Membesarkan anak bekebutuhan khusus bukan hal yang mudah bagi orangtua. Pasalnya, orangtua harus lebih mengerti, memahami, dan sabar setiap hal yang anak lakukan. Agar memudahkan, berikut panduan membesarkan anak berkebutuhan khusus untuk orangtua.
Pengertian anak berkebutuhan khusus
Sebelum masuk ke pembahasan soal cara membesarkan, ketahui dulu pengertian dari anak berkebutuhan khusus.
Anak-anak dengan keterbatasan fisik, psikis, atau akademik sering disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). sebenarnya, apa itu ABK?
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak nomor 10 tahun 2011 menjelaskan tentang kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus.
ABK adalah anak yang memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan dari sisi fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional.
Keterbatasan ini berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan buah hati Anda daripada anak lain seusianya.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) membagi anak berkebutuhan khusus menjadi 12 jenis.
- Disabilitas penglihatan: mengalami kebutaan total atau sebagian.
- Gangguan pendengaran: sulit mendengar dan biasanya memiliki hambatan bicara dan berbahasa.
- Disabilitas intelektual: ketidakmampuan adaptasi perilaku dan kemampuan berpikir kurang dari rata-rata anak usianya.
- Anak disabilitas fisik: gangguan gerak karena kelumpuhan, anggota tubuh tidak lengkap, kelainan bentuk dan fungsi tubuh.
- Anak disabilitas sosial: memiliki masalah dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
- ADHD: gangguan pengendalian diri, masalah perhatian, hiperaktif, kesulitan berpikir, dan mengendalikan emosi.
- Autisme: gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan pola perilaku.
- Gangguan ganda: anak yang memiliki dua atau lebih gangguan, misalnya penglihatan dan kelumpuhan.
- Anak lamban belajar: anak yang butuh waktu lama untuk menyelesaikan tugas tetapi belum termasuk gangguan mental.
- Gangguan belajar spesifik: terhambat dalam bicara, mendengar, berpikir, bicara, menulis, dan menghitung.
- Anak gangguan komunikasi: memiliki hambatan mengenal suara, intonasi, irama, dan kelancaran bicara.
- Anak bakat istimewa: memiliki nilai intelegensi tinggi atau unggul dalam bidang tertentu, misalnya seni, olahraga, atau seni.
Membesarkan anak berkebutuhan khusus memang tidak mudah dan perlu kesabaran. Anak dengan kondisi ini tetap memiliki hak yang sama untuk berkreasi dan sosialisasi.
Panduan membesarkan anak berkebutuhan khusus
Membesarkan anak berkebutuhan khusus mungkin menjadi suatu tantangan bagi orangtua. Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus orangtua ketahui tentang anak berkebutuhan khusus.
1. Ketahui masalah yang anak miliki
Dalam membesarkan anak berkebutuhan khusus, orangtua perlu memahami masalah yang si kecil miliki.
Bila mengetahui dengan pasti kesulitan yang anak miliki, orangtua akan lebih mudah dalam memahami dan membimbing si kecil.
Mungkin lebih mudah mengenali bila anak memiliki kekurangan secara fisik karena bisa terlihat. Namun, agak sulit bila anak memiliki kekurangan non-fisik.
Mengutip dari Learning Disabilities Association of America (LDA), orangtua dengan anak gangguan belajar kadang kesulitan mengetahui apakah buah hatinya normal atau tidak.
Ambil contoh, sebagian orang masih kesulitan membedakan anak yang sangat aktif atau anak dengan ADHD. Contoh lainnya adalah membedakan ADHD dengan autisme.
Untuk mengetahui kondisi spesifik anak berkebutuhan khusus, orangtua bisa berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar mendapat penanganan yang tepat.
2. Perlakukan anak sama seperti anak lainnya
Saat membesarkan anak berkebutuhan khusus, orangtua perlu memperlakukan anak sama seperti yang lain.
Namun, bukan berarti saat anak memiliki kekurangan fisik dengan kelumpuhan, lalu mengajaknya berlari.
Memperlakukan sama maksudnya tetap memberi kasih sayang, kesempatan untuk berkembang, dan bersosialisasi dengan anak lain.
Secara perlahan, orangtua bisa mendampingi anak untuk bermain dengan teman-temannya. Terkadang orangtua lain ragu untuk membolehkan anaknya bermain dengan ABK.
Ibu bisa memberi pemahaman kepada sesama orangtua bahwa anak berkebutuhan khusus bulan penyakit dan tidak menular.
3. Ajari anak untuk mengerti apa yang orangtua bicarakan
Sebagian besar anak dengan berkebutuhan khusus jenis gangguan belajar memiliki kesulitan dalam belajar bahasa.
Artinya, mereka memiliki kesulitan mengartikan bahasa, mendengarkan, dan mengikuti petunjuk.
Oleh sebab itu, sebaiknya dalam membesarkan anak berkebutuhan khusus, orangtua membatasi jumlah kata saat bicara atau memberi petunjuk pada anak.
Biasakan untuk menggunakan bentuk kalimat yang sederhana.
Ambil contoh, saat ibu ingin menjelaskan makanan yang anak makan, “Adik lagi makan ayam. Ayamnya besar, ya” sambil menatap anak saat bicara.
Jika orangtua ingin melatih anak untuk melakukan sesuatu, bisa mengatakan “Tolong, ambil minum ya,” dengan menunjuk area pengambilan air.
Hindari menggunakan kata yang panjang dan kompleks. Ini menyulitkan anak untuk mengerti apa yang orangtua bicarakan.
4. Buat jadwal yang teratur
Anak berkebutuhan khusus sulit untuk membedakan waktu dan tempat. Mereka juga suka membuat ruangan berantakan.
Sebaiknya batasi pemberian mainan, misalnya dua atau tiga jenis mainan saat sedang makan. Hal ini membantu anak untuk membuat pilihan.
Kalau ibu melihat anak sudah mampu mengambil keputusan, libatkan anak dalam rutinitas sehari-hari dan dalam merencanakan sesuatu.
Ini dapat membantu anak belajar manajemen waktu, merasa dirinya berguna, dan lebih aktif.
5. Ajari anak untuk bersosialisasi
Saat ibu membesarkan anak berkebutuhan khusus, perhatikan aspek sosial si kecil. Biasanya, anak disabilitas tidak suka atau tidak bisa bermain dengan teman sebayanya.
Mereka tidak bisa membaca ekspresi wajah, gerak tubuh, maupun nada bicara. Maka dari itu, orangtua perlu mengajarkan anak bersosialisasi dengan orang sekitar.
Bisa ibu dan ayah mulai dari orang terdekat, misalnya kakek, nenek, om, tante, sepupu, atau tetangga.
Orangtua bisa memulainya dengan mengajarkan anak apa yang tepat dan tidak tepat untuk ia katakan. Selain itu, ajarkan juga membaca ekspresi wajah dan gerak tubuh.
Ambil contoh, ekspresi saat temannya menangis karena sedih atau tertawa karena senang.
6. Tumbuhkan rasa percaya diri anak
Anak berkebutuhan khusus sering merasa dirinya paling buruk dan akhirnya mereka tidak percaya diri.
Orangtua perlu memberikan pujian dan komentar yang positif kepada anak mulai dari hal terkecil yang bisa anak lakukan.
Ambil contoh, saat anak bisa menyimpan mainan pada tempatnya, ucapkan terima kasih sambil tersenyum.
“Terima kasih sudah simpan mainan, ya” tetap gunakan kalimat yang mudah dan tidak terlalu panjang.
Ini akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu dan merasa dukungan orangtuanya.
Membesarkan anak berkebutuhan khusus memang tidak mudah, ibu perlu kesabaran dalam mendampingi si kecil.
Minta bantuan keluarga bila merasa kesulitan dan kelelahan saat mendampingi si kecil. Bicarakan dengan dokter spesialis tumbuh kembang untuk mendapat penanganan yang tepat.
[embed-health-tool-vaccination-tool]