Padahal, remaja pada umumnya membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang dewasa. Jadi penggunaan media sosial di malam hari bisa sangat merugikan kesehatan mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa remaja membutuhkan tidur 9,5 jam setiap malam tapi rata-rata hanya mendapatkan 7,5 jam. Kurang tidur bisa membuat anak kelelahan, mudah tersinggung, stres, dan lebih cenderung gampang sakit — terserang batuk pilek, flu, hingga gangguan pencernaan seperti maag dan muntaber.
Remaja yang kurang tidur rentan mengalami gangguan kecemasan dan depresi
Dampak kurang tidur kronis bisa meningkatkan risiko anak remaja mengalami depresi. Pasalnya, masa-masa remaja pada dasarnya adalah periode rentan bagi anak untuk mengembangkan isu-isu kesehatan mental jangka panjang. Apalagi jika ditambah dengan pemenuhan dorongan kebutuhan untuk selalu online di medsos yang sudah lama terkait dengan penurunan tingkat kepercayaan diri, serta peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi.
Seringnya penggunaan media sosial di kalangan anak-anak dan remaja juga telah dikaitkan oleh banyak penelitian dengan peningkatan tingkat stres psikologis. Semua faktor ini bisa saling berkaitan memicu dan/atau memperparah depresi pada anak.
Menurut Heather Cleland Woods, kepala penelitian dari University of Glasgow di Skotlandia, meski penggunaan media sosial secara umum berdampak pada kualitas tidur, anak-anak remaja yang suka online larut malam lebih rentan terpengaruh oleh semua risiko kesehatan ini. Hal ini terutama lebih mungkin berlaku bagi individu yang sangat berdedikasi tinggi mencurahkan dirinya untuk terlibat di dunia maya secara emosional.
Laporan di atas juga diperkuat dengan temuan dari beberapa studi pendahulunya. Satu studi yang diterbitkan tahun 2015 di jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking menemukan bahwa frekuensi penggunaan media sosial yang terlampau sering pada remaja terkait dengan peningkatan risiko kesehatan mental yang buruk. Sebuah penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan American Psychological Association di tahun 2011 menemukan kaitan antara remaja pengguna aktif media sosial dan sifat yang terkait dengan skizofrenia dan depresi.
Tingkat penggunaan media sosial yang lebih tinggi juga meningkatkan risiko remaja untuk menjadi korban cyber-bullying. Keduanya terkait dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi pada anak remaja.
Tak selamanya dampak media sosial adalah negatif
Tentu saja, seperti dua sisi mata uang, kita juga tahu bahwa media sosial tidak selalu berdampak negatif. Menjadi netizen aktif dalam berbagai platform media sosial bisa memberikan manfaat positif dalam cara memberikan penggunanya rasa keterlibatan dalam masyarakat, merasa tidak sendirian, lebih merasa didukung, dan memiliki harapan.
Di penghujung hari, baik-buruknya dampak media sosial pada tumbuh kembang remaja akan bervariasi pada setiap orang, dan kembali lagi kepada pentingnya menemukan keseimbangan yang sehat dalam berinteraksi di dunia maya dan di dunia nyata.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar