Status gizi anak adalah salah satu tolak ukur penilaian tercukupinya kebutuhan asupan gizi harian serta penggunaan zat gizi tersebut oleh tubuh. Jika asupan nutrisi anak senantiasa terpenuhi dan digunakan seoptimal mungkin, tentu tumbuh kembangnya akan optimal.
Namun jika sebaliknya, status gizi si Kecil bisa saja bermasalah sehingga memengaruhi perkembangannya hingga dewasa kelak. Nah, berikut penjelasan lengkapnya seputar cara menghitung status gizi anak.
Apakah cara menghitung status gizi anak dan orang dewasa sama?
Proses pertumbuhan pada masa anak-anak dan dewasa berbeda.
Nah, karena tubuh di usia anak-anak masih akan terus mengalami perkembangan, maka cara menghitung status gizi anak berbeda dengan orang dewasa.
Dalam rentang usia anak-anak mulai dari usia 0-18 tahun, termasuk di masa perkembangan anak 6—9 tahun, tubuh masih akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Sementara setelah menginjak usia dewasa, pertumbuhan tersebut biasanya akan berhenti secara bertahap.
Usia anak-anak merupakan masa-masa penting di mana pertumbuhan tubuh berlangsung sangat pesat.
Mulai dari berat badan ideal anak 6—9 tahun, tinggi badan, hingga ukuran tubuh secara keseluruhan akan terus mengalami perubahan.
Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh sebelum memasuki usia dewasa yang sesungguhnya di mana tubuh anak diharapkan sudah berkembang dengan matang.
Apa saja indikator pengukuran status gizi anak?
Indeks massa tubuh (IMT) adalah penilaian status gizi untuk usia dewasa dengan melakukan perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.
Perhitungan IMT dinilai kurang akurat dalam mengukur status gizi anak.
Lagi-lagi, ini karena berat badan dan tinggi badan di usia anak-anak cenderung berubah dengan sangat cepat.
Penilaian status gizi anak laki-laki tentu tidak sama dengan anak perempuan.
Hal ini disebabkan karena tumbuh kembangnya pun berbeda, biasanya anak perempuan akan tumbuh jauh lebih cepat ketimbang laki-laki.
Itu sebabnya, dalam melakukan cara menghitung status gizi anak terhadap status gizi anak, penting untuk memerhatikan jenis kelamin.
Sebab pola pertumbuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan.
2. Usia
Faktor usia sangat penting untuk menentukan dan melihat apakah status gizi si Kecil, termasuk gizi anak sekolah, sudah baik atau belum.
Hal ini sebenarnya memudahkan Anda untuk tahu, apakah sang buah hati mengalami pertumbuhan yang normal jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Meski memang setiap anak akan mengalami tumbuh kembang yang berbeda walaupun memiliki rentang usia yang sama.
Penting untuk Anda ketahui
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang sering kali dijadikan tolak ukur status gizi orang dewasa tidak bisa digunakan pada anak.
3. Berat badan
Berat badan adalah salah satu indikator dari penilaian status gizi anak yang paling sering dipakai.
Ya, berat badan dianggap dapat memberikan gambaran mengenai kecukupan jumlah zat gizi makro dan mikro yang ada di dalam tubuh.
Tak seperti tinggi badan yang perubahannya membutuhkan waktu yang agak lama, berat badan bisa sangat cepat berubah.
Perubahan berat badan bisa menunjukkan perubahan status gizi pada anak.
Itulah mengapa berat badan kerap dipakai untuk menggambarkan status gizi anak saat ini, atau dikenal juga sebagai pertumbuhan massa jaringan.
4. Tinggi badan atau panjang badan
Berbeda dengan berat badan yang bisa berubah dengan sangat cepat, tinggi badan justru bersifat linier.
Arti linier di sini adalah perubahan tinggi badan tak begitu cepat dan dipengaruhi oleh banyak hal dari masa lampau, tak hanya saat ini saja.
Mudahnya begini, jika si Kecil makan terlalu banyak mungkin saja berat badannya bertambah meski hanya 500 gram atau satu kilogram dalam beberapa hari.
Namun, hal ini tidak berlaku pada tinggi badan.
Pertumbuhan tinggi badan sangat berkaitan dan tergantung dengan kualitas makanan yang Anda berikan pada anak sejak kecil, bahkan mulai dari ia lahir.
Pemberian ASI eksklusif atau tidak saat bayi hingga kualitas makanan pendamping yang Anda berikan kepada si Kecil berpengaruh ke pertumbuhannya.
Maka itu, tinggi badan cenderung dipakai sebagai indikator untuk mengetahui masalah gizi kronis pada anak alias masalah nutrisi yang sudah berlangsung sejak lama.
Dahulu, saat anak berusia 0—2 tahun panjang badan diukur dengan menggunakan papan kayu (length board).
Sementara untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran tinggi badan menggunakan alat bernama mikrotoise yang disandarkan ke dinding.
5. Lingkar kepala
Selain indikator yang sudah disebutkan sebelumnya, lingkar kepala termasuk hal yang biasanya diukur untuk tahu status gizi si Kecil.
Meski tidak menggambarkan secara langsung, lingkar kepala bayi harus selalu diukur setiap bulan hingga anak menginjak usia 2 tahun.
Pasalnya, lingkar kepala dapat memberi gambaran bagaimana ukuran dan tumbuh kembang otak anak saat itu.
Pengukuran biasanya dilakukan di dokter, bidan, atau posyandu, dengan menggunakan pita ukur yang dilingkarkan di kepala bayi.
Setelah diukur, lingkar kepala anak akan dikelompokkan ke dalam kategori normal, kecil (mikrosefalus), atau besar (makrosefalus).
Lingkar kepala yang berukuran terlalu kecil atau besar merupakan tanda ada masalah dengan perkembangan otak anak.
Bagaimana cara menghitung status gizi anak?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian dan cara menghitung status gizi anak dan orang dewasa tidaklah sama.
Indikator usia, berat, serta tinggi badan, saling berkaitan untuk menentukan status gizi anak.
Ketiga indikator tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam grafik pertumbuhan anak (GPA) yang juga dibedakan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Nah, grafik ini yang nantinya akan menunjukkan apakah status gizi anak baik atau tidak.
GPA juga memudahkan Anda dan tim medis untuk memantau tumbuh kembang si Kecil.
Ini karena karena dengan adanya grafik pertumbuhannya, penambahan tinggi dan berat badan anak akan lebih mudah terlihat.
Ada beberapa kategori yang digunakan untuk menilai status gizi anak menggunakan GPA, meliputi berikut.
Mengukur status gizi anak usia 0—5 tahun
Grafik yang digunakan untuk mengukur status gizi anak usia kurang dari 5 tahun yaitu grafik WHO 2006 (cut off z score).
Penggunaan grafik WHO 2006 dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan:
1. Berat badan berdasarkan umur (BB/U)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur berat badan sesuai dengan usia anak.
Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami berat badan kurang, sangat kurang, atau lebih.
Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai jika umur anak tidak diketahui secara pasti.
Status gizi anak berdasarkan BB/U yakni sebagai berikut:
Berat badan normal: -2 SD sampai +1 SD
Berat badan kurang: -3 SD sampai <-2 SD
Berat badan sangat kurang: <-3 SD
Risiko berat badan lebih: >+1 SD
Anak yang tergolong ke dalam risiko berat badan lebih bisa saja punya masalah pertumbuhan.
Usahakan untuk memeriksa ulang menggunakan indikator BB/TB atau IMT/U.
2. Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (TB/U)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0—60 bulan dengan tujuan untuk mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak.
Penilaian TB/U dipakai untuk megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh pendek.
Akan tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2—18 tahun dengan posisi berdiri.
Sementara jika usianya masih di bawah 2 tahun, pengukurannya menggunakan indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi berbaring.
Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara berbaring, nilai TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).
Status gizi anak berdasarkan TB/U yakni:
Tinggi: >+3 SD
Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD
3. Berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur berat badan sesuai dengan tinggi badan anak.
Pengukuran ini yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.
Status gizi anak berdasarkan BB/TB yakni:
Gizi buruk (severelywasted): <-3 SD
Gizi kurang (wasted): -3 SD sampai <-2 SD
Gizi baik (normal): -2 SD sampai +1 SD
Risiko gizi lebih: >+1 SD sampai +2 SD
Gizi lebih (overweight): >+2 SD sampai +3 SD
Obesitas: >+3 SD
Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak laki-laki. Sumber: WHO
Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak perempuan. Sumber: WHO
Mengukur status gizi anak usia 5—18 tahun
Pengukuran status gizi anak usia di atas 5 tahun bisa menggunakan aturan CDC 2000 (ukuran persentil).
