backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Si Kecil Terlalu Cepat Akrab dengan Orang Asing, Wajarkah?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 07/02/2023

Si Kecil Terlalu Cepat Akrab dengan Orang Asing, Wajarkah?

Pernahkah Anda melihat anak yang mudah akrab dengan orang lain, bahkan yang belum dikenalnya? Kondisi ini disebut sebagai disinhibited social engagement disorder (DSED) atau mudah akrab dengan orang asing secara tidak wajar.

Mungkin anak terlihat lucu karena menandakan bahwa ia termasuk orang yang cepat bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar. Namun, Anda sebaiknya berhati-hati bila si Kecil mudah akrab dengan orang yang tak dikenal, bahkan sampai tak segan diajak menjauh dari jangkauan Anda. 

Apa itu disinhibited social engagement disorder?

anak mudah akrab

Disinhibited social engagement disorder (DSED) adalah sejenis gangguan mental ketika tidak terjalin ikatan emosional atau hubungan yang tidak sehat antara anak dengan keluarga terdekat, seperti orangtua. 

Ketika seseorang dengan kelainan DSED didekati oleh orang yang tidak dikenal, ia akan merasa mendapatkan dukungan secara emosional.

Anak dengan kelainan disinhibited social engagement disorder juga cenderung lebih mudah mendekati orang asing saat ia terjatuh untuk meminta pertolongan daripada dengan pengasuh atau kedua orangtuanya.

Perlukah waspada bila anak mudah akrab dengan orang lain?

Anak yang terlihat mudah bergaul dan mudah dekat dengan orang lain sering kali terlihat lucu dan menggemaskan.

Meski begitu, hati-hati, sikap ramah anak yang terlalu berlebihan terhadap orang asing dapat menandakan adanya kelainan psikologis pada anak.

Bila diperhatikan, anak-anak biasanya merasa takut saat berdekatan dengan orang yang tidak dikenal.

Hal ini cenderung wajar dilakukan sebagai upaya melindungi diri dari berbagai ancaman yang membuat si Kecil merasa tidak nyaman.

Namun, tidak sedikit pula anak-anak yang mudah berinteraksi dengan orang asing yang baru dikenalnya. Bahkan, karena terlalu ramah, mereka tidak takut untuk mendekat dan bermain bersama.

Bila para orangtua tidak waspada, hal ini dapat membuka celah kejahatan yang mengancam si kecil.

Sebagai contohnya, anak Anda akan diajak untuk bermain terlebih dahulu, lalu lama kelamaan si Kecil akan mudah diajak untuk masuk ke mobil dan berakhir pada kasus penculikan anak.

Apa penyebab disinhibited social engagement disorder?

disinhibited social engagement disorder adalah

Kelainan disinhibited social engagement disorder umumnya dialami oleh anak-anak, terutama pada anak yang mengalami trauma di masa lalu.

Trauma tersebut bisa terjadi akibat anak merasa kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.

Beberapa hal yang bisa menimbulkan trauma pada anak yakni sebagai berikut.

  • Anak menangis tetapi tidak ada orang yang datang untuk menenangkannya.
  • Anak lapar atau merasa popoknya sudah penuh, tetapi harus menunggu hingga beberapa jum untuk mendapat apa yang ia butuhkan.
  • Tidak ada orang yang mengajak anak berinteraksi seperti berbicara, tersenyum, atau sekedar melihat, sehinga anak merasa kesepian.
  • Anak hanya mendapat perhatian saat merajuk atau melakukan kenakalan.
  • Anak mengalami perlakuan buruk, seperti disiksa atau diperlakukan secara kasar.
  • Kebutuhan anak tidak bisa terpenuhi secara pasti.
  • Anak harus dirawat di rumah sakit dan terpisah dari orangtua.
  • Anak harus diasuh atau dirawat oleh orang lain.
  • Orangtua anak tidak memiliki kondisi mental yang stabil, misalnya akibat depresi, penyakit atau penyalah gunaan obat-obatan.

Oleh karena itu, kondisi ini biasanya dialami oleh anak dari keluarga dengan kondisi yang kurang stabil atau anak yang harus tinggal di panti asuhan.

Berdasarkan United Brain Association, sekitar 20% dari jumlah anak yang pernah mendapatkan kekerasan atau ditelantarkan cenderung mengalami disinhibited social engagement disorder.

Akibatnya, anak tidak merasa dekat dengan kedua orangtua dan menganggap orang lain sama seperti keluarganya sendiri.

Hal ini karena anak-anak cenderung lebih mudah terkecoh dan belum bisa membedakan antara orang baik dan orang yang jahat.

Para peneliti dalam jurnal Psychiatry Research mengungkapkan bahwa anak-anak cenderung menilai seseorang dari penampilannya.

Oleh karena itulah, anak-anak biasanya menilai orang baik dan orang jahat dengan melihat wajahnya.

Jika dari wajahnya saja terlihat menyeramkan dan membuatnya takut, anak akan merasa terancam dan kemudian bergerak menjauh.

Sayangnya, anak-anak yang mengalami kondisi DSED akan menganggap semua orang baik dan membuatnya merasa nyaman. Mereka tak lagi melakukan penilaian dari wajah dan penampilan orang asing.

Ketika orang asing memberikannya kenyamanan, maka anak-anak dengan kelainan DSED tidak akan berpikir dua kali untuk menunjukkan kasih sayang yang sama.

Selain kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua, disinhibited social engagement disorder juga dapat terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan lainnya, seperti keterlambatan kognitif dan bahasa hingga malnutrisi.

Membedakan sifat mudah akrab yang normal dan tidak normal

anak bermain

Mudah akrab dengan orang baru memang merupakan hal yang positif, asalkan dalam batas yang wajar.

Sebab bagaimanapun, Anda tetap perlu mengajarkan si Kecil untuk bersosialisasi dan bersikap ramah dengan orang lain.

Namun, jika si Kecil mengalami kelainan mudah akrab dengan orang asing, maka ia akan menunjukkan gejala seperti berikut ini.

  • Tidak merasa takut atau malu saat harus bertemu dengan orang yang tidak dikenal.
  • Merasa bahagia saat berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal.
  • Bersikap ramah, banyak bicara, dan menempel secara fisik dengan orang asing.
  • Pergi tanpa izin untuk menemui kenalan barunya. Biasanya, orang dengan DSED merasa tidak perlu untuk meminta izin untuk pergi keluar rumah.
  • Menunjukan afeksi atau kasih sayang kepada orang yang tidak dikenal secara tidak wajar, seperti memeluk atau mencium.

Apabila disinhibited social engagement disorder terjadi pada bayi, gejala yang mungkin timbul meliputi berikut ini.

  • Menghindari kontak mata.
  • Tidak tersenyum.
  • Tidak meminta untuk digendong.
  • Menolak untuk ditenangkan saat menangis atau marah.
  • Tidak peduli saat orangtua pergi dan tidak ada di sekitarnya.
  • Menangis terus-menerus dan tidak bisa ditenangkan.
  • Sangat jarang berbicara atau mengeluarkan suara.
  • Mata tidak menatap Anda saat berinteraksi.
  • Tidak tertarik bermain permainan yang harus dilakukan bersama dengan orang lain.

Jika anak menunjukkan perilaku tersebut selama lebih dari 12 bulan, ia mungkin memang mengalami kelainan DSED dan hal ini dapat terbawa sampai ia remaja.

Bagaimana cara mengatasi disinhibited social engagement disorder?

orangtua dengan anak

Kelainan disinhibited social engagement disorder tidak dapat membaik dengan sendirinya. Sebaliknya, kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi serius pada kesehatan fisik dan mental anak jika tidak ditangani.

Ketika Anda menemukan tanda dan gejala kelainan DSED pada anak maupun orang-orang terdekat Anda, segera kunjungi psikolog atau terapis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Pengobatan akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Berikut penanganan yang mungkin dilakukan.

Terapi

Belum ada obat-obatan yang secara khusus bisa menangani gejala disinhibited social engagement disorder. Oleh karena itu, pengobatan umumnya dilakukan dengan melakukan terapi dan pembinaan pada anak.

Para psikolog atau terapis biasanya akan melakukan psikoterapeutik dengan melibatkan anak dan pengasuh atau orangtuanya.

Psikoterapeutik tersebut dapat berupa terapi bermain atau terapi seni di lingkungan yang nyaman untuk anak.

Tujuan terapi tersebut adalah untuk membantu memperkuat ikatan antara anak dengan orangtua atau pengasuhnya dan mengatasi trauma pada anak.

Perubahan pola asuh orangtua

Selain melakukan terapi, Anda juga bisa membantu meredakan gejala DSED pada anak dengan melakukan perubahan pola asuh anak di rumah.

Hal ini bertujuan untuk membantu anak merasa lebih aman bersama dengan orangtua. Di antaranya sebagai berikut.

1. Tetapkan batasan untuk anak dengan orang lain

Beri tahu pada anak apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan orang lain yang tidak ia kenal.

Anak-anak umumnya belum memahami konsep batasan dengan orang lain, sehingga penting bagi Anda untuk membantu menetapkan batasan-batasan tersebut.

2. Berlaku tegas tetapi tetap tenang

Perilaku buruk pada anak umumnya disebabkan karena anak tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi perasaan yang dialami, sehingga mereka membutuhkan bantuan Anda.

Oleh karena itu, Anda harus tetap tenang dan coba mengerti perasaan anak. Beri penjelasan pada anak bahwa perasaan yang sedang ia rasakan bisa diatasi.

3. Segera berdamai dengan anak setelah terjadi konflik

Pertengkaran bisa terasa sangat mengganggu bagi anak, terutama anak dengan disinhibited social engagement disorder.

Jika terjadi pertengakaran atau anak tantrum, sebaiknya segera cari cara untuk berdamai dengan anak.

Hal ini bisa meningkatkan konsistensi dan rasa cinta antara orangtua dan anak. Dengan begitu, anak bisa lebih mudah percaya kepada orangtua di masa-masa sulit.

4. Mengakui kesalahan dan melakukan perbaikan

Saat Anda pada akhirnya marah pada anak atau melakukan kesalahan pada anak, segera akui kesalahan Anda dan minta maaf pada anak.

Rasa tanggung jawab dan permintaan maaf yang Anda tunjukan pada anak bisa menguatkan ikatan emosional dengan anak.

Ini karena anak dengan disinhibited social engagement disorder perlu memahami bahwa mereka tidak sempurna dan akan terus dicintai meski melakukan kesalahan.

5. Membuat rutinitas dan jadwal

Anak yang memiliki rutinitas tidak akan bergantung dengan orang lain. Dengan demikian, si Kecil diharapkan mulai mengurangi kebiasaan mudah akrab dengan orang yang tidak dikenal.

Kesimpulan

Disinhibited social engagement disorder (DSED) pada anak bisa membuat anak terlalu mudah bergaul hingga bahkan bergantung dengan orang lain yang tidak dikenali. Hal ini tentunya bisa berbahaya bagi anak karena membuatnya rentan terhadap kejahatan yang mungkin terjadi pada anak, misalnya penculikan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 07/02/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan