Pernahkah Anda melihat anak yang mudah akrab dengan orang lain, bahkan yang belum dikenalnya? Kondisi ini disebut sebagai disinhibited social engagement disorder (DSED) atau mudah akrab dengan orang asing secara tidak wajar.
Mungkin anak terlihat lucu karena menandakan bahwa ia termasuk orang yang cepat bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar. Namun, Anda sebaiknya berhati-hati bila si Kecil mudah akrab dengan orang yang tak dikenal, bahkan sampai tak segan diajak menjauh dari jangkauan Anda.
Apa itu disinhibited social engagement disorder?
Disinhibited social engagement disorder (DSED) adalah sejenis gangguan mental ketika tidak terjalin ikatan emosional atau hubungan yang tidak sehat antara anak dengan keluarga terdekat, seperti orangtua.
Ketika seseorang dengan kelainan DSED didekati oleh orang yang tidak dikenal, ia akan merasa mendapatkan dukungan secara emosional.
Anak dengan kelainan disinhibited social engagement disorder juga cenderung lebih mudah mendekati orang asing saat ia terjatuh untuk meminta pertolongan daripada dengan pengasuh atau kedua orangtuanya.
Perlukah waspada bila anak mudah akrab dengan orang lain?
Anak yang terlihat mudah bergaul dan mudah dekat dengan orang lain sering kali terlihat lucu dan menggemaskan.
Meski begitu, hati-hati, sikap ramah anak yang terlalu berlebihan terhadap orang asing dapat menandakan adanya kelainan psikologis pada anak.
Bila diperhatikan, anak-anak biasanya merasa takut saat berdekatan dengan orang yang tidak dikenal.
Hal ini cenderung wajar dilakukan sebagai upaya melindungi diri dari berbagai ancaman yang membuat si Kecil merasa tidak nyaman.
Namun, tidak sedikit pula anak-anak yang mudah berinteraksi dengan orang asing yang baru dikenalnya. Bahkan, karena terlalu ramah, mereka tidak takut untuk mendekat dan bermain bersama.
Bila para orangtua tidak waspada, hal ini dapat membuka celah kejahatan yang mengancam si kecil.
Sebagai contohnya, anak Anda akan diajak untuk bermain terlebih dahulu, lalu lama kelamaan si Kecil akan mudah diajak untuk masuk ke mobil dan berakhir pada kasus penculikan anak.
Apa penyebab disinhibited social engagement disorder?
Kelainan disinhibited social engagement disorder umumnya dialami oleh anak-anak, terutama pada anak yang mengalami trauma di masa lalu.
Trauma tersebut bisa terjadi akibat anak merasa kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.
Beberapa hal yang bisa menimbulkan trauma pada anak yakni sebagai berikut.
- Anak menangis tetapi tidak ada orang yang datang untuk menenangkannya.
- Anak lapar atau merasa popoknya sudah penuh, tetapi harus menunggu hingga beberapa jum untuk mendapat apa yang ia butuhkan.
- Tidak ada orang yang mengajak anak berinteraksi seperti berbicara, tersenyum, atau sekedar melihat, sehinga anak merasa kesepian.
- Anak hanya mendapat perhatian saat merajuk atau melakukan kenakalan.
- Anak mengalami perlakuan buruk, seperti disiksa atau diperlakukan secara kasar.
- Kebutuhan anak tidak bisa terpenuhi secara pasti.
- Anak harus dirawat di rumah sakit dan terpisah dari orangtua.
- Anak harus diasuh atau dirawat oleh orang lain.
- Orangtua anak tidak memiliki kondisi mental yang stabil, misalnya akibat depresi, penyakit atau penyalah gunaan obat-obatan.
Oleh karena itu, kondisi ini biasanya dialami oleh anak dari keluarga dengan kondisi yang kurang stabil atau anak yang harus tinggal di panti asuhan.
Berdasarkan United Brain Association, sekitar 20% dari jumlah anak yang pernah mendapatkan kekerasan atau ditelantarkan cenderung mengalami disinhibited social engagement disorder.
Akibatnya, anak tidak merasa dekat dengan kedua orangtua dan menganggap orang lain sama seperti keluarganya sendiri.
Hal ini karena anak-anak cenderung lebih mudah terkecoh dan belum bisa membedakan antara orang baik dan orang yang jahat.
Para peneliti dalam jurnal Psychiatry Research mengungkapkan bahwa anak-anak cenderung menilai seseorang dari penampilannya.
Oleh karena itulah, anak-anak biasanya menilai orang baik dan orang jahat dengan melihat wajahnya.
Jika dari wajahnya saja terlihat menyeramkan dan membuatnya takut, anak akan merasa terancam dan kemudian bergerak menjauh.
Sayangnya, anak-anak yang mengalami kondisi DSED akan menganggap semua orang baik dan membuatnya merasa nyaman. Mereka tak lagi melakukan penilaian dari wajah dan penampilan orang asing.
Ketika orang asing memberikannya kenyamanan, maka anak-anak dengan kelainan DSED tidak akan berpikir dua kali untuk menunjukkan kasih sayang yang sama.
Selain kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua, disinhibited social engagement disorder juga dapat terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan lainnya, seperti keterlambatan kognitif dan bahasa hingga malnutrisi.