Persentil digunakan sebagai gambaran berapa nilai IMT anak.
Indeks massa tubuh digunakan pada usia ini karena pada masa tersebut anak-anak mengalami pertambahan tinggi dan berat badan yang berbeda-beda meski umurnya sama.
Jadi, perbandingan tinggi dan berat badan anak akan dilihat berdasarkan usianya.
Contoh grafik kategori penilaian IMT dengan persentil sesuai usia anak bisa dilihat pada gambar berikut.
Sementara kategori penilaian IMT anak di atas usia 5 tahun yakni:
Gizi kurang (thinness): -3 SD sampai <-2 SD
Gizi baik (normal): -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih (overweight): +1 SD sd +2 SD
Obesitas: >+2 SD
Pengukuran status gizi anak dengan metode GPA memang tidak semudah penggunaan indeks massa tubuh (IMT) seperti pada orang dewasa.
Supaya lebih mudah dan akurat, Anda bisa mencari tahu perkembangan status gizi anak dengan cara rutin melakukan pengukuran ke dokter, bidan, maupun posyandu.
Apa saja permasalahan status gizi pada anak?
Ada beberapa kategori yang digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak, seperti berikut.
1. Stunting
Stunting adalah gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang membuatnya tinggi badannya terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak seusianya.
Gejala anak yang mengalami stunting sebagai berikut.
Postur anak lebih pendek dari teman-teman seusianya.
Proporsi tubuh mungkin tampak normal, tapi anak terlihat lebih muda atau kecil untuk usianya.
Berat badan rendah untuk anak seusianya.
Pertumbuhan tulang terhambat.
2. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan gizi yang terjadi karena anak tidak mendapatkan asupan energi dalam waktu yang cukup lama.
Gejala khas yang muncul pada anak dengan marasmus yakni berikut ini.
Berat badan anak yang merosot pesat.
Kulit keriput seperti orangtua.
Perut cekung.
Cenderung cengeng.
Bila si Kecil mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter.
3. Kwashiorkor
Sedikit berbeda dengan marasmus, kwashiorkor adalah kekurangan gizi akibat dari rendahnya asupan protein.
Padahal, protein berperan penting sebagai zat untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Ciri khas dari kwashiorkor biasanya tidak membuat berat badan anak turun drastis.
Ini karena tubuh anak memiliki banyak cairan sehingga membuat berat badannya tetap normal, meski sebenarnya anak tersebut kurus.
Gejala kwashiorkor lainnya seperti berikut.
Perubahan warna kulit.
Rambut rambut seperti jagung.
Bengkak (edema) di beberapa bagian, seperti kaki, tangan, dan perut.
Wajah bulat dan sembab (moon face).
Penurunan masa otot.
Diare dan lemas.
Segera konsultasi ke dokter bila anak Anda memiliki tanda di atas.
4. Marasmus-kwashiorkor
Marasimus-kwashiorkor adalah gabungan kondisi dan gejala dari marasmus serta kwashiorkor.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pola makan, khususnya karena tidak tercukupinya asupan zat gizi tertentu seperti kalori dan protein.
Anak yang mengalami marasmus-kwashiorkor akan mengalami gejala seperti berikut.
Tubuh sangat kurus.
Muncul tanda-tanda tubuh kurus (wasting) di beberapa bagian tubuh. Misalnya jaringan dan massa otot hilang, serta tulang yang langsung kentara pada kulit seolah tidak terlapisi oleh daging.
Mengalami penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh (asites).
Konsultasikan ke dokter kalau si Kecil memiliki gejala di atas.
5. Wasting (kurus)
Anak dikatakan bertubuh kurus (wasting) jika berat badannya jauh berada di bawah normal atau tidak sesuai dengan tinggi badannya.
Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan wasting adalah berat badan berbanding tinggi badan (BB/TB), untuk usia 0—60 bulan.
Wasting juga kerap disebut sebagai kekurangan gizi akut atau berat.
Kondisi ini biasanya disebabkan karena anak tidak memperoleh asupan zat gizi yang cukup, atau mengalami penyakit yang mengakibatkan kehilangan berat badan, seperti diare.
Gejala yang muncul ketika anak mengalami wasting yakni tubuh tampak sangat kurus akibat berat badan rendah.
6. Underweight (berat badan kurang)
Underweight menandakan kondisi berat badan anak yang kurang jika dibandingkan usianya.
Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan berat badan kurang adalah berat badan berbanding usia (BB/U) untuk anak 0—60 bulan.
Sementara anak usia 5—18 tahun menggunakan indeks massa tubuh berbanding usia (IMT/U).
Tanda paling kentara ketika anak mengalami berat badan kurang yakni tubuhnya terlihat kurus dan berat badannya kurang jika dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
Hal ini terjadi karena jumlah asupan energi yang masuk tidak setara dengan energi yang keluar.
Anak dengan underweight biasannya lebih rentan terserang penyakit infeksi, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hingga tidak berenergi saat beraktivitas.
7. Overweight (kelebihan berat badan)
Anak dikatakan overweight (kegemukan) ketika berat badannya tidak sebanding dengan tinggi badannya.
Kondisi ini tentu akan membuat tubuh anak tampak gemuk dan kurang ideal.
Selain memiliki tubuh yang gemuk, anak dengan berat badan berlebih juga memiliki ciri ukuran lingkar pinggang dan pinggul di atas normal.
Kondisi ini juga kerap membuat anak mengalami kelelahan parah serta nyeri otot dan sendi.
Lebih buruknya, overweight berisiko membuat anak terserang berbagai penyakit.
Penyakit yang mungkin muncul contohnya penyakit jantung, stroke, diabetes, hingga gangguan muskuloskeletal seperti arthritis.
Obesitas tidak sama dengan kegemukan karena berat badan yang dimiliki anak obesitas berarti sudah berada jauh di atas rentang normal.
Hal ini bisa diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk ke dalam tubuh (terlalu banyak) dengan yang dikeluarkan oleh tubuh (terlalu sedikit).
Dengan kata lain, obesitas bisa diartikan sebagai overweight di tingkat yang lebih parah karena terjadi penumpukan jaringan lemak di seluruh tubuh.
Obesitas pada anak ditandai dengan postur tubuhnya yang sangat gemuk, bahkan sampai membuatnya sulit bergerak dan beraktivitas banyak.
Anak yang mengalami obesitas juga biasanya gampang kelelahan meski baru sebentar melakukan kegiatan.
Hal yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya mulai dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan.
Demi memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada salahnya untuk rutin mendatangi dokter, bidan, maupun posyandu rutin bahkan sampai sang anak tumbuh besar.
Jika Anda membawa si Kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya Anda mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS).
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan Anda dalam memantau tumbuh kembang si Kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa seoptimal mungkin.
Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa dilakukan penanganan sedini mungkin. Dengan rutin melakukan pemeriksaan, status gizi anak bisa berkembang lebih baik.
Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik pertumbuhannya berada di rentang normal.
Artinya, berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan, begitu pula dengan tinggi badan yang sesuai dengan umur dan berat badan. Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.
Kondisi ini menandakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai dengan aktivitasnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
PERMENKES Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antopometri Anak. Retrieved 2 October 2020, from http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
PENTINGNYA PENGUKURAN LINGKAR KEPALA DAN UBUN-UBUN BESAR. (2017). Retrieved 2 October 2020, from http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar
Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1). (2016). Retrieved 2 October 2020, from http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1
Penilaian Status Gizi. Retrieved 2 October 2020, from http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf
ASDI, IDAI, PERSAGI, 2015. Penuntun Diet Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
Fikawati, Sandra dkk. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.
PERMENKES Nomor 28 Tahun 2019 Tentang AKG. Retrieved 2 October 2020, from http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf
Stunting in a nutshell. (2020). Retrieved 2 October 2020, from https://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_videos/en/
Malnutrition. (2018). Retrieved 2 October 2020, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition
Obesity – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 2 October 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obesity/symptoms-causes/syc-20375742
Weight-for-age Child growth standards. (2020). Retrieved 2 October 2020, from https://www.who.int/childgrowth/standards/en/
Kwashiorkor. Retrieved 2 October 2020, from https://ufhealth.org/kwashiorkor
Versi Terbaru
28/11/2024
Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri
Ditinjau secara medis olehdr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A