Sebagai orangtua, Anda mungkin pernah atau bahkan sering menghadapi si Kecil yang sedang tantrum. Meski dapat dialami oleh setiap anak, penting bagi Anda untuk mengenali apakah tantrum pada anak masih dalam tahap wajar atau sudah berlebihan. Untuk itu, ketahui apa saja tanda anak tantrum berlebihan di bawah ini.
Tanda anak tantrum berlebihan dan tidak normal
Tantrum pada anak adalah keadaan ketika anak mengeluarkan emosi dengan cara mengamuk, marah, menangis kencang, hingga membanting barang-barang.
Kondisi ini sebenarnya normal terjadi pada anak, bahkan bisa dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan.
Namun, jika sudah berlebihan atau terjadi setiap hari, tantrum bisa jadi tanda bahwa ada masalah pada perkembangan anak.
Berikut tanda tantrum yang tidak normal dan bahkan mungkin bahaya untuk anak.
1. Memiliki frekuensi mengamuk yang sering
Frekuensi tantrum pada anak dapat berbeda-beda. Beberapa anak mungkin mengalami tantrum lebih sering dibandingkan dengan anak lainnya.
Namun, jika tantrum terjadi terlalu sering, maka Anda perlu mewaspadai penyebabnya.
Anak-anak yang belum bersekolah umumnya menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama anggota keluarganya.
Jadi, coba perhatikan, apakah ia mengalami tantrum sekitar 10—20 kali dalam satu bulan di rumah atau lebih dari lima kali amukan sehari yang terjadi selama beberapa hari?
Jika buah hati Anda mengalami tanda-tanda ini, kemungkinan ia berisiko untuk mengalami masalah kejiwaan yang serius.
2. Mengamuk dalam waktu yang lama
Anak tantrum dalam durasi yang sebentar saja sudah bikin orangtua pusing, apalagi jika ia mengamuk berlebihan dalam waktu yang cukup lama.
Jika anak memang mengalami gangguan mental, maka durasi waktu mengamuknya akan lebih lama dan konstan dibandingkan dengan anak normal.
Misalnya, pada anak yang normal, ia akan mengamuk selama 30 menit pertama dan periode tantrum selanjutnya hanya 20—30 detik.
Akan tetapi, bila si Kecil punya masalah dengan kesehatan mentalnya, maka ia akan mengamuk selama 25 menit dan tak berhenti.
Jadi, pada periode berikutnya, ia akan mengamuk selama 25 menit juga atau bahkan lebih.
3. Saat mengamuk, berkali-kali melakukan kontak fisik dengan orang lain
Bukan hal yang aneh saat si Kecil mengalami tantrum hingga menendang atau bahkan memukul orang terdekat mereka.
Namun, tantrum pada anak yang tidak normal bisa dinilai dengan melihat perilakunya saat mengamuk.
Jika sudah sering melakukan kontak fisik, seperti memukul, mencubit atau bahkan menendang orang-orang di sekitarnya, maka ini sudah di luar batas wajar.
Bahkan pada beberapa kasus, keluarga lebih memilih melindungi diri mereka karena kesulitan meredakan amarah si Kecil.
Jika si Kecil sering tantrum hingga melakukan kekerasan, sebaiknya waspada tanda ini karena bisa jadi tanda bahwa si Kecil memiliki gangguan pada dirinya.
4. Marah hingga melukai diri sendiri
Bila si Kecil marah dan mengamuk hingga melukai dirinya sendiri, maka itu tanda bahwa ia mungkin mengalami masalah kesehatan mental tertentu.
Pada beberapa anak dengan depresi berat, ia akan cenderung untuk menggigit, mencakar, atau membenturkan kepala ke dinding saat ia tantrum berlebihan.
Bahkan, ia bisa menendang berbagai benda di sekitarnya ketika ia sedang marah.
5. Belum mampu menenangkan diri sendiri
Kebanyakan “episode” tantrum bertujuan karena anak ingin mendapat perhatian lebih dari Anda, entah itu karena sedang lapar, lelah, atau menginginkan suatu benda tertentu.
Pada kondisi ini, si Kecil cenderung tidak mampu untuk menenangkan dirinya sendiri setelah meluapkan emosinya.
Jadi, Anda dituntut untuk bisa menenangkan anak setelah mengalami tantrum.
Akan tetapi yang harus diingat, jangan lakukan hal ini setiap kali anak merengek hebat atau si Kecil akan selalu bertindak seperti ini demi tercapainya hal yang mereka inginkan.
Sebaliknya, Anda bisa coba menjelaskan kepada anak saat sudah tenang, jika ia terlalu sering mengamuk, maka teman-temannya mungkin tidak akan mau main bersama lagi dengan dirinya.
Saat memasuki usia sekolah, anak biasanya sudah lebih memahami bahwa setiap perilakunya pasti memiliki konsekuensi yang mungkin ditimbulkan.
Berapa lama normalnya anak tantrum?
Penyebab tantrum berlebihan terkait gangguan mental
Selain sebagai bagian dari tahapan perkembangan anak yang normal, tantrum berlebihan bisa terjadi sebagai kondisi yang tidak normal.
Penyebab kenapa anak tantrum berlebihan sering kali dikaitkan dengan gangguan mental pada anak, di antaranya sebagai berikut.
1. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan perilaku impulsif dan kesulitan mengendalikan emosi, yang dapat menyebabkan tantrum atau ledakan emosi yang sering, tiba-tiba, dan intens.
Impulsivitas ini bisa memicu reaksi berlebihan terhadap frustrasi atau perubahan kecil dalam rutinitas.
ADHD pada anak juga mungkin menyebabkan kesulitan dalam mengelola dan mengatur emosi, yang dapat membuat mereka lebih mudah marah dan kesulitan menenangkan diri.
2. Autism spectrum disorder (ASD)
Anak dengan ASD mungkin memiliki kesulitan dalam komunikasi dan interaksi sosial serta kecenderungan untuk memiliki reaksi emosional yang intens dan tidak sesuai dengan situasi.
Anak autis mungkin kesulitan mengekspresikan kebutuhan atau perasaan mereka yang dapat menyebabkan frustrasi dan akhirnya tantrum.
Mereka juga sulit mengelola emosi yang dialami, sehingga dapat menyebabkan tantrum yang lebih sering.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan pada anak dapat menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan dan tantrum sebagai respons terhadap stres atau ketakutan.
Hal ini dapat memicu ledakan emosi yang intens.
Situasi yang bagi anak lain mungkin tidak mengkhawatirkan bisa dianggap sangat mengancam atau menakutkan bagi anak dengan gangguan kecemasan.
4. Oppositional defiant disorder (ODD)
Anak dengan kondisi ODD sering menunjukkan perilaku menentang, marah, dan mudah tersinggung, yang dapat menyebabkan tantrum yang intens dan sering.
Anak sering kali menentang dan tidak patuh terhadap orang lain, seperti orangtua, guru, dan orang lain yang harus dipatuhi. Hal ini sering memicu konflik dan ledakan emosi.
Ketika diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan atau merasa dipaksa, anak mungkin bereaksi dengan tantrum sebagai bentuk perlawanan.
5. Gangguan suasana hati
Gangguan suasana hati atau mood, seperti depresi atau bipolar disorder, pada anak dapat menyebabkan perubahan mood yang drastis dan tantrum yang ekstrem.
Anak dengan gangguan suasana hati sering kali kesulitan mengatur dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat.
Mereka mungkin merasa kewalahan oleh perasaan mereka sendiri yang dapat menyebabkan ledakan emosi.
Tantrum bisa menjadi cara bagi si Kecil untuk mencoba mengatasi atau melepaskan perasaan mereka yang intens.