backup og meta

6 Panduan Membesarkan Anak Berkebutuhan Khusus

6 Panduan Membesarkan Anak Berkebutuhan Khusus

Membesarkan anak berkebutuhan khusus bukan hal yang mudah bagi orangtua. Pasalnya, orangtua harus lebih mengerti, memahami, dan sabar setiap hal yang anak lakukan. Agar memudahkan, berikut panduan membesarkan anak berkebutuhan khusus untuk orangtua.

Apa itu anak berkebutuhan khusus?

Anak-anak dengan keterbatasan fisik, psikis, atau akademik sering disebut anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebenarnya, apa itu ABK?

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak nomor 10 tahun 2013 menjelaskan tentang kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus atau ABK adalah anak yang memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan dari sisi fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional. 

Keterbatasan ini berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak daripada anak lain seusianya.

Kebutuhan khusus ini memengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi dalam lingkungan sosial dan akademis yang normal tanpa dukungan tambahan.

Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

tunadaksa

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) membagi ABK menjadi 12 jenis, yang terdiri dari berikut ini. 

  • Disabilitas penglihatan (tunanetra): mengalami kebutaan total atau sebagian.
  • Gangguan pendengaran (tunarungu): sulit mendengar dan biasanya memiliki hambatan bicara dan berbahasa.
  • Disabilitas intelektual (tunagrahita): ketidakmampuan adaptasi perilaku dan kemampuan berpikir kurang dari rata-rata anak usianya.
  • Anak disabilitas fisik (tunadaksa): gangguan gerak karena kelumpuhan, anggota tubuh tidak lengkap, kelainan bentuk dan fungsi tubuh.
  • Anak disabilitas sosial (tunalaras): memiliki masalah dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
  • ADHD: gangguan pengendalian diri, masalah perhatian, hiperaktif, kesulitan berpikir, dan mengendalikan emosi.
  • Autisme: gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan pola perilaku.
  • Gangguan ganda: anak yang memiliki dua atau lebih gangguan, misalnya penglihatan dan kelumpuhan.
  • Anak lamban belajar: anak yang butuh waktu lama untuk menyelesaikan tugas tetapi belum termasuk gangguan mental.
  • Gangguan belajar spesifik: terhambat dalam bicara, mendengar, berpikir, bicara, menulis, dan menghitung.
  • Anak gangguan komunikasi (tunawicara): memiliki hambatan mengenal suara, intonasi, dan irama, serta kelancaran bicara karena faktor fisik, psikologis, dan lingkungan. 
  • Anak bakat istimewa: memiliki nilai intelegensi tinggi atau unggul dalam bidang tertentu, misalnya seni, olahraga, atau seni.

Membesarkan ABK memang tidak mudah dan perlu kesabaran. Anak dengan kondisi ini tetap memiliki hak yang sama untuk berkreasi dan sosialisasi.

Panduan membesarkan anak berkebutuhan khusus

anak berkebutuhan khsusus

Membesarkan anak berkebutuhan khusus mungkin menjadi suatu tantangan bagi orangtua. Namun sebagai orangtua, Anda bisa menerapkan langkah-langkah berikut ini.

1. Ketahui masalah yang anak miliki

Dalam membesarkan anak berkebutuhan khusus, orangtua perlu memahami masalah yang si Kecil miliki.

Bila mengetahui dengan pasti kesulitan yang anak miliki, orangtua akan lebih mudah dalam memahami dan membimbingnya.

Mungkin lebih mudah mengenali bila anak memiliki kekurangan secara fisik karena bisa terlihat. Namun, agak sulit bila anak memiliki kekurangan non-fisik.

Mengutip dari Learning Disabilities Association of America (LDA), orangtua dengan anak gangguan belajar kadang kesulitan mengetahui apakah buah hatinya normal atau tidak.

Ambil contoh, sebagian orang masih kesulitan membedakan anak yang sangat aktif atau anak dengan ADHD. Contoh lainnya adalah membedakan ADHD dengan autisme.

Untuk mengetahui kondisi spesifik ABK, orangtua bisa berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar mendapat penanganan yang tepat.

2. Perlakukan anak sama seperti anak lainnya

Saat membesarkan anak berkebutuhan khusus, orangtua perlu memperlakukannya sama seperti yang lain.

Namun, bukan berarti saat anak memiliki kekurangan fisik dengan kelumpuhan, lalu mengajaknya berlari.

Memperlakukan sama maksudnya tetap memberi kasih sayang, kesempatan untuk berkembang, dan bersosialisasi dengan anak lain. 

Secara perlahan, orangtua bisa mendampingi anak untuk bermain dengan teman-temannya. Terkadang orangtua lain ragu untuk membolehkan anaknya bermain dengan ABK. 

Anda bisa memberi pemahaman kepada sesama orangtua bahwa anak berkebutuhan khusus bulan penyakit dan tidak menular. 

3. Ajari anak untuk mengerti apa yang orangtua bicarakan

Sebagian besar anak dengan berkebutuhan khusus jenis gangguan belajar memiliki kesulitan dalam belajar bahasa.

Artinya, mereka memiliki kesulitan mengartikan bahasa, mendengarkan, dan mengikuti petunjuk. 

Oleh sebab itu, sebaiknya dalam membesarkan anak ABK, orangtua membatasi jumlah kata saat bicara atau memberi petunjuk pada anak. Biasakan untuk menggunakan kalimat yang sederhana. 

Ambil contoh, saat ibu ingin menjelaskan makanan yang anak makan, “Adik lagi makan ayam. Ayamnya besar, ya” sambil menatap anak saat bicara. 

Jika orangtua ingin melatih anak untuk melakukan sesuatu, bisa mengatakan “Tolong, ambil minum ya,” dengan menunjuk area pengambilan air.

Hindari menggunakan kata yang panjang dan kompleks. Ini menyulitkan anak untuk mengerti apa yang orangtua bicarakan. 

4. Buat jadwal yang teratur

Anak berkebutuhan khusus sulit untuk membedakan waktu dan tempat. Mereka juga suka membuat ruangan berantakan. 

Sebaiknya batasi pemberian mainan, misalnya dua atau tiga jenis mainan saat sedang makan. Hal ini membantu anak untuk membuat pilihan. 

Kalau Anda melihat anak sudah mampu mengambil keputusan, libatkan anak dalam rutinitas sehari-hari dan dalam merencanakan sesuatu. 

Ini dapat membantu anak dengan gangguan tumbuh kembang ini belajar manajemen waktu, merasa dirinya berguna, dan lebih aktif.

5. Ajari anak untuk bersosialisasi

Saat Anda membesarkan anak berkebutuhan khusus, perhatikan aspek sosial si Kecil. Biasanya, anak disabilitas tidak suka atau tidak bisa bermain dengan teman sebayanya.

Mereka tidak bisa membaca ekspresi wajah, gerak tubuh, maupun nada bicara. Maka dari itu, orangtua perlu mengajarkan anak bersosialisasi dengan orang sekitar.

Bisa ibu dan ayah mulai dari orang terdekat, misalnya kakek, nenek, om, tante, sepupu, atau tetangga. 

Orangtua bisa memulainya dengan mengajarkan anak apa yang tepat dan tidak tepat untuk ia katakan. Selain itu, ajarkan membaca ekspresi wajah dan gerak tubuh.

Ambil contoh, ekspresi saat temannya menangis karena sedih atau tertawa karena senang.

6. Tumbuhkan rasa percaya diri anak

Anak berkebutuhan khusus sering merasa dirinya paling buruk dan akhirnya mereka tidak percaya diri.

Orangtua perlu memberikan pujian dan komentar yang positif kepada anak mulai dari hal terkecil yang bisa anak lakukan. 

Ambil contoh, saat anak bisa menyimpan mainan pada tempatnya, ucapkan terima kasih sambil tersenyum.

“Terima kasih sudah simpan mainan, ya” tetap gunakan kalimat yang mudah dan tidak terlalu panjang.

Ini akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu dan merasa dukungan orangtuanya. 

Membesarkan anak berkebutuhan khusus memang tidak mudah, Anda perlu kesabaran dalam mendampingi si Kecil.

Minta bantuan keluarga bila merasa kesulitan dan kelelahan saat mendampingi si Kecil. Bicarakan dengan dokter spesialis tumbuh kembang untuk mendapat penanganan yang tepat.

Kesimpulan

  • Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kebutuhan tambahan untuk dapat berkembang, baik dalam aspek pendidikan, kesehatan, atau dukungan sosial akibat kondisi fisik, mental, atau perkembangan tertentu.
  • Kondisi ini meliputi gangguan perkembangan seperti autisme, disabilitas fisik, gangguan belajar, atau gangguan mental.
  • Anak-anak dengan kebutuhan khusus memerlukan perhatian dan penyesuaian khusus dalam pendidikan serta dukungan yang lebih intensif dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu mereka berkembang dengan optimal.
  • Keterlibatan orangtua sangat penting dalam mendukung ABK mencapai potensi penuh mereka.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Panduan Penanganan ABK bagi Pendamping Orang Tua Keluarga dan Masyarakat. (n.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.kemenpppa.go.id/page/view/MTE0Ng==

How to care for a disabled child. (N.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.nhs.uk/conditions/social-care-and-support-guide/caring-for-children-and-young-people/how-to-care-for-a-disabled-child/#feeding

Learning disabilities. (N.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.nhs.uk/conditions/learning-disabilities/

Parenting Children with Learning Disabilities, ADHD, and Related Disorders. (n.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://ldaamerica.org/info/what-do-parents-of-children-with-learning-disabilities-adhd-and-related-disorders-deal-with/

Parenting Children with Special Needs. (n.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.bu.edu/wellness/social-well-being/parenting/parenting-children-with-special-needs/

Parent relationships: children with disability, autism or other additional needs. (2024). Retrieved 6 January 2025, from https://raisingchildren.net.au/disability/family-life/communicating-relationships/parent-relationships-additional-needs

Helping your child with disabilities thrive. (2023). Retrieved 6 January 2025, from https://www.unicef.org/rosa/stories/helping-your-child-disabilities-thrive

Parenting Tips for Parents with Children with Disabilities. (n.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.enableme.ke/en/article/parenting-tips-for-parents-with-children-with-disabilities-10466

Heiman, T. (2002). Parents of children with disabilities: resilience, coping, and future expectations. Journal of Developmental and Physical Disabilities14(2), 159–171. https://doi.org/10.1023/a:1015219514621

Welcome to The Family. (N.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://open.alberta.ca/dataset/d88516ac-26f0-43a4-a427-d7b0bd7946d9/resource/d99e1a54-f743-4692-8092-3cd35fa9bec5/download/welcome-to-the-family-guide.pdf

Caring for children with disabilities: Mini Parenting Master Class. (n.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.unicef.org/parenting/child-development/children-with-disabilities-class

How to Help a Child with a Learning Disability. (2024). Retrieved 6 January 2025, from https://www.helpguide.org/family/learning-disabilities/helping-children-with-learning-disabilities

Growing into Parenting Children with Disabilities. (N.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://faithlead.org/blog/growing-into-parenting-children-with-disabilities/

Rights and Responsibilities of Parents of Children with Disabilities. (n.d.) Retrieved 6 January 2025, from https://www.readingrockets.org/topics/learning-disabilities/articles/rights-and-responsibilities-parents-children-disabilities

Mwarfield. (2022). Navigating Daily Life – Parenting Children with Disabilities. Retrieved 6 January 2025, from https://www.navigatelifetexas.org/en/family-support/parenting-children-with-disabilities

Advice on parenting disabled children. (n.d.). Retrieved 6 January 2025, from https://www.familylives.org.uk/advice/your-family/special-educational-needs/advice-on-parenting-disabled-children

Versi Terbaru

15/01/2025

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Diskalkulia, Kondisi Saat Anak Sulit Memahami Matemarika

Disleksia


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 5 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan