backup og meta

5 Penyebab Anak yang Suka Mencuri dari Sisi Psikologi

5 Penyebab Anak yang Suka Mencuri dari Sisi Psikologi

Anak yang suka mencuri merupakan isu serius yang memerlukan perhatian dan pemahaman yang baik dari sudut psikologi. Pasalnya, perilaku mencuri bisa saja menjadi tanda bahwa terdapat gangguan psikologis pada anak. 

Oleh karena itu, ulasan di bawah ini akan membahas lebih dalam mengenai penyebab, dampak psikologis, hingga solusi yang tepat untuk membantu mengatasi anak dengan perilaku yang suka mencuri. 

Normalkah anak yang suka mencuri?

Mengutip dari Johns Hopkins Medicine, berbohong dan suka mencuri sebenarnya perilaku yang umum dan normal terjadi pada anak, tepatnya saat usia 5–8 tahun. 

Ini terutama jika perilaku mencuri hanya dilakukan sesekali oleh si Kecil.

Hal ini terjadi karena anak pada rentang usia ini masih dalam tahap perkembangan dan belum sepenuhnya memahami konsep kepemilikan, hak, atau konsekuensi dari tindakan mencuri.

Mereka juga belum sepenuhnya memahami mana barang miliknya dan mana yang bukan. 

Sebagian besar anak pada usia ini biasanya akan melakukan percobaan untuk mencuri mainan anak milik temannya atau barang kecil dari toko tanpa benar-benar memahami apa konsekuensi dari tindakan tersebut. 

Saat ini terjadi, orangtua perlu memberikan pelajaran kepada anak tentang etika, moralitas, serta hal-hal yang perlu dihindari dan tidak pantas untuk dilakukan. 

Namun, jika sudah mengajarkan si Kecil tentang hal-hal tersebut tapi ia masih mengulangi kesalahannya, penting bagi orangtua untuk tidak mengabaikan perilaku ini. 

Pasalnya, kebiasaan suka mencuri yang terus dilakukan anak ternyata bisa menjadi tanda masalah psikologi pada anak.

Oleh sebab itu, orangtua perlu mencari tahu apa penyebab anak mencuri dan mencari cara untuk mengatasi perilaku buruk yang dilakukan anak ini.

Ciri-ciri anak yang suka mencuri

penyebab anak mencuri

Berikut adalah ciri-ciri anak yang suka mencuri.

  • Memiliki dorongan yang kuat untuk mencuri barang yang tidak dibutuhkan.
  • Mengalami kecemasan atau ketegangan sebelum mencuri.
  • Merasa senang, lega, atau puas setelah mencuri.
  • Merasa bersalah, malu, atau takut dihukum setelah mencuri.
  • Mencuri tanpa perencanaan atau dengan bantuan orang lain.
  • Barang yang dicuri sering kali tidak memiliki nilai bagi anak.
  • Sering menghilangkan barang.
  • Barang yang dicuri disembunyikan, diberikan, atau dikembalikan.
  • Tidak mencuri untuk keuntungan pribadi, pembalasan, atau pengaruh teman sebaya.

Jika Anda melihat tanda-tanda ini pada anak, penting untuk berbicara dengan mereka dan mencoba memahami alasan di balik perilaku tersebut.

Jika perilaku mencuri berulang dan tidak dapat diatasi dengan pendekatan sederhana, konsultasi kepada psikolog anak dapat membantu menemukan solusi yang tepat.

Berbagai penyebab anak suka mencuri

penyebab anak nakal

Anak yang suka melakukan perilaku buruk, seperti mencuri, memang perlu didisiplinkan dan dihadapi dengan tegas.

Namun, bukan berarti Anda harus langsung memarahinya, apalagi melakukan tindakan kekerasan kepada anak. 

Ada baiknya bagi orangtua mencari tahu terlebih dahulu apa penyebab anak melakukan tindakan pencurian tersebut. 

Orangtua bisa tanyakan baik-baik kepada si Kecil kenapa ia mengambil sesuatu yang bukan miliknya. 

Berikut adalah beberapa kemungkinan yang dapat menjadi penyebab anak suka mencuri yang ditinjau dari sisi psikologi.

1. Kurangnya rasa empati 

Bagi anak-anak yang sudah memasuki sekolah dasar (usia 7–8 tahun), tindakan mencuri barang orang lain mungkin terjadi akibat kurangnya rasa empati dalam dirinya. 

Akibatnya, mereka akan memiliki kesulitan untuk memahami atau merasakan perasaan orang lain, apabila ia melakukan tindakan buruk tersebut. 

Anak yang kurang memiliki rasa empati cenderung tidak akan merasa bersalah dan tidak peduli tentang bagaimana tindakan mereka, seperti mencuri dapat berdampak pada orang lain. 

Oleh karena itu, sebagai orangtua penting sekali untuk membangun rasa empati pada anak sedini mungkin. Hal ini dapat membantu anak membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. 

2. Belum bisa mengendalikan diri dengan baik 

Melihat dari sisi psikologi, anak yang suka mencuri juga bisa terjadi karena ia belum bisa mengendalikan dirinya dengan baik. 

Mengapa demikian? Saat anak punya keinginan untuk memiliki sesuatu tapi tidak bisa terpenuhi, anak mungkin akan melakukan tindakan pencurian. 

Hal ini terjadi karena mereka sebenarnya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mengendalikan dirinya. 

Mereka cenderung berpikir bagaimana cara untuk memenuhi keinginan mereka tersebut. Alhasil, mereka melakukan hal tanpa berpikir risikonya, misal yang merugikan orang lain dan mendapatkan hukuman. 

3. Mudah terpengaruh 

Pengaruh teman sebaya menjadi penyebab lebih umum anak rentang usia 6–7 tahun melakukan tindakan pencurian. 

Anak-anak ini terkadang memiliki pemikiran bahwa mencuri adalah tindakan keren dan tidak semua orang dapat melakukannya.

Mereka juga berpikir melakukan hal tersebut sangat menyenangkan, tanpa berpikir apa konsekuensi dari tindakan tersebut. 

Tidak hanya itu, pengaruh teman-temannya yang tidak baik juga dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan pencurian. 

4. Masalah mental atau perilaku 

Beberapa anak yang menghadapi masalah emosional dan keluarga mungkin akan melakukan tindakan pencurian tanpa disadari. 

Masalah emosional ini misalnya menghadapi kepergian orangtua atau bahkan perceraian kedua orangtuanya.

Masalah tersebut memang tak dipungkiri dapat menyebabkan stres, depresi, serta masalah  perkembangan emosi lainnya pada anak.

Pada kondisi ini, pencurian biasanya dilakukan untuk melampiaskan emosi dan rasa stres yang dialami anak akibat masalah yang dihadapinya tersebut.

5. Memiliki kondisi medis tertentu 

Kondisi medis tertentu, seperti kleptomania, juga bisa menjadi alasan psikologi kenapa anak suka mencuri.

Masalah kejiwaan ini dapat menimbulkan rasa cemas bila tidak melakukan tindakan mencuri dan akan timbul rasa lega setelah melakukannya. 

Pada kebanyakan kasus pun, barang yang dicuri oleh anak kleptomania tidak penting dan tidak memiliki nilai jual yang besar.

Hal ini tentunya berbeda dengan pencurian yang dilakukan oleh perampok, pencopet, atau bahkan penjambret.

Perlu Anda Ketahui!

Bila Anda memergoki anak melakukan tindakan pencurian lebih dari sekali dan barang curiannya bukanlah benda yang penting, Anda patut mencurigai hal ini. Segera konsultasikan kepada psikiater atau psikolog untuk mendapatkan penangan yang tepat. 

Cara mengatasi anak yang suka mencuri

menghukum anak berbohong

Anak yang memiliki kebiasaan buruk seperti mencuri sebaiknya jangan dibiarkan hingga ia beranjak dewasa. 

Sebagai orangtua, Anda perlu mendisiplinkan anak agar ia tidak mengulangi tindakan buruk tersebut. 

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi kebiasaan anak yang suka mencuri. 

1. Beri tahu anak bahwa tindakannya salah

Tindakan awal ketika Anda memergoki anak mencuri adalah menghentikannya. Dekati ia baik-baik dan beri tahu jika mencuri adalah perbuatan yang tidak baik dan merugikan orang lain.

Ajari anak untuk menggali empatinya lebih dalam. Artinya, anak harus belajar untuk merasakan bagaimana sedihnya jika benda yang ia punya diambil orang lain.

Jika ia mengelak telah mencuri, maka tekankan kejujuran. Anda harus menjadi contoh seorang yang jujur sehingga ia bisa meniru apa yang Anda lakukan.

Selalu berikan pujian di setiap kejujuran dan keberaniannya untuk membiasakan anak jujur

2. Kembalikan barang yang dicuri dan ajak anak untuk meminta maaf

Setelah menjelaskan bahwa tindakannya itu salah, Anda harus meminta anak untuk mengembalikan barang yang sudah ia curi.

Jangan lupa meminta anak untuk menyampaikan perkataan maaf pada pemilik barang.

Kemudian, ajari anak Anda untuk menjaga mainannya dengan baik. Selalu minta izin ketika ingin meminjam atau meminta sesuatu dari orang lain.

Jelaskan bahwa anak harus menjaga barang yang dipinjamnya dengan baik dan mengembalikannya jika sudah selesai digunakan.

3. Terapkan hukuman jika ia mencuri lagi

Cara mengatasi anak yang suka mencuri selanjutnya adalah dengan menerapkan hukuman sesuai dengan usianya.

Hukuman bisa membuat anak menyesal dan jera. Namun ingat, menghukum tidak selalu pakai kekerasan.

Ada banyak cara untuk menghukum dan mendisiplinkan anak yang lebih baik dibandingkan Anda menggunakan tangan.

4. Cari pertolongan medis 

Bila tindakan mencuri yang dilakukan anak disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti kleptomania, Anda perlu berkonsultasi kepada dokter atau terapis untuk mengatasinya.

Anda juga bisa membawa anak ke psikolog atau psikiater untuk mencari bantuan bila kebiasaan mencuri yang dilakukannya akibat stres yang dihadapinya. 

Perlu diingat, dukungan orangtua dan keluarga dapat berperan penting dalam membantu anak mengatasi kebiasaan mencuri ini. 

Dengan pengawasan yang baik serta lingkungan yang mendukung, anak tentunya dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik dan beretika.

Kesimpulan

  • Pada usia 5–8 tahun, perilaku mencuri bisa dianggap normal karena anak sedang berkembang. Namun jika kebiasaan ini berlanjut atau terjadi berulang kali, maka ini bisa menjadi tanda adanya masalah psikologis. 
  • Berbagai faktor seperti kurangnya rasa empati, kesulitan dalam mengendalikan diri, pengaruh teman sebaya, masalah emosional, atau kondisi medis tertentu seperti kleptomania, dapat menjadi penyebab perilaku ini. 
  • Oleh karena itu, orangtua perlu mengatasi masalah ini dengan cara yang tepat, seperti memberi pemahaman tentang kesalahan mencuri, mengembalikan barang yang dicuri, menerapkan hukuman yang sesuai, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Lying and Stealing. (2019). Retrieved 22 January 2025, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/lying-and-stealing 

Aacap. (n.d.). Retrieved 22 January 2025, from https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/FFF-Guide/Children-Who-Steal-012.aspx 

My Child Is Stealing. Retrieved 22 January 2025, from https://www.childrensmn.org/educationmaterials/parents/article/8239/my-child-is-stealing/

Stealing and lying. (n.d.). Retrieved 22 January 2025, from https://www.familylives.org.uk/advice/primary/behaviour/stealing-and-lying 

Ethics in Action: What Parents Can Do When Their Children Are Stealing. (n.d.). Retrieved 22 January 2025, from https://character.org/what-parents-can-do-when-children-stealing/ 

Person. (2023). Why Do Kids Steal? Common Causes and Strategies for Parents. Retrieved 22 January 2025, from https://findmykids.org/blog/en/why-do-kids-steal

Kleptomania. (2022). Retrieved 22 January 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/kleptomania/symptoms-causes/syc-20364732

Versi Terbaru

31/01/2025

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

5 Cara Menjelaskan Perceraian pada Anak

5 Cara Ampuh Mengatasi Anak yang Suka Berbohong


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan