backup og meta
Kategori

10

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Mengetahui Feses Bayi yang Normal dan Tidak dari Warna serta Teksturnya

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 30/11/2023

    Mengetahui Feses Bayi yang Normal dan Tidak dari Warna serta Teksturnya

    Tahukah Anda bahwa kondisi kesehatan bayi bisa dilihat dari kondisi fesesnya? Normal atau tidaknya feses bayi bisa terlihat dari tekstur dan juga warnanya. Berikut penjelasan lengkap seputar feses bayi dilihat dari warna dan teksturnya terutama untuk Anda para orangtua baru.

    Mengenal feses bayi sesuai asupan nutrisi yang dikonsumsi

    feses bayi

    Feses bayi menjadi salah satu penentu kondisi kesehatan anak, terutama yang berkaitan dengan pencernaan.

    Oleh karenanya, skrining kesehatan bayi baru lahir mencakup tekstur dan warna feses.

    Biasanya, tekstur dan warna feses dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang dikonsumsi si kecil. Berikut penjelasan seputar pup bayi yang perlu diketahui orangtua.

    Feses bayi baru lahir

    Mengutip dari Blank Children’s Hospital, bayi yang baru dilahirkan memiliki warna feses kehijauan, agak hitam, teksturnya lengket, dan tidak berbau.

    Tekstur feses seperti itu disebut mekonium yang terdiri dari cairan ketuban, lendir, dan sel-sel kulit yang tertelan saat bayi di dalam rahim.

    Keluarnya mekonium hanya berlangsung dalam satu atau dua hari ke depan. Setelah dua hingga empat hari, pup bayi akan mulai berubah. Warnanya menjadi hijau dan tidak begitu lengket.

    Hal ini juga menjadi pertanda bahwa usus si kecil dalam keadaan baik-baik saja.

    Anda boleh panik jika kondisi fesesnya masih berupa mekonium setelah 48 jam atau bayi Anda justru tidak mengeluarkan kotoran jenis ini dalam waktu 48 jam setelah lahir.

    Feses bayi yang mengonsumsi ASI

    Setelah empat hari, warna kotoran bayi akan berubah. Untuk bayi yang mengonsumsi ASI, warna pup bayi biasanya berubah menjadi kuning keemasan sampai cokelat kehijauan. 

    Bayi yang minum ASI biasanya memiliki warna kotoran yang terlihat lebih pucat dan teksturnya sedikit berair seperti diare.

    Biasanya kalau bayi yang mengonsumsi ASI dalam keadaan sehat, fesesnya tidak menimbulkan bau.

    Feses bayi yang mengonsumsi susu formula

    Untuk bayi yang mengonsumsi susu formula, warna pup yang sehat adalah kuning atau cokelat dengan tekstur seperti mentega.

    Namun, ukuran kotoran bayi yang minum susu formula biasanya lebih bau dari bayi yang minum ASI.

    Tanda bahwa bayi Anda sedang tidak sehat adalah ketika warna fesesnya hitam 4 hari setelah kelahiran.

    Kondisi ini biasanya disertai dengan beberapa tanda lain seperti berikut.

    Jika Anda khawatir tentang warna atau tekstur feses si kecil, segera hubungi dokter untuk konsultasi.

    Warna dan kondisi feses bayi mulai dari yang sehat sampai tidak sehat

    warna feses bayi

    Seperti yang telah disebutkan di awal bahwa kondisi kesehatan bayi dilihat dari warna feses yang dikeluarkan setiap hari.

    Bila orangtua memerhatikan warna pup bayi, frekuensi buang air besar, sampai teksturnya, Anda bisa mengetahui apakah si kecil dalam kondisi sehat atau tidak.

    Hal ini terutama dalam hal masalah pencernaan. Berikut penjelasan seputar warna tinja bayi dari yang sehat sampai tidak:

    Warna feses bayi hijau

    Bayi yang sering diberi suplemen zat besi, warna fesesnya akan menjadi hijau.

    Kondisi ini akan berlanjut ketika bayi berusia 4-6 bulan dan mulai diberikan MPASI yang berwarna hijau, seperti sayuran ke dalam menu makanannya. 

    Warna feses oranye, kuning, kecokelatan

    Ini adalah kondisi pup bayi yang normal pada bayi yang menyusui ASI atau minum susu formula. Teksturnya sering kali cair atau terkadang padat.

    Setelah menyusu, terkadang gas mengumpul di perut bayi dan membuatnya kembung. Penting untuk Anda mengetahui cara menyendawakan bayi yang tepat.

    Feses bayi berwarna hitam

    Bila Anda melihat kotoran si kecil berwarna hitam secara keseluruhan atau sekadar bercak, tandanya bayi mencerna darah saat menyusui langsung lewat puting ibu. 

    Kondisi ini juga bisa berarti adanya perdarahan pada sistem pencernaan bayi.

    Meski ini tidak selalu membahayakan, tapi perlu diperiksa ke dokter bila feses bayi berwarna hitam berlangsung terus menerus. 

    Tekstur feses keras seperti kerikil

    Bila bayi Anda mengeluarkan feses dengan tekstur keras seperti kerikil, kemungkinan ia mengalami konstipasi atau sembelit.

    Biasanya bayi mengalami ini ketika dikenalkan dengan makanan padat saat usia 6 bulan atau memasuki fase MPASI. 

    Tekstur pup yang seperti ini bisa juga sebagai tanda bayi memiliki sensitivitas terhadap susu yang dikonsumsi atau kandungan makanan tertentu. 

    Feses berwarna merah pekat

    Kotoran bayi berwarna merah bisa disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi, misalnya buah naga atau tomat.

    Namun bila si kecil tidak mengonsumsi makanan yang berwarna merah dan warna feses merah darah, bisa menjadi tanda bayi memiliki alergi protein susu.

    Apabila ia mengalami diare bersamaan dengan warna pup merah, kemungkinan bayi memiliki infeksi bakteri. 

    Feses bayi berwarna putih

    Bila si kecil mengeluarkan kotoran berwarna putih, ini tanda bahwa ia tidak mencerna makanan dengan baik.

    Warna putih menandakan empedu tidak mencerna makanan dengan benar.

    Warna pup bayi berubah-ubah sesuai usia, sehingga perlu diperhatikan bila perubahannya menuju ke arah tidak sehat. 

    Hal penting yang perlu diperhatikan orangtua seputar feses bayi

    warna feses bayi

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,kondisi pup bayi dan anak sangat penting untuk diperhatikan karena dapat dijadikan indikator kesehatan mereka.  

    Selain kondisi dan frekuensi normal buang air besar si kecil, ada beberapa hal lainnya yang perlu diingat oleh orangtua, yaitu:

    1. Variasi warna dan konsistensi feses bayi

    Frekuensi BAB bayi tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk melihat kondisi kesehatan mereka seperti apa.

    Ada beberapa faktor lainnya yang dapat menentukan apakah bayi Anda sehat atau tidak, seperti konsistensi dan warna feses

    Sebenarnya, warna dan konsistensi pup bayi yang bervariasi cukup normal terjadi.

    Contoh, proses pencernaan bayi dapat melambat jika mereka mengonsumsi makanan yang padat dan warnanya berubah menjadi hijau. 

    Apabila bayi diberikan tambahan zat besi, feses dapat berubah warna menjadi cokelat tua.

    Sementara ketika terjadi iritasi ringan pada anus kemungkinan besar akan ada bercak darah pada bagian luar feses. 

    Saat Anda menemukan darah, lendir, atau air pada feses bayi, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

    Umumnya, gejala tersebut menunjukkan bahwa sistem pencernaan bayi sedang terganggu. 

    2. Tanda-tanda diare pada bayi

    Normalnya, BAB bayi yang baru lahir lebih lunak dan sedikit berair, sehingga orangtua mungkin kesulitan untuk membedakan mana ciri bayi mengalami diare dan mana yang bukan.

    Jika bayi Anda mengalami diare, biasanya akan ada peningkatan frekuensi buang air besar. Sebagai contoh, lebih dari satu kali pergerakan usus setelah makan dan tinja terlihat berlendir. 

    Diare pada bayi mungkin merupakan tanda adanya infeksi usus atau disebabkan oleh perubahan pola makan mereka.

    Jika bayi menyusui, mereka ternyata dapat mengalami diare akibat konsumsi asupan makanan dari sang ibu. 

    3. Dehidrasi pada bayi

    Tidak hanya diare, BAB bayi juga bisa menjadi faktor untuk melihat apakah mereka dehidrasi atau tidak. Masalah utama dari diare yang cukup mengkhawatirkan adalah dehidrasi atau kekurangan cairan.

    Jika bayi mengalami demam tinggi dan masih berusia kurang dari dua bulan, segera hubungi dokter.

    Namun, ketika bayi sudah berumur lebih dua bulan dan demamnya berlangsung lebih dari satu hari, cobalah untuk memeriksa urine dan suhu fesesnya.

    Kemudian, laporkan temuan tersebut pada dokter agar tahu apa yang perlu dilakukan. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

    Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 30/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan