Untuk bisa tumbuh dan berkembang, tubuh memerlukan zat yang disebut dengan hormon pertumbuhan. Hormon ini sangat berperan penting bagi tubuh, terutama pada anak-anak selama tahap tumbuh kembangnya. Jika kelebihan atau kekurangan hormon pertumbuhan, seseorang berisiko mengalami sejumlah kondisi. Ketahui selengkapnya di bawah ini.
Apa itu hormon pertumbuhan?
Hormon pertumbuhan adalah hormon protein yang dihasilkan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai macam proses tumbuh kembang, terutama penambahan tinggi badan.
Sejak masa kanak-kanak, hormon ini terus meningkat dan mencapai puncaknya saat masa pubertas.
Setelah mencapai akhir masa pubertas, seiring pertambahan usia, hormon ini akan mengalami kenaikan dan penurunan sesuai dengan kondisi tubuh.
Saat memasuki usia paruh baya, ukuran kelenjar pituitari akan semakin mengecil. Akibatnya, kadar hormon pertumbuhan yang dihasilkan tubuh pun juga mulai berkurang secara alami.
Bagaimana hormon pertumbuhan dihasilkan oleh tubuh?
Hormon pertumbuhan merupakan salah satu hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior atau kelenjar pituitari yang terletak di bagian dasar otak.
Dari kelenjar pituitari, hormon ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah untuk kemudian disalurkan ke seluruh tubuh. Hormon tidak dilepas secara terus menerus, melainkan sedikit demi sedikit setiap 3 hingga 5 jam.
Pelepasan tersebut dikendalikan oleh dua hormon lain yang dihasilkan oleh hipotalamus, yang merupakan salah satu bagian pada otak.
Kedua hormon tersebut berfungsi untuk merangsang dan menghambat produksi hormon pertumbuhan.
Pada kondisi normal, produksi hormon ini akan meningkat saat seseorang tertidur, berolahraga, mengalami stres, atau memiliki kadar gula darah yang rendah.
Kapan hormon pertumbuhan muncul?
Fungsi dan cara kerja hormon pertumbuhan
Tumbuh kembang tubuh merupakan proses yang rumit dan membutuhkan sejumlah hormon di dalam tubuh. Salah satunya yaitu hormon pertumbuhan. Hormon ini memiliki banyak fungsi di berbagai bagian tubuh.
Fungsi utama dari hormon ini adalah merangsang organ hati dan jaringan lainnya untuk menghasilkan zat faktor hormon yaitu insulin-like growth factor-1 (IGF-1).
IGF-1 sendiri berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel tulang yang disebut dengan kondrosit, sehingga tulang dapat tumbuh dan tubuh akan bertambah tinggi.
Selain itu, IGF-1 membantu pertumbuhan otot dengan merangsang pengolahan mioblas, penyerapan asam amino, dan produksi protein di otot dan jaringan lain.
Pada anak-anak hingga akhir masa pubertas, hormon ini berfungsi untuk mendukung proses tumbuh kembang tulang dan otot.
Sementara pada orang dewasa, saat tubuh telah mencapai ukuran maksimalnya, hormon ini akan bertugas untuk menjaga struktur tubuh, termasuk mengatur massa lemak, otot, jaringan, dan tulang.
Hormon ini juga membantu mengatur metabolisme tubuh, seperti kerja insulin dan kadar gula darah.
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting pada metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein di dalam tubuh.
Berikut ini adalah fungsi hormon pertumbuhan dalam proses metabolisme.
1. Metabolisme protein
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan penyerapan asam amino dan produksi protein serta menurunkan oksidasi protein.
2. Metabolisme lemak
Hormon ini juga dapat meningkatkan proses pengolahan lemak dengan merangsang pemecahan dan oksidasi trigliserida.
3. Metabolisme karbohidrat
Hormon pertumbuhan membantu menjaga kadar gula darah dengan merangsang penyerapan dan produksi glukosa.
Apa yang terjadi jika kadar hormon terlalu banyak?
Sebagaimana fungsi utamanya, kadar hormon pertumbuhan yang terlalu banyak akan menyebabkan tubuh mengalami pertumbuhan secara berlebihan.
Pada orang dewasa, jika kelebihan kadar hormon ini terjadi untuk waktu yang lama, kondisi ini berisiko menyebabkan akromegali.
Akromegali umumnya ditandai dengan pembengkakan kaki dan tangan serta perubahan bentuk wajah.
Namun, kondisi ini juga dapat menimbulkan pembengkakan organ dan gangguan fungsi tubuh, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung.
Akromegali lebih sering dialami pada usia paruh baya ketika pertumbuhan tubuh telah sepenuhnya berhenti dan tubuh tidak bisa bertambah tinggi.
Sebagian besar kasus kelebihan hormon ini disebabkan akibat adanya tumor jinak pada kelenjar pituitari atau disebut tumor hipofisis.
Meski sangat jarang terjadi, kelebihan kadar hormon ini juga dapat dialami oleh anak-anak menjelang akhir proses pertambahan tinggi tubuh.
Kondisi tersebut bisa menyebabkan tulang tumbuh secara berlebihan. Akibatnya, anak akan memiliki tubuh yang terlalu tinggi hingga melebihi batas normal atau disebut juga dengan gigantisme.
Kelebihan kadar hormon ini dapat dideteksi dengan menghitung kadar hormon beberapa jam setelah minum minuman yang manis.
Kadar hormon ini dapat dikatakan terlalu tinggi jika hasil tes menunjukkan kadar hormon tidak berkurang.