Anak bungsu kerap identik dengan sifatnya yang manja. Hal ini mungkin tak jauh berbeda dengan anak tunggal. Namun, tak hanya itu, ternyata anak bungsu punya banyak keistimewaan lho! Yuk, simak karakter anak bungsu selengkapnya melalui ulasan berikut!
Fakta anak bungsu yang perlu Anda tahu
Kevin Leman dan Frank Sulloway adalah dua ahli psikologi yang mengembangkan teori Adler bahwa urutan kelahiran memengaruhi kepribadian seseorang.
Dalam berbagai buku yang mereka tulis, mereka mengungkapkan bahwa anak bungsu biasanya memiliki karakter sebagai berikut.
1. Penyayang
Anak bungsu adalah anggota keluarga termuda, si bungsu biasanya menerima limpahan kasih sayang, baik dari orang tua maupun dari kakak-kakaknya, yakni anak sulung maupun anak tengah.
Ternyata, hal ini membuatnya menjadi sosok yang penyayang juga terhadap orang lain.
2. Santai dan easy going
Anak terakhir umumnya memiliki pribadi yang santai dan easy going. Hal ini karena anak bungsu biasanya tidak diberikan tanggung jawab khusus dalam keluarga.
3. Berjiwa bebas dan petualang
Lantaran tidak diberikan tanggung jawab tertentu, anak yang paling muda biasanya menjadi pribadi bebas dan senang berpetualang.
Ia cukup leluasa untuk mengerjakan hobi dan aktivitas yang disukainya.
4. Kreatif
Fakta anak bungsu yang unik lainnya adalah kreatif. Jiwa yang bebas membuatnya pandai berinovasi dan berkreasi sesuai dengan hobi yang dia geluti.
5. Tidak mengikuti tradisi keluarga
Lantaran kebebasannya itu, anak bungsu atau terakhir biasanya tidak mengikuti tradisi keluarga.
Anak bungsu cenderung memilih kegiatan dan profesi yang berbeda dengan kebiasaan keluarga.
6. Humoris
Fakta yang biasanya dimiliki oleh anak bungsu selanjutnya adalah jiwa humoris dan kocak.
Hal ini terbentuk karena hidupnya yang santai dan tidak banyak menghadapi tuntutan keluarga.
7. Pandai menjalin pertemanan
Sifatnya yang humoris dan easy going membuat si anak terakhir pandai bersosialisasi dan menjalin pertemanan dengan orang lain.
Anak bungsu pun bisa menjadi sosok yang menyenangkan dan disukai banyak orang.
8. Cenderung manja
Sifat manja adalah karakter yang paling banyak dimiliki oleh anak bungsu. Ini bisa jadi karena ia adalah anggota keluarga termuda.
Hal ini membuat ia dimanjakan oleh perhatian dan kasih sayang yang melimpah dari orang tua dan kakak-kakaknya.
9. Cenderung nakal
Manja dan nakal biasanya menjadi dua karakter yang saling berhubungan.
Karakter ini biasanya dimiliki oleh anak terakhir, terutama jika dia jarang diberikan konsekuensi atas perilaku buruk yang dilakukannya.
10. Manipulatif
Perilaku manipulatif seperti berbohong dan berpura-pura biasanya dilakukan oleh si bungsu.
Cara ini menjadi trik ampuh yang biasanya dia lakukan untuk menghindari hukuman.
11. Sulit berencana
Karakter anak bungsu lainnya adalah ia sulit berencana. Bahkan, karakter ini bisa terbawa hingga ia dewasa.
Hal ini karena anak termuda terbiasa menerima arahan dari yang lebih tua. Akibatnya, ia kesulitan saat harus merencanakan sesuatu sendiri.
Pola asuh yang tepat untuk menghadapi anak bungsu
Banyak anak bungsu yang bersusah payah untuk membuktikan diri dan keluar dari anggapan bahwa ia adalah anak yang manja.
Dalam hal ini, peran orang tua amat dibutuhkan untuk menerapkan pola asuh yang tepat agar si Kecil tidak hidup dalam stigma negatif anak bungsu.
Saat mendidik anak bungsu, sebaiknya orang tua melakukan hal-hal berikut ini.
1. Berikan ia tanggung jawab
Ibu sebaiknya tidak membiarkan si bungsu hidup tanpa memegang tanggung jawab.
Sesederhana apapun itu, biasakan si kecil mengemban tugas. Sebagai contoh, merapikan piring setelah makan atau tugas lain sesuai usianya.
2. Latihlah dia untuk membuat keputusan
Fakta anak bungsu lainnya yang tak terelakkan biasanya ia hidup dengan menjalani keputusan yang telah dibuat oleh anggota keluarga yang lebih tua.
Hal ini pelan-pelan akan membuatnya sulit mengambil keputusan sendiri. Untuk menghindarinya, sesekali biarkan si anak bungsu membuat keputusan yang diikuti oleh semua anggota keluarga.
3. Apresiasi pencapaian yang dilakukannya
Biasanya, orang tua tidak lagi antusias pada pencapaian anak terakhir. Hal ini karena apa yang dia capai biasanya sudah terjadi pada kakak-kakaknya.
Hal ini ternyata bisa mengakibatkan kekecewaan pada si kecil karena merasa kurang dihargai. Bahkan, jika dibiarkan terus menerus hal ini dapat membuatnya malas berusaha.
Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya orangtua selalu mengapresiasi pencapaian si bungsu.
Ambil contoh, saat pertama kali ia berhasil menulis namanya, berikan reaksi seperti yang orangtua lakukan pada kakak-kakaknya.
4. Arahkan ia untuk membantu saudaranya
Biasanya, anak termuda menjadi anak yang paling sering dibantu. Hal inilah yang bisa dapat membuatnya menjadi anak yang manja dan bergantung pada orang lain.
Untuk mencegah hal itu, sesekali arahkan ia untuk membantu saudaranya. Anda dapat bekerja sama dengan si kakak untuk berpura-pura kesulitan.
Lalu, doronglah si bungsu untuk membantu menyelesaikannya.
5. Ajari ia keterampilan
Fakta anak bungsu lainnya adalah biasanya ia cenderung ceroboh. Hal ini karena ia cenderung dimanja dan dibantu. Akibatnya, ia tidak terampil dalam melakukan sesuatu.
Untuk menghindarinya, ajari ia keterampilan dan biarkan dia mengerjakan aktivitas sendiri. Hal ini juga dapat melatih perkembangan motoriknya agar cekatan dan tidak ceroboh.
6. Perlakukan ia sesuai dengan usianya
Fakta anak bungsu yang seringkali terjadi adalah ia selalu diperlakukan sebagai anak kecil yang tidak berdaya.
Jika dibiarkan, hal ini dapat menghambat tumbuh kembang dan kedewasaannya. Oleh karena itu, perlakukanlah si bungsu sesuai dengan umurnya.
Sadarilah bahwa ia juga tumbuh besar seperti anak-anak lainnya.
Jangan terpaku pada stereotip anak bungsu
Teori urutan kelahiran oleh Adler seringkali menjadi bahan pertimbangan di dunia pendidikan maupun di dunia kerja. Meski begitu, ibu sebaiknya tidak terpaku pada hal tersebut.
Pasalnya, sebuah studi yang diterbitkan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America membantah teori tersebut.
Studi yang dilakukan terhadap 20.000 orang di Amerika, Inggris dan Jerman ini menyimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang kuat antara urutan kelahiran dengan kepribadian anak secara umum, terutama di masyarakat.
Mereka berpendapat, kalaupun ada pengaruhnya, maka urutan kelahiran hanya akan berpengaruh di lingkungan keluarga saja.
Adapun di lingkungan masyarakat dan saat anak beranjak dewasa, teori itu sudah tidak berlaku.
Kesimpulan
Jadi, anak bungsu tidak selalu punya stereotip manja. Si bungsu juga bisa bersikap dewasa tak kalah dengan si sulung. Bagaimana pun, kepribadian setiap orang bisa berbeda-beda terlepas dari urutan kelahirannya dalam keluarga.
[embed-health-tool-vaccination-tool]