Anak tunadaksa dengan kelainan sistem otot dan rangka umumnya memiliki tingkat kecerdasan normal sehingga bisa mengikuti pelajaran sama dengan anak normal.
Akan tetapi, anak dengan kelainan sistem saraf pusat biasanya punya tingkat kecerdasan (IQ) yang lebih rendah (intellectual disability).
2. Karakteristik sosial dan emosional
Beberapa anak tunadaksa mungkin merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban bagi orang lain sehingga membuatnya malas belajar, bermain, dan bersosialisasi.
Ketidakmampuan melakukan kegiatan fisik sebagaimana mestinya juga bisa membuat anak mudah tersinggung, marah, rendah diri, pemalu, penyendiri, hingga frustrasi.
3. Karakteristik fisik dan kesehatan
Kecenderungan gangguan kesehatan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya kemampuan pendengaran dan penglihatan, serta gangguan bicara umum terjadi pada anak dengan disabilitas saraf.
Selain itu, penyandang tunadaksa jenis ini juga bisa menunjukkan tanda-tanda hiperaktif (sangat aktif) maupun hipoaktif (sangat pasif) dalam perilakunya.
Perawatan anak tunadaksa

Perawatan pada anak dengan disabilitas fisik bergantung pada penyebab, jenis, perkembangan penyakit, dan tingkat keparahan dari gangguan yang dialaminya.
Sejumlah program rehabilitasi, seperti terapi okupasi, fisioterapi, dan terapi wicara membantu anak tunadaksa mengelola dan mencegah perburukan kondisi yang mereka alami.
1. Terapi okupasi
Berbagai bentuk perawatan dalam terapi okupasi anak akan membantu anak berkebutuhan khusus menjalani setiap aktivitasnya dengan lebih mandiri.
Terapi ini bisa membantu anak tunadaksa melakukan kegiatan sehari-hari seperti belajar, bermain, menulis, makan, dan memakai pakaian sendiri.
2. Fisioterapi
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar