backup og meta

Cacar Monyet pada Anak, Begini Gejala dan Penularannya

Cacar Monyet pada Anak, Begini Gejala dan Penularannya

Memasuki pertengahan tahun 2024, cacar monyet kembali menjadi perhatian dunia. Pasalnya, penyakit ini dilaporkan telah menyebar ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Bahkan berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, sejak 2022 hingga Agustus 2024, kasus cacar monyet di Indonesia yang terkonfirmasi tercatat sebanyak 88 kasus. Infeksi cacar monyet diketahui dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak-anak.

Apa itu cacar monyet pada anak?

Cacar monyet adalah infeksi langka yang terjadi akibat virus monkeypox

Seperti namanya, virus ini berasal dari monyet dan termasuk ke dalam genus (kelompok) virus ortopoks dalam famili (keluarga) Poxviridae. 

Virus monkeypox awalnya merupakan penyakit zoonosis atau jenis penyakit menular dari hewan ke manusia.

Namun sekarang, infeksi ini sudah bisa ditularkan dari orang ke orang, termasuk kepada anak-anak. 

Bahkan, anak-anak termasuk golongan orang yang berisiko mengalami gejala serius hingga kematian akibat penyakit infeksi pada anak ini.

Infeksi ini sebenarnya bisa sembuh sendiri dan biasanya terjadi hingga 2 atau 4 minggu.

Akan tetapi, tingkat keparahan kondisi ini bisa mencapai 0,1—10% dari jumlah kasus, tergantung pada kemudahan akses untuk mendapat pengobatan.

Bagaimana penularan cacar monyet pada anak?

beda cacar air dan cacar monyet

Meski umumnya bukan merupakan kondisi yang serius, cacar monyet sering kali terjadi sebagai penyakit endemi di daerah tertentu karena penularannya yang cukup mudah.  

Penularan cacar monyet pada anak-anak dapat terjadi melalui orang ke orang atau hewan ke orang.

Anak-anak dapat tertular di rumah atau lingkungan masyarakat melalui kontak dekat dengan orang-orang yang memiliki gejala cacar monyet, termasuk orangtua, pengasuh, atau anggota keluarga lainnya.

Berikut beberapa cara penularannya. 

1. Kontak erat dengan penderita

Penularan orang ke orang pada anak dapat terjadi saat mereka melakukan kontak erat dengan orang lain. 

Paparan virus dapat terjadi secara langsung, misal melalui cairan pernapasan, luka di kulit, atau nanah yang keluar dari luka yang terinfeksi.

Namun, terkadang penularan juga bisa menyebar secara tidak langsung dengan menyentuh permukaan benda yang telah terkontaminasi, seperti pakaian atau kain yang dikenakan penderita.  

2. Kontak erat dengan hewan

Penularan dari hewan ke manusia pada anak dapat terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh hewan, seperti air liur dan darah, atau luka pada tubuh hewan. 

Beberapa jenis hewan juga lebih rentan memiliki virus penyebab cacar monyet, di antaranya monyet, tupai, dan tikus. 

Selain itu, anak yang makan daging atau produk hewani lainnya yang masih mentah berisiko tertular penyakit ini karena mungkin telah terkontaminasi virus penyebabnya. 

3. Melalui ASI

Pada bayi, hasil penelitian menunjukkan adanya dugaan penularan cacar monyet melalui ASI

Dugaan ini muncul berdasarkan fakta bahwa virus penyebab infeksi bisa terkandung dalam darah, yang artinya mungkin juga terserap ke dalam ASI.

Sampai saat ini, CDC menyarankan kepada ibu menyusui yang terinfeksi oleh cacar monyet untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya hingga mendapat kejelasan soal kemungkinan penularan ini.

Saat menunda menyusui selama mengalami cacar air, ibu menyusui bisa terus memerah ASI secara rutin untuk membuangnya dari dalam tubuh.

4. Selama masa kehamilan atau persalinan

Penularan cacar monyet juga bisa terjadi kepada bayi yang masih di dalam kandungan.  

Penularan dari ibu hamil penderita cacar monyet kepada janin dapat terjadi melalui plasenta atau kontak langsung saat atau setelah proses persalinan. 

Belum diketahui secara pasti mengapa penularan dapat terjadi akibat persalinan.

Meski kontak langsung memang dapat memicu penularan, tetapi masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah juga dipicu oleh kontak langsung melalui jalur penularan seksual.

Apa gejala cacar monyet pada anak?

penyebab cacar air

Anak-anak yang telah terpapar virus monkeypox biasanya tidak akan langsung menunjukan gejala cacar monyet.

Ini karena virus memerlukan masa inkubasi di dalam tubuh sebelum akhirnya menimbulkan gejala. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 6—13 hari, tetapi bisa juga terjadi antara 5—21 hari.

Melansir dari WHO, proses infeksi virus di dalam tubuh bisa dibagi ke dalam dua tahap dengan gejala khasnya masing-masing, yaitu sebagai berikut. 

  • Tahap invasi. Tahap pertama ini terjadi dari awal paparan hingga lima hari setelahnya. Umumnya, tahap ini ditandai dengan gejala, seperti anak mengalami sakit kepala berat, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot, hingga kelelahan. 
  • Tahap erupsi. Tahap ini biasanya mulai terjadi saat hari ke-1 hingga ke-3 setelah muncul demam pada anak. Gejala pada tahap ini sering berupa uam yang timbul secara bertahap sebagai bintil atau lepuhan pada wajah yang kemudian berkembang menjadi jerawat atau benjolan berisi cairan atau nanah di wajah, dalam mulut, dan bagian tubuh lainnya, seperti dada, tangan, kaki, lengan, tungkai, alat kelamin, atau anus. Ruam ini bisa terasa gatal maupun nyeri. 

Bagaimana dokter mendiagnosis cacar monyet pada anak?

Dalam mendeteksi cacar monyet pada anak, sangat penting untuk mengenali gejala-gejala yang membedakannya dari penyakit serupa, seperti cacar (smallpox), cacar air (chickenpox), dan campak.   

Untuk itu, dokter akan melihat gejala yang dialami secara rinci. Jika ada dugaan cacar monyet, tenaga medis akan mengambil sampel virus untuk kemudian diteliti di laboratorium. 

Ada beberapa tes yang bisa dilakukan untuk memperoleh sampel tersebut, di antaranya sebagai berikut.

  • Tes swab atau usap tenggorokan. 
  • Biopsi kulit, dengan mengambil sampel jaringan kulit yang luka, seperti kulit yang kering atau cairan nanah. 
  • Tes darah. 

Apa komplikasi cacar monyet pada anak?

Meski terlihat mengkhawatirkan, cacar monyet, termasuk yang dialami anak, umumnya bukan kondisi yang serius.

Penularannya juga tidak semudah penularan COVID-19 pada anakNamun, pada beberapa kasus, komplikasi dapat terjadi akibat cacar monyet, seperti:

  • infeksi lanjutan, 
  • pneumonia,
  • selulitis,
  • bisul bernanah (abses),
  • bronkopneumonia
  • sepsis, 
  • ensefalitis,
  • luka pada mata, dan
  • infeksi pada kornea mata yang bisa menimbulkan kebutaan.

Apa pengobatan cacar monyet pada anak?

jenis cacar monyet

Cacar monyet biasanya terjadi cukup ringan, sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus. 

Umumnya, Anda hanya perlu memastikan kebutuhan air dan nutrisi untuk anak tercukupi setiap hari. 

Selain itu, awasi luka pada kulit anak agar tetap tertutup dan tidak digaruk oleh anak.

Jika anak menggaruk luka tersebut, lalu menyentuh matanya, hal ini bisa menimbulkan penyebaran infeksi pada mata atau penyakit serius lainnya.  

Selama menderita cacar monyet, batasi juga kontak anak dengan anggota keluarga yang lain ataupun teman-temannya.

Jika anak sudah bersekolah, maka sebaiknya anak tidak perlu pergi ke sekolah hingga ia sudah sembuh sepenuhnya. 

Meski umumnya bisa sembuh sendiri, pengobatan cacar monyet pada anak diperlukan pada kondisi berikut ini. 

  • Memiliki penyakit serius. Misalnya, kelainan perdarahan, luka sulit sembuh, radang otak, dan kerusakan saluran pernapasan akibat pembengkakan kelenjar getah bening
  • Mengalami komplikasi cacar monyet.
  • Memiliki faktor risiko, seperti berusia di bawah 8 tahun, memiliki gangguan daya tahan tubuh atau riwayat penyakit kulit (misal eksim atau luka bakar), atau mengalami infeksi di mata, wajah, atau alat kelamin. 

