Anak-anak sangat aktif sehingga tidak jarang mengalami cedera saat bermain, belajar, atau beraktivitas sehari-hari. Salah satu cedera yang paling sering terjadi adalah cedera kepala. Meski sebagian besar kasus bersifat ringan, cedera kepala pada anak bisa menjadi serius jika tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, ketahui selengkapnya terkait ciri hingga penanganan cedera kepala pada anak di bawah ini.
Gejala cedera kepala pada anak
Cedera kepala pada anak bisa menimbulkan berbagai gejala, tergantung dari usianya. Berikut ciri-ciri cedera kepala pada anak yang mungkin dialami.
- Anak mengeluh sakit kepala atau merasa pusing.
- Mual atau muntah, terutama setelah terbentur.
- Pusing atau kehilangan keseimbangan saat berjalan.
- Sensitif terhadap cahaya terang atau suara keras.
- Penglihatan menjadi kabur atau melihat ganda.
- Anak menjadi rewel, mudah marah, atau lebih emosional.
- Sulit fokus dan berpikir atau mudah lupa.
- Tampak lelah, sering mengantuk, atau tidak seaktif biasanya.
- Pola tidur berubah, misalnya tidur lebih lama atau sulit tidur.
Berbeda dari anak-anak, benturan pada kepala bayi dan balita bisa menimbulkan beberapa gejala lainnya, yang meliputi berikut ini.
- Menangis terus-menerus dan sulit ditenangkan.
- Tidak mau makan atau menyusu.
- Terlihat lemas, kurang aktif, atau tidak seperti biasanya.
- Tidurnya tidak normal, bisa terlalu banyak atau sangat sedikit.
- Muntah pada anak setelah terbentur, meskipun tidak makan banyak.
Pantau kondisi anak selama 72 jam setelah benturan kepala, karena gejala bisa muncul belakangan.
Bayi dan balita tidak bisa mengungkapkan rasa sakit seperti anak besar, jadi perlu diawasi lebih hati-hati.
Kapan harus ke dokter?
Pada kondisi yang lebih parah, bayi dan anak mungkin akan mengalami gejala yang lebih berat, di antaranya sebagai berikut.
- Kehilangan kesadaran atau pingsan, walau hanya sebentar.
- Bingung, bicara tidak jelas, atau seperti linglung.
- Muntah berulang lebih dari dua kali.
- Salah satu sisi tubuh terlihat lemah atau tidak bisa digerakkan.
- Anak kejang.
- Keluar cairan bening dari hidung atau telinga, bisa jadi cairan otak.
- Ukuran pupil tidak sama atau tidak merespons cahaya.
- Sulit dibangunkan dari tidur.
- Ada memar aneh di belakang telinga atau di bawah mata tanpa sebab jelas.
Jika ada gejala berat, segera bawa anak ke unit gawat darurat, meskipun sebelumnya tampak baik-baik saja.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Penyebab cedera kepala pada anak
Cedera kepala pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan penyebabnya beragam tergantung pada usia anak.
Berikut beberapa penyebab cedera kepala pada anak.
1. Jatuh
Ini merupakan salah satu penyebab paling umum, terutama pada anak usia 0–4 tahun. Bahkan pada kelompok usia ini, lebih dari 60 % cedera kepala terjadi akibat jatuh.
Misalnya, bayi atau balita jatuh dari tempat tidur, tangga, atau permainan anak-anak.
2. Kecelakaan lalu lintas
Pada kondisi ini, anak-anak sering kali terlibat sebagai pejalan kaki, pengendara sepeda, atau penumpang kendaraan.
Dalam studi di Riyadh dalam International Journal of Emergency Medicine, kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama cedera parah pada anak-anak (sekitar 52 % dari total kasus).
3. Aktivitas rekreasi dan olahraga
Penyebab ini menyumbang sekitar 21 % kasus cedera kepala pada anak usia 10–14 tahun.
Cedera dapat terjadi akibat kecelakaan saat bermain sepeda, skateboard, atau olahraga yang melibatkan kontak fisik, seperti sepak bola.
4. Tabrakan dengan objek atau orang
Tabrakan dengan objek atau orang, misalnya terbentur benda keras saat bermain atau tertimpa benda ringan, bisa menimbulkan cedera kepala pada anak.
Kondisi ini menyumbang sekitar 17%–18 % kasus cedera kepala pada anak-anak.
5. Kekerasan atau penganiayaan terhadap anak
Sekitar 10 % kasus cedera kepala terjadi akibat kekerasan pada anak-anak.
Kondisi ini khususnya terjadi pada 24%–32 % bayi di bawah usia 2 tahun.
6. Terkena benda jatuh atau terlempar
Cedera kepala pada anak akibat terkena benda yang jatuh atau tertabrak benda yang dilempar sering terjadi di rumah, terutama saat anak terbentur meja, tempat tidur, atau benda berat lain yang tidak sengaja jatuh.
Anak kecil juga berisiko lebih tinggi jika jatuh dari tempat tinggi atau terkena benda dari atas, misalnya mainan, peralatan rumah tangga, atau bahkan tertabrak pintu yang terbuka.
Cedera seperti ini bisa menyebabkan benjolan, luka di kulit kepala, bahkan dalam kasus yang lebih serius bisa menyebabkan retak tulang tengkorak atau cedera otak dalam.
Pertolongan pertama cedera kepala pada anak
Setelah benturan atau cedera di kepala, biarkan anak berbaring tenang dengan kepala dan bahu sedikit terangkat untuk membantu aliran darah dan mencegah penumpukan tekanan.
Hindari memindahkan leher atau kepala anak, terutama jika ada kecurigaan cedera tulang belakang. Hal ini bisa diperparah jika digerakkan tanpa dukungan.
Bila terdapat luka terbuka atau perdarahan, tekan perlahan dengan kain steril, kecuali jika dicurigai fraktur tengkorak. Jangan tekan langsung pada area yang tengkorak retak terlihat.
Pantau secara ketat tanda-tanda vital dan kesadaran, yaitu pernapasan, respons anak, tingkat kesadaran, dan perubahan pada pupil mata. Jika tidak ada tanda pernapasan atau sirkulasi, segera lakukan CPR.
Pasang kompres es berlapis kain di area bengkak, tetapi hindari langsung menempelkan es ke kulit.
Segera cari bantuan medis bila ada muntah berulang, perubahan kesadaran, kebingungan, lemas, sulit berbicara atau berjalan, perdarahan hebat, kebocoran cairan jernih dari hidung/telinga, atau memar di belakang telinga atau bawah mata.
Untuk cedera kepala ringan pada anak, misalnya hanya memar dan anak tampak normal, lakukan observasi dan pantau gejala selama 24–48 jam.
Hindari pula aktivitas fisik atau kognitif yang berat setidaknya selama dua hari, dan kembalikan perlahan ke aktivitas jika gejalanya membaik.
Selain itu, waspadai tanda bahaya dalam 72 jam pertama setelah cedera, misal kejang, linglung, atau ada bagian tubuh yang lemah dan tak bisa digerakkan.
Segera cari pertolongan medis bila timbul tanda-tanda tersebut.
Pengobatan cedera kepala pada anak
Pengobatan cedera kepala pada anak dimulai dengan menstabilkan kondisi tubuh anak, lalu dilanjutkan dengan penanganan yang dibutuhkan.
Berikut langkah-langkah pengobatannya.
1. Menstabilkan kondisi anak
Hal pertama yang dilakukan dokter adalah memastikan anak bisa bernapas dengan baik, detak jantung stabil, dan tubuh mendapatkan cukup oksigen.
Jika anak tidak sadar atau sangat lemah, mungkin perlu bantuan alat pernapasan (ventilator) dan cairan infus untuk menjaga tekanan darah normal anak.
2. Mengontrol tekanan di dalam kepala
Cedera kepala bisa menyebabkan tekanan di dalam otak meningkat. Untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut, dokter akan melakukan langkah berikut.
- Menyuruh anak berbaring dengan kepala sedikit lebih tinggi.
- Menjaga leher tetap lurus agar aliran darah lancar.
- Memberikan obat khusus, seperti cairan garam hipertonik, untuk membantu menurunkan tekanan di otak.
3. Menggunakan obat-obatan tambahan
Jika tekanan di kepala tetap tinggi, dokter bisa memberikan obat-obatan berikut ini.
- Obat penenang atau obat tidur dalam dosis tinggi agar otak bisa istirahat total.
- Melakukan pembuangan cairan otak berlebih melalui selang khusus.
- Operasi pengangkatan sebagian tulang tengkorak (dekompresi) jika otak membengkak berat.
4. Menghindari demam tinggi
Anak yang mengalami cedera kepala harus dijaga agar tidak mengalami demam.
Terapi pendinginan ekstrem (hipotermia) tidak disarankan karena bisa menimbulkan komplikasi.
5. Mencegah kejang
Anak yang mengalami cedera kepala berat sering mengalami kejang sehingga diberi obat antikejang selama 1 minggu pertama.
Pengobatan diperlukan untuk mencegah kejang, misalnya obat phenytoin atau levetiracetam.
6. Memberian nutrisi dan perawatan umum
Anak perlu mendapatkan nutrisi dari makanan cair melalui selang dalam 3 hari pertama untuk membantu proses pemulihan.
Gula darah juga dipantau agar tidak terlalu tinggi atau rendah.
7. Melakukan pemulihan bertahap
Setelah kondisi membaik, pemulihan bertahap mungkin perlu dilakukan untuk mendukung kondisi anak. Berikut beberapa langkah pemulihannya.
- Anak dianjurkan istirahat penuh selama 1–2 hari, baik dari aktivitas fisik maupun kegiatan belajar.
- Setelah itu, bisa kembali perlahan ke aktivitas ringan seperti membaca atau bermain santai, selama gejala tidak muncul kembali.
- Aktivitas fisik lebih berat, seperti olahraga, harus ditunda hingga dokter menyatakan aman.
Pencegahan cedera kepala pada anak
Cedera kepala pada anak dapat dicegah melalui berbagai upaya untuk menjaga keamanan kepala anak. Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan.
- Gunakan helm saat anak bersepeda, naik skuter, atau bermain skateboard.
- Pastikan helm pas di kepala dan dipakai dengan benar.
- Ajarkan anak pentingnya memakai helm setiap kali berkendara.
- Gunakan sabuk pengaman dan kursi mobil khusus anak saat di mobil.
- Awasi anak saat bermain, terutama di tempat tinggi atau berbahaya.
- Pilih taman bermain yang permukaannya lunak, bukan beton.
- Pasang pagar pengaman di tangga atau tempat tidur tingkat.
- Ajarkan anak teknik bermain dan olahraga yang aman.
- Gunakan alat pelindung kepala saat anak ikut olahraga tertentu.
- Jauhkan benda berbahaya atau tajam dari jangkauan anak.
- Latih otot leher anak agar lebih kuat, terutama jika aktif berolahraga.
- Buat aturan keselamatan yang jelas di rumah dan sekolah.
Pastikan anak dalam kondisi aman saat beraktivitas agar terhindar dari bahaya cedera yang bisa melukai anak.