Batuk sangat umum terjadi, termasuk pada anak-anak. Umumnya, kondisi ini dapat membaik dan hilang dengan sendirinya. Namun, beberapa anak bisa mengalami batuk kronis. Lantas, apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi batuk kronis pada anak?
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Batuk sangat umum terjadi, termasuk pada anak-anak. Umumnya, kondisi ini dapat membaik dan hilang dengan sendirinya. Namun, beberapa anak bisa mengalami batuk kronis. Lantas, apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi batuk kronis pada anak?
Batuk kronis pada anak adalah kondisi batuk pada anak yang terjadi dalam waktu lama atau sekitar 3—4 minggu.
Berdasarkan laporan pada British Medicine Journal, sebanyak 22% anak prasekolah mengalami batuk kronis tanpa disertai flu.
Kondisi ini bisa membuat si Kecil rewel dan susah tidur pada malam hari karena tenggorokannya yang terasa gatal dan sakit.
Melihat kondisi ini, Anda sebagai orangtua tentu menjadi khawatir.
Tidak seperti batuk biasa yang dapat sembuh dengan sendirinya, jenis batuk ini perlu dicari tahu penyebab yang mendasarinya sehingga bisa ditentukan pengobatan yang sesuai.
Anak yang batuk terus-menerus kurang lebih satu bulan adalah gejala utama dari batuk kronis.
Selain itu, jenis batuk ini juga sering kali ditandai dengan gejala lain yang bisa jadi petunjuk penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah gejala yang mungkin menyertai batuk kronis.
Mengutip situs RUSH University Medical Center, batuk kronis yang menyerang anak bisa terjadi karena berbagai faktor penyebab berikut.
Rhinitis alergi dan sinusitis adalah dua penyebab batuk terus-menerus pada anak yang paling umum.
Anak-anak dengan rhinitis alergi sering bersin, cenderung mengeluarkan lendir bening dari hidung, dan mungkin mengalami mata gatal.
Sementara anak yang terkena sinusitis kronis mungkin mengeluhkan nyeri atau tekanan di wajah dan selalu keluar cairan hidung yang kental berwarna kuning kehijauan.
Saat mendengar mengi (bernafas dengan suara siulan atau gemerincing di dada), kebanyakan orang berpikir bahwa orang yang mengalaminya menderita asma.
Namun, perlu Anda tahu bahwa asma dapat muncul dengan batuk kronis sebagai satu-satunya gejala asma pada anak.
Pada kondisi asma, kadar kortisol secara alami akan menurun pada malam hari. Hal ini dapat memicu bronkospasme asma, yakni saluran udara menjadi meradang dan menyempit.
Pertusis yang lebih dikenal dengan batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri. Pertusis pada anak dapat menyebabkan batuk, sehingga membuatnya sering menarik napas dalam-dalam.
Batuk akibat pertusis bisa berlangsung berbulan-bulan. Komplikasinya pun bisa serius, termasuk apnea (tidak bernapas), penurunan oksigen, pneumonia, kejang, dan kematian.
Untuk menghindari gangguan pernapasan pada anak ini dan komplikasinya yang dapat mengancam jiwa, vaksinasi menjadi salah satu jalannya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, batuk kronis pada anak merupakan tanda dari fibrosis kistik. Ini merupakan penyakit genetik progresif yang menyebabkan infeksi paru-paru terus-menerus.
Selain batuk menahun, fibrosis kistik juga bisa menimbulkan gejala lainnya pada anak.
Ini termasuk diare, infeksi pernapasan berulang, gejala bronkiolitis yang berkepanjangan (radang saluran udara terkecil di paru-paru), dan rinosinusitis kronis (pembengkakan dan iritasi pada lapisan sinus).
Batuk yang terjadi saat makan atau minum, terutama jika anak memiliki riwayat pneumonia berulang, bisa menjadi tanda aspirasi.
Aspirasi terjadi ketika makanan atau cairan tertelan lewat di bawah tingkat pita suara dan masuk ke paru-paru.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelumpuhan pita suara atau kondisi neurologis lain yang menyebabkan penurunan sensasi di saluran napas bagian atas.
Batuk kronis pada anak juga bisa menjadi tanda dari masalah pencernaan, seperti GERD.
Refluks asam lambung pada anak tidak menyebabkan batuk kronis dengan sendirinya, tetapi dapat memperburuk batuk yang ada karena adanya iritasi di tenggorokan.
Asam lambung diproduksi untuk membantu mencerna makanan dan tidak dimaksudkan untuk bergerak ke atas dari lambung menuju kerongkongan. Namun bila terjadi, ini dapat memicu refleks batuk.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit yang menyebabkan batuk kronis, dokter akan menanyakan berbagai gejala yang dialami anak pada orangtua.
Oleh karena itu, orangtua perlu mencatat keluhan apa saja yang terjadi selain anak terus-menerus batuk.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan keluarga, diikuti dengan beberapa tes berikut.
Jika dokter mencurigai aspirasi sebagai penyebab batuk kronis, si Kecil mungkin akan dirujuk ke ahli patologi wicara.
Ahli patologi wicara-bahasa akan melakukan penilaian menelan instrumental, seperti studi menelan fluoroscopic video (VFSS) atau evaluasi menelan endoskopi fleksibel (FEES).
Pengobatan batuk terus-menerus pada anak bisa berbeda-berbeda, bergantung dengan masalah kesehatan yang jadi penyebabnya. Namun, umumnya pengobatannya meliputi berikut ini.
Tanyakan kepada dokter untuk penanganan yang tepat sesuai kondisi anak Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar