Tubuh anak berkeringat merupakan hal yang wajar jika ia bergerak secara aktif, misalnya setelah berlari-lari, berjalan jauh, atau berolahraga. Tubuh anak juga akan berkeringat lebih banyak apabila suhu sekitarnya panas. Namun, bagaimana jika anak berkeringat saat tidur?
Tubuh anak dapat berkeringat saat tidur apabila kondisi lingkungannya panas atau pengap. Meski begitu, berkeringat berlebih saat tidur juga dapat menjadi sebuah gejala dari penyakit, sehingga harus diwaspadai.
Penyebab anak berkeringat saat tidur yang tidak normal
Anak bisa sering berkeringat saat tidur, termasuk di bagian kepala, karena beberapa alasan yang berbeda. Ini termasuk sebagai suatu gejala dari penyakit tertentu yang perlu diwaspadai.
Berikut beberapa penyakit yang bisa menyebabkan berkeringat berlebih saat tidur pada anak.
1. Infeksi
Tanda dari infeksi pada anak adalah gejala demam, yaitu peningkatan suhu tubuh di atas 37,5º Celsius.
Akibat infeksi, anak juga bisa mengalami gejala lain sesuai sistem organ yang terkena, seperti batuk, pilek, muntah, atau diare.
Saat terjadi demam, tubuh akan meningkatkan aktivitas kelenjar keringat untuk membantu menurunkan suhu tubuh, sehingga terjadi berkeringat pada tubuh anak.
Pada kondisi ini, pastikan anak minum air putih dengan rutin dan dapat diberikan obat penurun demam seperti parasetamol.
2. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih sangat sering terjadi di Indonesia.
Penularan TB pada anak dapat terjadi melalui droplet yang mengandung kuman TB dari orang dewasa penderita TB yang berada di lingkungan dekat dengan anak, seperti rumah.
Orang dewasa penderita TB biasanya mengalami batuk lama lebih dari 3 minggu. Namun pada anak, gejala yang terjadi biasanya tidak spesifik seperti demam, penurunan berat badan atau peningkatan berat badan inadekuat, serta berkeringat di malam hari.
Oleh karena itu, waspadai anak terkena infeksi TB apabila ada orang dewasa di sekitar anak yang mengalami batuk lama dan anak mengalami gejala seperti di atas.
3. Penyakit jantung bawaan (PJB)
PJB merupakan kelainan bawaan lahir tersering dan menjadi penyebab kematian bayi yang utama di seluruh dunia dengan tingkat kejadian antara 4 hingga 50 kasus tiap 1.000 kelahiran hidup.
PJB terbagi menjadi dua jenis, yaitu sianotik dan asianotik, dengan gejala yang bervariasi tergantung tingkat keparahan kelainannya.
Gejala yang dapat terjadi antara lain kebiruan pada kulit, bibir, atau kuku (sianosis), sesak napas, gagal tumbuh, dan kelelahan yang menyertai minum susu (minum terputus-putus) disertai keringat berlebih.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in cardiovascular medicine menunjukkan bahwa keringat yang berlebih merupakan gejala yang sering dikeluhkan pada pasien dengan PJB.
Ini termasuk pada pasien asianotik (bising jantung 93,5% dan berkeringat 80,6%) maupun sianotik (berkeringat 95,3%, biru 84,4%, gagal tumbuh 81,3%).
4. Hiperhidrosis primer
Hiperhidrosis merupakan kondisi berlebihnya aktivitas kelenjar keringat pada anak, sehingga anak dapat berkeringat berlebih, termasuk saat tidur.
Keringat ini biasanya muncul pada ketiak, telapak tangan, atau telapak kaki, walaupun tidak beraktivitas berat atau di tempat yang panas.
Kondisi ini biasanya timbul pada usia remaja dan menyebabkan perasaan malu, cemas, dan rendahnya kepercayaan diri sehingga memengaruhi aktivitas sosial sehari-hari.
Berbeda dengan penyebab lainnya, penyakit ini tidak menimbulkan gejala sistemik lain pada anak, seperti penurunan berat badan, demam, atau batuk. Umumnya, penyakit ini dikaitkan dengan riwayat pada keluarga.
Untuk mengatasinya, dokter dapat memberikan terapi berupa antiperspiran topikal, antikolinergik oral, injeksi toksin botulinum, hingga tindakan bedah. Hal ini harus dikonsultasikan dengan dokter spesialis.
5. Night terror atau teror tidur
Teror tidur merupakan kondisi di mana anak secara tiba-tiba terbangun dari tidur disertai perilaku yang menunjukkan anak sangat ketakutan, seperti berteriak, menangis, atau gelisah.
Hal ini sering disertai gejala yang terkait dengan saraf otonom, seperti berkeringat, berdebar, dan wajah bersemu merah. Anak pun biasanya sulit ditenangkan dan lupa dengan mimpi yang baru dialami.
Teror tidur merupakan salah satu jenis gangguan perilaku tidur yang umum terjadi pada anak atau parasomnia.
Untuk mengatasinya, dokter akan bekerja sama dengan orangtua untuk menciptakan rutinitas tidur dan jadwal bangun dari tidur anak yang konsisten.