Jika Anda pernah menemui seseorang yang sangat cerdas dan berbakat tetapi pemalu dan sangat sulit berinteraksi dengan orang lain, bisa jadi ia mengidap sindrom Asperger. Sudahkah Anda tahu apa itu sindrom Asperger? Berikut ulasannya.
Apa itu sindrom Asperger?
Sindrom Asperger atau Asperger syndrome adalah gangguan perkembangan yang membuat pengidapnya kesulitan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Asperger syndrome merupakan salah satu jenis gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD).
Kebanyakan pengidap Asperger syndrome adalah anak laki-laki.
Melansir dari Nationwide Children’s, hal tersebut dikarenakan anak laki-laki memiliki risiko empat kali lebih besar untuk mengalami sindrom ini ketimbang anak perempuan.
Umumnya, penyakit Asperger mulai didiagnosis sejak usia 5—9 tahun. Namun, ada juga anak yang dinyatakan mengalami gangguan ini saat di perkembangan usia 3 tahun.
Sindrom Asperger pertama kali ditemukan oleh Hans Asperger pada 1941.
Setelah itu, pada tahun 1981, sindrom tersebut resmi menjadi diagnosis medis yang berada dalam golongan gangguan spektrum autisme.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Apa bedanya sindrom Asperger dan autisme?
Asperger syndrome memang termasuk salah satu spektrum autisme. Akan tetapi, Asperger syndrome berbeda dengan autisme (autis).
Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh pengidap sindrom Asperger dan autisme sangat mirip, tetapi Asperger dianggap sebagai bentuk autisme ringan.
Berbeda dengan autisme, anak dengan sindrom Asperger tidak memiliki kesulitan dalam belajar, berbahasa, maupun memproses informasi.
Sebaliknya, anak yang mengalami Asperger syndrome biasanya justru menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata.
Selain itu, ia cepat menguasai bahasa dan kosakata baru serta mampu menghafal berbagai hal dengan detail.
Tak seperti kebanyakan anak dengan autisme, anak yang mengidap Asperger syndrome umumnya bisa menjalani fungsi dan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun membutuhkan penyesuaian tertentu.
Meski ciri-ciri anak sindrom Asperger sudah bisa dideteksi sejak usia 3 tahun, beberapa anak juga bisa menunjukkan gejala saat memasuki usia sekolah, remaja, bahkan dewasa.
Anak yang mengidap sindrom Asperger biasanya mengalami gangguan perkembangan mental. Hal ini mengakibatkan persepsi dan pola pikir yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Apa saja gejala sindrom Asperger?
Dokter dapat menyatakan seorang anak mengalami sindrom Asperger atau tidak setelah melakukan serangkaian tes tertentu.
Namun, anak yang mengidap penyakit atau sindrom Asperger umumnya menunjukkan ciri-ciri berikut ini.
1. Kesulitan berkomunikasi walaupun kemampuan bahasa baik
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak dengan Asperger syndrome biasanya terlihat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Meskipun kemampuan berbahasa anak pengidap penyakit Asperger sangat baik, ia biasanya mengartikan segala hal secara harfiah atau makna sesungguhnya.
Hal yang menjadi masalah adalah saat berkomunikasi. Ini karena anak dengan sindrom ini kesulitan dalam mengartikan serta mengekspresikan hal-hal yang sifatnya abstrak atau bermakna ganda.
Bahkan, anak yang mengidap Asperger syndrome juga cenderung memotong pembicaraan orang lain yang ia anggap berputar-putar atau bertele-tele.
Ia sendiri biasanya akan berbicara secara lugas dan jujur, bahkan kadang terlalu jujur bagi orang-orang yang tidak memahami kondisinya.
Oleh karena itu, sering kali mereka dicap sebagai orang yang tidak peka.
Ekspresi wajah anak dengan Asperger syndrome pun tetap datar meskipun mereka sebenarnya ingin mengungkapkan emosi seperti kesedihan, kegembiraan, atau rasa marah.
Jadi, cukup sulit untuk mengerti perasaan atau memahami maksud pembicaraan anak dengan sindrom Asperger.
2. Gangguan interaksi sosial
Selain masalah dalam berkomunikasi, ciri-ciri anak penderita Asperger syndrome lainnya adalah bermasalah dalam interaksi sosial.
Ini karena anak kerap merasa berbeda dari orang lain dan kesulitan memahami atau dipahami oleh lawan bicaranya.
Hal ini tak jarang membuat anak cenderung menarik diri dari pergaulan.
Jika anak masih berusia sangat kecil, ia mungkin kerap mendapat teguran karena berlaku tidak sopan. Padahal, ia sama sekali tidak bermaksud menyinggung orang lain.
Anak yang mengalami Asperger syndrome hanya kesulitan untuk memahami norma sosial yang biasanya tidak bisa dijelaskan dengan nalar.
Akibatnya, anak yang mengidap sindrom ini susah membangun hubungan yang dekat dengan teman-teman sebayanya, meskipun bukan berarti mustahil.
Kadang orang lain merasa tidak sabar atau tersinggung dengan kejujuran dan cara pikir anak dengan penyakit Asperger yang terlalu ilmiah atau logis.