Pengobatan cacar monyet bertujuan untuk meredakan gejala serta mencegah terjadinya komplikasi pada anak, baik jangka pendek maupun panjang. 

Bila diperlukan, obat antinyeri seperti paracetamol bisa diberikan kepada anak untuk meredakan demam, nyeri, atau gatal. 

Obat antivirus juga mungkin akan dokter berikan kepada anak untuk mencegah kondisi bertambah parah, umumnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.

Ini karena daya tahan tubuh bayi belum berkembang sempurna dan tidak dapat bereaksi secara efektif terhadap vaksin. 

Bagaimana cara mencegah cacar monyet pada anak?

Anak laki-laki cuci tangan pakai sabun

Vaksin cacar (smallpox) telah terbukti mampu mencegah infeksi cacar monyet, termasuk pada anak.

Namun, vaksin yang dibuat khusus untuk mencegah cacar monyet juga telah tersedia, meski pemberiannya masih terbatas pada individu yang rentan terinfeksi, seperti tenaga medis.

Selain mendapat vaksin cacar monyet, pencegahan juga perlu dilakukan dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat, dengan upaya berikut ini. 

  • Mengajarkan kebersihan diri kepada anak, termasuk cuci tangan secara rutin
  • Menggunakan masker.
  • Menghindari kontak dengan orang sakit dan hewan liar. 

Dengan menerapkan upaya tersebut, risiko anak tertular cacar monyet pun dapat berkurang.

Kesimpulan

  • Cacar monyet termasuk infeksi langka yang bisa terjadi akibat virus monkeypox. Meski demikian, infeksi ini bisa menular dengan mudah dan sering kali terjadi sebagai penyakit endemi di daerah tertentu. 
  • Penularan dapat terjadi dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dan dari manusia ke manusia, termasuk pada anak-anak. Bahkan, anak-anak termasuk golongan yang lebih berisiko hingga kematian akibat infeksi virus ini.
  • Pada anak-anak, penularan virus bisa melalui kontak langsung dengan penderita atau hewan, menyusu ASI dari ibu yang terinfeksi, atau saat kehamilan dan persalinan.
  • Gejala infeksi pada anak diawali dengan sakit kepala berat, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening, sebelum akhirnya muncul ruam dan bintil atau lepuhan pada kulit.
  • Jika infeksi yang terjadi ringan, pengobatan cukup dilakukan dengan memastikan asupan cairan dan nutrisi harian anak. Namun, untuk kasus yang parah, obat-obatan bisa digunakan, seperti obat antinyeri.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Clinical Considerations for Mpox in Children and Adolescents in the U.S. (2024). Retrieved 5 September 2024, from https://www.cdc.gov/poxvirus/mpox/clinicians/pediatric.html

Mpox. (N.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/mpox/

Mpox. (n.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mpox

Mpox. (n.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mpox

Mpox (Monkeypox) (for Parents) | Nemours KidsHealth. (n.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://kidshealth.org/en/parents/monkeypox.html

What Is Mpox? (2022). Retrieved 5 September 2024, from https://www.healthychildren.org/english/health-issues/vaccine-preventable-diseases/pages/what-is-monkeypox.aspx

Monkeypox – Conditions and Treatments. (n.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://www.childrensnational.org/get-care/health-library/monkeypox

Mpox. (n.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/mpox

Monkeypox. (2024). Retrieved 5 September 2024, from https://www.pasteur.fr/en/medical-center/disease-sheets/monkeypox

Clinical Considerations for Mpox in People Who are Pregnant or Breastfeeding. (2024). Retrieved 5 September 2024, from https://www.cdc.gov/poxvirus/mpox/clinicians/pregnancy.html

Health Alert Network (HAN) – 00513. (2024). Retrieved 5 September 2024, from https://emergency.cdc.gov/han/2024/han00513.asp

Mpox: background information. (n.d.). Retrieved 5 September 2024, from https://www.gov.uk/guidance/monkeypox

How It Spreads. (2024). Retrieved 5 September 2024, from https://www.cdc.gov/poxvirus/mpox/if-sick/transmission.html

Mpox and children. (n.d.). Retrieved from https://www.unicef.org/stories/mpox-and-children

Versi Terbaru

18/10/2024

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Aisya Fikritama, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Ketahui Manfaat dan Jadwal Pemberian Vaksin Cacar Air

Impetigo pada Bayi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Aisya Fikritama, Sp.A

Kesehatan anak · RS UNS Solo


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 18/10/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan