatkan suasana hati anak.
Jika anak Anda memiliki keinginan bunuh diri saat minum obat antidepresan, segera cari pertolongan medis.
7. Simpan senjata, alkohol, dan obat-obatan secara aman
Kemudahan dalam mendapat senjata, alkohol, dan obat-obatan tertentu bisa menimbulkan keinginan bunuh diri pada anak.
Kapan harus ke dokter?
- Jika Anda mengetahui anak Anda berpikir tentang bunuh diri atau menunjukan gejala-gejala di atas, segera bawa anak ke dokter untuk melakukan pemeriksaan. Dokter akan merujuk anak Anda ke psikolog atau psikiater.
- Jika anak Anda sudah berada dalam kondisi kritis, segera cari pertolongan medis ke UGD di rumah sakit terdekat. Bila Anda tidak yakin apakah harus membawa anak Anda ke UGD, hubungi dokter anak Anda.
[embed-health-tool-vaccination-tool]