Demam berdarah dengue atau biasa disebut DBD adalah penyakit menular yang marak terjadi saat musim pancaroba. Penyakit ini dapat menyerang siapa pun tanpa pandang bulu, tapi memang paling sering menjangkiti anak kecil. Apa saja yang harus diketahui tentang demam berdarah (DBD) pada anak? Berikut info lengkapnya.
Penyebab demam berdarah (DBD) pada anak
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akibat gigitan nyamuk Aedes aegepti yang membawa virus dengue. Terdapat empat jenis virus dengue, yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Tinggal di daerah beriklim tropis seperti Indonesia meningkatkan risiko penularan demam berdarah pada anak.
Pertama, karena nyamuk lebih mudah dan cepat berkembang biak di daerah tropis dengan iklim lingkungan yang lembap.
Kedua, masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk akan lebih cepat pada suhu lingkungan yang hangat. Artinya nyamuk punya lebih banyak kesempatan untuk menginfeksi banyak orang sekaligus dalam waktu singkat.
Seekor nyamuk yang membawa virus dengue dapat terus menginfeksi orang lain selama ia masih hidup. Ada kemungkinan seluruh anggota keluarga bisa terinfeksi virus dengue yang sama dalam waktu 2 sampai 3 hari.
Terlebih, negara tropis memiliki musim hujan dengan jangka waktu yang cukup lama.
Selama musim hujan dan setelahnya, akan ada banyak genangan air yang bisa menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
Tanda dan gejala demam berdarah pada anak
Ketika nyamuk pembawa virus DBD menggigit anak Anda, kemungkinan ia akan mulai mengalami gejala DBD dalam 4—7 hari setelahnya.
Kemunculan gejala ini dikategorikan dalam tiga fase perkembangan penyakit yang disebut “Siklus Pelana Kuda”, yaitu fase demam tinggi, fase kritis (demam turun), dan fase penyembuhan (demam naik lagi).
Setiap fase DBD punya gejala dan cirinya masing-masing. Pada awalnya, demam berdarah mungkin tidak menunjukkan tanda atau gejala tertentu pada anak.
Gejala atau ciri DBD pada anak bisa muncul kapan saja setelah digigit nyamuk, tapi biasanya mulai disadari dalam 4 hari sampai 2 minggu setelahnya.
Setelah gejala pertama muncul, keluhan akan bertahan selama 2—7 hari. Tanda dan gejala DBD yang umum terjadi pada bayi dan balita meliputi berikut ini.
- Pilek.
- Muncul ruam merah kecil di beberapa bagian tubuh.
- Batuk ringan.
- Suhu tubuh bisa naik mendadak hingga demam tinggi sangat cepat.
Sementara itu, tanda dan gejala demam berdarah umum pada anak usia sekolah dan remaja puber yaitu sebagai berikut.
- Lemah, letih, lesu.
- Rasa nyeri di belakang mata dan berbagai persendian tubuh.
- Demam tinggi, bisa lebih dari 40º Celsius.
- Nyeri punggung.
- Sakit kepala.
- Badan gampang memar.
- Muncul bintik-bintik ruam merah.
Meski demikian harus diingat juga bahwa setiap anak kemungkinan mengalami gejala yang berbeda.
Pada beberapa kasus DBD yang cukup serius, anak bisa sampai mengalami mimisan atau gusi berdarah.
Gejala ini disebabkan oleh perdarahan dalam akibat kadar trombosit anak yang menurun drastis.
Gejala dengue shock syndrome (DSS) pada anak
Kasus DBD biasa dapat berubah menjadi genting ketika anak sampai mengalami dengue shock syndrome (DSS). Demam syok merupakan kondisi yang mengancam nyawa.
Syok terjadi karena tubuh mengalami perdarahan berlebihan tiba-tiba akibat kebocoran pada pembuluh darah. Berikut gejalanya pada anak.
- Perdarahan tiba-tiba dan terus menerus dari bagian tubuh manapun.
- Tekanan darah menurun drastis.
- Kegagalan fungsi organ.
- Mual dan muntah.
- Rasa gatal terus-menerus di telapak kaki.
- Nafsu makan berkurang atau sama sekali hilang.
Jenis demam berdarah ini sering kali berakibat fatal pada anak-anak.
Kuncinya, jangan segera menghentikan pengobatan DBD saat demam anak turun dan suhu tubuhnya sudah normal. Ini justru menandakan anak sedang dalam fase kritis.
Jika tidak ditangani, trombosit darah anak akan semakin sedikit sehingga berisiko menyebabkan perdarahan dalam yang tidak disadari.
Diagnosis demam berdarah pada anak
Jika orangtua mencurigai gejala DBD pada anak, segera bawa ke dokter. Terlebih apabila anak baru-baru ini bepergian ke tempat rawan DBD dan mengeluhkan tidak enak badan.
Sebelum menegakkan diagnosis demam berdarah pada anak, dokter akan lebih dulu melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya terkait gejala yang dirasa.
Dokter juga mungkin akan mengambil sampel darah anak untuk memastikan keberadaan virus dengue.
Tes darah juga dilakukan untuk memeriksa keberadaan antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh anak sebagai respons terhadap infeksi.
Nantinya dokter dapat memutuskan apakah anak Anda perlu diopname di rumah sakit atau bisa rawat jalan.
Pada umumnya, kemungkinan anak bukan sakit DBD jika demamnya bertahan lebih dari seminggu setelah digigit nyamuk.