backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Autisme Ringan pada Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 4 hari lalu

Autisme Ringan pada Anak

Autisme pada anak tidak jarang menjadi momok tersendiri bagi para orangtua. Ini karena autisme bia memengaruhi kemampuan anak, bahkan dapat berdampak hingga ia dewasa. Namun, perlu diketahui bahwa autisme sendiri bisa dikelompokan tergantung dari gejala yang dialami, dari yang ringan hingga berat. Agar lebih jelas, ketahui selengkapnya tentang autisme ringan pada anak di bawah ini.

Apa itu autisme ringan?

mitos pada anak autisme

Autisme ringan (mild autism) adalah kondisi yang termasuk ke dalam kategori autisme spectrum disorders (ASD).

Ini karena istilah autisme ringan sebenarnya sudah tidak ada secara medis.

Sejak tahun 2015, semua jenis autisme yang sebelumnya berbeda-beda sudah dikelompokkan ke dalam satu kategori tersebut, termasuk autisme ringan.

Dalam kategori tersebut, seseorang dengan gejala autisme ringan masuk ke dalam kelompok level 1 autisme.

Umumnya, gejala autisme muncul pada usia balita. Namun, untuk autisme dengan gejala yang ringan, kondisi ini mungkin belum disadari hingga usia anak sudah lebih tua.

Meski begitu, penting untuk mengingat bahwa gejala menyerupai autisme yang muncul pertama kali setelah anak berusia 3 tahun tindak langsung menjamin anak menderita autisme.

Autisme biasanya lebih lambat diketahui pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki. Ini karena anak perempuan cenderung lebih mampu menutupi gejala yang dialami.

Penderita autisme level 1 akan mendapat penanganan dan perawatan yang seseuai dengan kelompok dalam kategori ASD.

Walaupun disebut sebagai kondisi yang ringan, autisme jenis ini tetap bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang, komunikasi, dan sensorik pada anak.

Tanda dan gejala autisme ringan

Ada gejala umum yang biasanya akan dialami oleh penderita autisme, termasuk anak-anak, meski dapat berbeda-beda tingkat keparahannya.

Pada umumnya, ciri-ciri anak dengan autis ringan meliputi berikut ini. 

1. Masalah hubungan sosial

Anak dengan penyakit autisme umumnya akan mengalami kesulitan untuk melakukan interaksi sosial dengan orang lain, misalnya bermain dengan teman sebayanya.

2. Sulit berkomunikasi

Sulit berkomunikasi pada penderita autis dapat meliputi kesulitan memulai atau melakukan pembicaraan dengan orang lain.

Penderita juga biasanya tidak mampu memahami bahas tubuh lawan bicara serta tidak dapat juga menggunakan bahasa tubuhnya sendiri.

Kesulitan lainnya juga mungkin dialami seperti melakukan kontak mata atau membaca raut wajah orang lain.

3. Gangguan sensorik

Gejala ini dapat membuat kemampuan sensorik (termasuk, kemampuan mendengar, mencium, mengecap, atau meraba) dari anak dengan autis terlalu sensitif atau malah tidak dapat berfungsi sama sekali.

4. Perilaku berulang atau obsesif

Anak autis umumnya bisa sangat fokus atau tertarik dengan kegiatan atau topik tertentu.

Sebagai contoh, banyak anak autis yang sangat tertarik dengan kereta. Rasa tertarik tersebut biasanya akan disertai dengan keinginan untuk mencari tahu segala sesuatu tentang kereta.

Anak mungkin juga akan memiliki kebiasaan tertetu yang suka dilakukan berulang-ulang kali.

Meski kebanyakan anak dengan autisme ringan mungkin akan mengalami gejala di atas, beberapa anak mungkin akan mengalami gejala tertentu yang lebih parah dari anak autis lainnya.

Misalnya, anak mungkin akan memiliki gangguan sensorik yang ringan, tetapi kesulitan yang lebih besar saat harus berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain.

Kapan harus ke dokter

Jika anak Anda menunjukan gangguan tubuh kembang yang cukup mengkhawatirkan atau jika Anda curiga anak Anda mengalami autisme, sebaiknya lakukan konsultasi ke dokter. Autisme pada anak biasanya akan menimbulkan gangguan tumbuh kembang, seperti lambat berbicara dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

Penyebab autisme ringan

cara mengatasi menangani anak autis

Penyebab autisme pada anak umumnya sulit dipastikan. Namun, diduga ada faktor-faktor yang bisa memicu autisme ringan pada anak, yaitu sebagai berikut.

1. Faktor genetik

Pada beberapa anak, autisme dapat disertai kelainan genetik, seperti sindrom Rett atau sindrom fragile X.

Sementara pada anak lainnya, perubahan atau mutasi genetik bisa meningkatkan risiko autisme.

Namun, ada juga jenis gen lain yang mungkin memengaruhi perkembangan otak atau cara sel otak terhubung satu sama lain.

2. Faktor lingkungan

Dilansir dari Mayo Clinic, para peneliti sedang mencari tahu adanya faktor lingkungan yang bisa memicu autisme, seperti infeksi virus, penggunaan obat-obatan, komplikasi kehamilan, atau polusi udara.

Diagnosis autisme ringan

Autisme spectrum disorders (ASD) merupakan suatu kondisi yang rumit dan cukup sulit dideteksi, termasuk autis ringan.

Autisme ringan pada anak baru bisa didiagnosis jika anak terbukti memiliki gejala yang telah disebutkan di atas.

Cara mendeteksi gejala tersebut juga harus sesuai dengan panduan terbaru untuk mendiagnosis autisme dari American Psychiatric Association, yang disebut dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Pengobatan autisme ringan

Pengobatan autisme ringan biasanya akan bergantung dari usia penderita. Oleh karena itu, autisme pada anak membutuhkan penanganan yang berbeda dari autisme pada orang dewasa.

Untuk mengatasi kasus autisme level 1 pada anak, dukungan yang tepat bisa membantu anak tumbuh kembang dengan lebih baik.

Anak dengan autisme biasanya perlu memiliki kebiasaaan atau rutinitas yang sangat teratur.

Pendidikan anak juga harus direncanakan dengan baik. Ini karena anak mungkin memerlukan pelatihan khusus untuk mengatasi gangguan kemampuan yang dialami.

Sama seperti jenis autisme lainnya, pengobatan terbaik untuk autisme ringan biasanya berupa terapi yang dapat meliputi berikut ini.

  • Terapi perilaku, dengan menggunakan hadiah untuk mengajarkan perilaku yang baik pada anak.
  • Terapi bermain, dengan melakukan permainan yang bisa membangun kemampuan emosional dan komunikasi anak.
  • Terapi wicara, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan memahami bahasa tubuh.
  • Terapi okupasi, untuk melatih kemampuan sensorik.
  • Terapi fisik, dengan melatih kekuatan otot untuk meningkatkan kemampuan fisik.
  • Konseling, untuk mengatasi kondisi mental tertentu yang mungkin dimiliki, seperti gangguan tidur, gangguan kecemasan, depresi, gangguan obsesif kompulsif, dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Langkah pengobatan yang tepat juga bisa membantu anak untuk bisa hidup mandiri saat ia beranjak dewasa.

Catatan

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 4 hari lalu

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan