backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Bukan Hanya Ibu, Ini 6 Masalah Bayi Saat Menyusui yang Mungkin Terjadi

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 26/08/2022

    Bukan Hanya Ibu, Ini 6 Masalah Bayi Saat Menyusui yang Mungkin Terjadi

    Adanya masalah yang tidak biasa pada bayi saat menyusui mungkin membuat ibu cemas dan khawatir. Ya, bukan hanya masalah ibu menyusui yang bisa terjadi, bayi juga dapat mengalami satu atau lebih perubahan. Apa saja masalah bayi saat menyusui dan bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini, ya!

    Berbagai masalah bayi saat menyusui

    Sejak bayi lahir, cara menyusui yang tepat sudah mulai diterapkan ibu demi memastikan buah hatinya mendapatkan manfaat ASI secara optimal.

    Ini karena kandungan ASI penting untuk mendukung tumbuh kembang bayi sejak ia lahir, tak terkecuali ASI eksklusif selama enam bulan.

    Namun, meski ada berbagai mitos ibu menyusui dan tantangan menyusui, ternyata bayi juga bisa mengalami satu atau beberapa masalah saat menyusui.

    Agar tak mudah cemas, berikut beragam masalah bayi saat menyusui:

    1. Berkeringat saat menyusu

    Masalah bayi saat menyusui yang kerap terlihat yakni tubuhnya berkeringat selama menyusu. Saat sedang menyusui, Anda dan si kecil berada dalam jarak yang sangat dekat.

    Bahkan, Anda dan bayi bisa dikatakan saling menempel dan bersentuhan antara kulit dengan kulit.

    Hal ini akan membuat bayi merasa hangat, terlebih setelah menyusu cukup lama, maka panas dalam tubuh bayi akan semakin meningkat.

    Nah, supaya tetap merasa nyaman, tubuh si kecil akan secara alami menurunkan suhu badannya saat itu.

    Proses pendinginan tubuh secara alami ini merangsang tubuh untuk mengeluarkan panas dalam bentuk keringat. Akhirnya, bayi pun berkeringat saat menyusu.

    Jadi, sebenarnya bayi berkeringat saat menyusu itu masih tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

    Dengan catatan, keringat yang dihasilkan dari tubuh si kecil dalam jumlah yang wajar dan tidak berlebihan.

    Sebaliknya, keringat yang berlebihan bisa menandakan adanya masalah kesehatan pada buah hati Anda.

    Masalah keringat bayi yang tampak berlebihan saat menyusui bisa menjadi tanda awal adanya penyakit infeksi dan penyakit jantung bawaan.

    Di sisi lain, bayi berkeringat saat menyusu juga bisa menjadi gejala adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid bayi, misalnya hipertirodisme.

    Perhatikan tanda yang tidak normal ketika bayi berkeringat saat menyusu:

  • Kesulitan bernapas saat menyusu
  • Tampak lelah saat menyusu
  • Menolak menyusu
  • Cara mengatasi bayi berkeringat saat menyusu

    Bila keringat yang dialami bayi normal dan tidak disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu, beberapa tips berikut bisa membantu agar ia merasa lebih nyaman saat menyusu:

    Pastikan bayi mengenakan pakaian yang menyerap keringat

    Misalnya saat cuaca sedang panas, biarkan ia memakai pakaian berbahan katun yang dapat menyerap keringat.

    Hindari penggunaan topi atau penutup kepala lainnya saat sedang menyusui di rumah karena membiarkan kepalanya terbuka akan membantu menjaga suhu tubuhnya dalam keadaan normal.

    Begitu pula saat cuaca dingin, beri ia pakaian yang sesuai agar membuatnya tetap nyaman bergerak.

    Ibu juga harus mengenakan pakaian yang nyaman

    Selama menyusui, bayi sangat dekat dengan Anda. Maka itu, penting untuk senantiasa memilih pakaian dengan bahan yang nyaman saat digunakan.

    Pastikan bahan pakaian Anda dapat menyerap keringat dengan baik, serta sejuk dan lembut untuk bayi untuk mengatasi masalah bayi berkeringat saat menyusui.

    Perhatikan suhu ruangan

    Pastikan suhu ruangan nyaman untuk si kecil, tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin.

    Ini akan membuat bayi lebih nyaman dan mencegahnya merasa sesak di dalam ruangan.

    Pastikan posisi bayi nyaman saat menyusui

    Kadang saat menyusui, tubuh dan kepala bayi berada dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama.

    Kondisi ini bisa memicu kenaikan suhu pada wajah dan tubuhnya sehingga panas dan banyak mengeluarkan keringat.

    Pastikan Anda menyesuaikan dengan posisi menyusui bayi yang nyaman.

    2. Bayi sakit

    obat sakit kepala untuk ibu menyusui

    Masalah lain yang juga bisa dialami bayi saat menyusui yaitu sakit. Bayi sakit saat menyusui merupakan masalah yang kerap kali terjadi.

    Meski begitu, Anda tidak perlu khawatir karena bayi bisa tetap menyusu ASI sembari diberikan obat sesuai dengan arahan dokter.

    Bahkan, menyusui saat bayi sakit dapat membantu mempercepat penyembuhannya berkat adanya antibodi di dalam ASI.

    Kebutuhan gizi harian bayi juga tetap dapat terpenuhi karena ASI mengandung nutrisi dan cairan yang pas untuk bayi.

    ASI juga cenderung lebih mudah dicerna ketimbang susu formula sehingga tidak memperparah kondisi bayi, misalnya saat ia mengalami diare dan muntah.

    Tergantung dari jenis penyakitnya, Anda mungkin akan melihat perubahan pada bayi mengalami masalah sakit saat menyusui.

    Cara mengatasi masalah bayi sakit saat menyusui

    Bayi yang sedang sakit biasanya sedikit minum ASI sehingga waktu menyusu menjadi lebih singkat di setiap jadwal menyusui hariannya.

    Jika bayi sedikit minum ASI atau tidak terlalu lama saat menyusui, cara berikut bisa Anda coba untuk mengatasi masalah bayi yang sakit:

    • Terus tawarkan bayi Anda untuk menyusui sesering mungkin.
    • Perhatikan apakah popok bayi basah dan awasi kemungkinan tanda-tanda dehidrasi.
    • Pompa ASI Anda untuk mencegah pembengkakan payudara dan menjaga produksi ASI.
    • Segera konsultasikan ke dokter agar bayi Anda bisa segera sembuh.

    Pastikan Anda menerapkan cara menyimpan ASI yang tepat setelah dipompa guna menjaga kualitasnya.

    3. Tongue tie

    Pilihan obat batuk untuk ibu menyusui

    Tongue tie adalah kelainan bawaan pada lidah sejak bayi lahir. Lidah yang normal memiliki jaringan ikat yang panjang yang menyambungkan bagian bawah lidah dan dasar mulut.

    Sementara pada bayi dengan tongue tie, jaringan ikat tersebut pendek sehingga pergerakan lidah dan mulut menjadi terbatas. 

    Alhasil, bayi yang mengalami tongue tie bisa mengalami kesulitan ketika menyusu. Inilah mengapa tongue tie termasuk satu dari beberapa masalah bayi saat menyusui.

    Bayi yang mengalami tongue tie biasanya sulit menempatkan lidah di bawah puting susu ibu karena pergerakan lidah terbatas.

    Hal ini membuat puting susu ibu kerap mengalami nyeri, cedera, atau luka karena tergesek langsung dengan gusi bayi.

    Dari sisi bayi, mempertahankan posisi untuk bisa terus melekat pada payudara ibu juga melelahkan. Itu sebabnya, bayi yang memiliki tongue tie hanya bisa menyusu sebentar.

    Melansir dari Mayo Clinic, karena hanya menyusu sebentar, bayi akan cepat lapar kembali sehingga frekuensi menyusu menjadi semakin sering.

    Ibu akan semakin sulit untuk menemukan waktu istirahat di antara waktu menyusui. Selain itu, rasa sakit pada puting yang dirasakan ibu setiap kali menyusui tentu menyulitkan prosesnya

    Selain menyulitkan proses menyusui, bayi dengan tongue tie juga berpengaruh pada cara bayi makan, bicara, dan menelan nantinya.

    Cara mengatasi masalah tongue tie bayi saat menyusui

    Pengobatan untuk mengatasi tongue tie pada bayi bisa dilakukan dengan prosedur operasi perbaikan lidah.

    Namun, penanganan tongue tie guna mempermudah bayi saat menyusui sebenarnya dapat dilihat kembali saat ia menyusui.

    Perhatikan apakah bayi bisa mengisap puting ibu dengan baik, tidak kesulitan saat menelan, peningkatan berat badannya normal, dan puting tidak terasa sakit.

    Bila semua hal tersebut masih berjalan dengan baik, tentu tidak masalah.

    Akan tetapi, jika muncul berbagai masalah terkait keluhan tongue tie pada bayi saat menyusui, mungkin diperlukan tindakan lanjut sebagai penanganan.

    Sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisi Anda dan bayi.

    4. Bingung puting

    asi terlalu banyak

    Bayi bingung puting adalah kondisi ketika bayi sudah terbiasa minum susu dari dot sehingga sulit untuk mencari dan melekatkan mulutnya pada puting ibu saat menyusu langsung di payudara.

    Sebenarnya, setiap bayi yang lahir punya naluri bagaimana caranya mengisap dan menyusu dari puting payudara ibunya.

    Namun, ketika ia sudah terbiasa dan nyaman menyusu dari dot, biasanya bayi akan mengalami bingung puting.

    Hal ini karena bayi harus membuka mulutnya dan menempel dengan baik di payudara ibu agar bisa mengisap payudara ibu dengan nyaman.

    Sementara bila bayi mengisap dot, ia tidak harus bersusah payah untuk menyusu. Bayi hanya tinggal membuka mulutnya dan dot kemudian menghampiri mulutnya.

    Selanjutnya, susu pun akan menetes sedikit demi sedikit dari lubang dot dan bayi tidak perlu sekuat tenaga mengisap dot.

    Cara mengatasi masalah bingung puting pada bayi saat menyusui

    Berikut upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi bingung puting pada bayi:

    Terus susui bayi dari payudara

    Satu hal yang harus terus Anda lakukan agar bayi tidak mengalami bingung puting adalah terus menawarkan bayi ASI langsung dari payudara Anda.

    Awalnya mungkin Anda merasa kesulitan, bayi pun merasa kesulitan untuk menempel di payudara Anda.

    Namun, jika terus-terusan dicoba (tanpa memaksa bayi), hal ini dapat membantu bayi untuk menemukan posisi nyamannya untuk menyusu di payudara ibu.

    Bantu bayi saat menyusu

    Anda mungkin bisa membantu bayi agar lebih mudah meraih payudara Anda.

    Saat mulut bayi sudah terbuka, bantu bayi agar bisa menempel dan mengisap puting payudara Anda dengan baik.

    Menyusui di waktu yang tepat

    Bayi harus dalam kondisi yang lapar agar ia menyusu di payudara Anda dengan baik.

    Bayi yang lapar biasanya akan mengisap payudara Anda dengan semangat sehingga bisa mendapatkan ASI lebih banyak.

    Kurangi penggunaan botol susu, termasuk empeng

    Terus-menerus menawarkan botol susu dan empeng pada bayi dapat membuat bayi tambah kesulitan untuk bisa menyusu dengan lancar dari payudara ibu.

    Untuk itu, sebaiknya kurangi frekuensi penggunaan botol susu atau empeng, terutama saat bayi masih kecil atau belum pandai menyusu di payudara ibu dengan baik.

    5. Gumoh

    bedanya gumoh dan muntah bayi masalah saat menyusui

    Masalah saat menyusui lainnya yang kerap dialami bayi yakni gumoh. Muntah dan gumoh sekilas tampak sama.

    Ini karena muntah dan gumoh sama-sama membuat bayi mengeluarkan ASI yang biasanya terjadi setelah menyusui.

    Meski begitu, sebenarnya muntah dan gumoh setelah bayi minum ASI adalah dua hal yang berbeda.

    Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gumoh adalah keluarnya ASI dalam jumlah tertentu usai menyusui.

    Ketika bayi mengalami gumoh, ASI yang sudah ada di dalam mulutnya akan mengalir keluar dengan sendirinya.

    Biasanya, gumoh kerap dialami oleh bayi yang berusia kurang dari 1 tahun dengan jumlah ASI yang keluar sekitar 1-2 sendok.

    Ibu tak perlu cemas karena gumoh pada dasarnya normal dialami oleh bayi dan tidak menandakan adanya gejala atau kondisi medis lainnya.

    Bahkan, bayi yang mengalami gumoh masih bisa terlihat aktif, nyaman, tidak mengalami masalah pernapasan, dan berat badannya juga dapat terus meningkat.

    Lama waktu terjadinya gumoh yakni sekitar kurang dari 3 menit.

    Cara mengatasi masalah gumoh pada bayi

    Berikut cara mencegah sekaligus mengatasi gumoh pada bayi saat menyusui:

    • Pastikan bayi berada pada posisi tegak setelah selesai menyusu.
    • Biasakan memberikan ASI atau susu secukupnya kepada bayi dan tidak terlalu banyak.
    • Biarkan bayi bersendawa usai menyusu.
    • Hindari memberikan tekanan pada perut bayi setelah selesai menyusu.
    • Biarkan bayi tidur dalam posisi telentang.

    6. Galaktosemia

    jadwal waktu menyusui bayi

    Galaktosemia adalah sebuah penyakit genetik yang sangat langka.

    Berdasarkan Boston Children’s Hospital, kondisi ini terjadi saat bayi tidak dapat memproses galaktosa menjadi glukosa karena defisiensi enzim yang disebut sebagai GALT.

    Bayi yang menderita galaktosemia terlahir normal, tetapi seiring dengan meningkatnya asupan ASI maka gejala yang dialami bayi bisa semakin terlihat.

    Karbohidrat pada ASI sebagian besar mengandung laktosa yang nanti dipecah menjadi galaktosa di saluran pencernaan, dan diserap ke dalam darah.

    Dalam kondisi normal, galaktosa akan diubah menjadi glukosa oleh GALT di dalam darah agar dapat digunakan oleh tubuh.

    Namun, pada bayi penderita galaktosemia, hal tersebut tidak terjadi sehingga galaktosa menumpuk di dalam darah. Itulah alasan di balik penyebab mengapa ibu tidak boleh menyusui bayi yang mengalami galaktosemia. 

    Cara mengatasi masalah galaktosa pada bayi saat menyusui

    Bayi yang mengalami galaktosemia tidak bisa makan sembarang makanan.

    Kondisi galaktosemia yang dialaminya mengharuskan bayi diberikan makanan khusus tanpa kandungan galaktosa.

    Hal ini bertujuan untuk mencegah munculnya komplikasi parah pada bayi seperti penyakit kuning, diare, muntah, masalah pada perkembangan, hingga kematian.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 26/08/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan