Kecuali jika sebelumnya ia menghadapi masalah tertentu seperti baru saja sembuh dari sakit, pindah ke sekolah baru, dan sebagainya.
Menurut E. Brummelman, ahli psikologi dari University of Amsterdam, memuji anak pada hal-hal yang tidak layak dapat membuat ia menjadi sombong, egois, dan manja.
2. Hindari mengumbar pujian
Terlalu sering memuji anak dapat membuat pujian Anda menjadi kurang berharga dan tidak berarti lagi.
Selain itu, karena merasa sudah terbiasa dipuji, anak menjadi sulit untuk mengembangkan diri karena tidak terdorong untuk berjuang.
Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan pujian pada anak, misalnya ketika ia berani mencoba sesuatu yang baru.
3. Puji anak dengan tulus
Selain membuatnya enggan berusaha, terlalu sering memuji anak dapat menimbulkan kesan bahwa pujian tersebut tidak tulus.
Akibatnya, anak menjadi sulit percaya karena menganggap pujian Anda hanya sekadar basa-basi.
Anak usia 6 sampai 9 tahun pada umumnya sudah peka terhadap pujian yang tulus. Itu sebabnya, Anda perlu melibatkan emosi saat berhadapan dengannya. Terapkanlah cara memuji anak yang benar dan tulus.
Hindari memujinya sambil lalu, cobalah untuk memusatkan perhatian padanya, memilih kata yang tepat, dan menunjukkan ekspresi dan gerakan tubuh bahwa Anda benar-benar bangga atas prestasinya.
4. Puji anak secara spesifik
Kata-kata yang Anda lontarkan saat memberikan pujian juga perlu diperhatikan. Pujilah ia secara spesifik dan tepat sasaran.
Mungkin banyak di antara orangtua yang memuji secara general dengan arti yang sangat luas, contohnya, “Nak, kamu hebat main bola.”
Bila pujian tersebut diartikan, tentu bisa meliputi banyak hal, apakah anak baik dalam menendang, menggiring, atau menjaga gawang dari bola lawan.
Akibatnya, anak mungkin saja menganggap bahwa ia telah menguasai semua itu. Padahal, belum tentu demikian.
Jadi, cobalah untuk memuji anak dengan tepat sasaran. Misalnya, “Kamu pintar banget jaga gawangnya. Papa yakin kamu bisa jadi kiper yang hebat nanti.”
Dengan pujian seperti ini, anak akan lebih memahami keunggulan dalam dirinya.
5. Puji prosesnya bukan hasilnya
Pujian tidak selalu berbicara tentang hasil yang dicapai oleh si kecil. Akan tetapi, pada proses dan usaha ia untuk mendapatkannya.
Inilah pujian yang sifatnya membangun seseorang agar menjadi lebih baik di kemudian hari.
Nah, salah satu contoh memuji anak yang membangun, “Bagaimana ulangannya? Susah nggak? Yaudah nggak usah cemas lagi, yang penting Papa lihat kamu sudah belajar maksimal semalam.”
Bila Anda perhatikan baik-baik, pujian di atas memang tidak membanggakan hasil yang dicapai anak, melainkan proses dan usaha yang dilakukan anak.
Dengan begitu, anak merasa usaha yang telah dilakukannya juga dihargai tanpa bergantung pada hasil yang mungkin didapat.
6. Berhati-hati dalam memuji kecerdasan anak
Senada dengan penjelasan sebelumnya, memuji anak sebisa mungkin lebih ditujukan pada usaha dan proses yang ia lalui bukan pada hasil yang ia capai.
Bahkan, sebaiknya Anda berhati-hati saat memuji kecerdasan anak.
Menurut Profesor Kang Lee dari University of Toronto, anak yang dipuji dengan perkataan “anak pintar” lebih berisiko menyontek dan berbuat curang.
Hal ini berdasarkan dua penelitian yang ia lakukan pada anak-anak di Cina.
Menurutnya, kecurangan mungkin dilakukan karena anak khawatir mengecewakan orangtua jika gagal memperoleh nilai yang tinggi.
Ia pun menyarankan, daripada memuji dengan berkata “anak pintar”, lebih baik mengucapkan “Mama bangga, kamu telah berusaha dengan baik.”
7. Tetap puji meskipun ia gagal
Pujian adalah bentuk hadiah atas kerja kerasnya dalam mencapai sesuatu. Namun, bukan berarti Anda tidak memuji anak saat ia gagal.
Kegagalan merupakan pukulan yang berat bagi si kecil, tetaplah hadir untuknya agar ia tahu bahwa Anda tidak kecewa padanya. Apalagi jika ia sudah menunjukkan perjuangan dengan sungguh-sungguh.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar