Orangtua kerap memberikan empeng daripada anak mengisap jempol untuk mencegah kuman yang menempel di jari masuk ke dalam mulutnya. Namun ketika anak sudah besar, ia harus berhenti menggunakan empeng karena disebut dapat menimbulkan risiko untuk kesehatannya. Ketahui cara menyapih anak dari empeng berikut ini.
Pro dan kontra anak pakai empeng bayi
Menurut studi yang diterbitkan American Family Physician, penggunaan empeng bayi masih menjadi perdebatan. Pasalnya, ada manfaat dan risiko menggunakan empeng untuk bayi Anda.
Penggunaan empeng dapat melatih kekuatan dan fungsi otot mulut bayi, terutama bayi prematur. Empeng juga bisa membantu orangtua untuk menenangkan bayi ketika menangis.
Selain itu, empeng diketahui mengurangi risiko sindrom bayi mati mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS).
Namun, penggunaan empeng pada bayi bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan berikut ini.
- Infeksi telinga tengah.
- Masalah gigi balita.
- Bingung puting, yaitu kesulitan ketika harus menyusui langsung dari puting Anda.
Meski begitu, ahli kesehatan membolehkan orangtua untuk menggunakan empeng pada bayi hingga usia 1 tahun.
Akan tetapi, setelah anak memasuki usia 3 tahun, penggunaan empeng harus dibatasi.
Dilansir dari Cleveland Clinic, sebagian besar anak akan berhenti sendiri menggunakan empeng di antara usia 2—4 tahun.
Namun, beberapa anak lainnya mungkin perlu cara khusus agar bisa berhenti dari kebiasaan ngempeng.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Cara menyapih anak dari empeng
Sayangnya, baik isap jempol atau empeng, menghentikan kebiasaan tersebut tidak selalu mudah dan mungkin penuh dengan tantangan.
Supaya lebih mudah, simak cara tepat menyapih empeng pada bayi dan anak berikut ini.
1. Jauhkan anak dari empeng bayi
Alasan kenapa anak sangat sulit berhenti ngempeng, yaitu karena selalu ada empeng di dekatnya.
Biasanya, empeng bayi dilengkapi dengan tali yang dapat dikalungkan di leher, sehingga mudah digapai. Namun, hal ini justru bisa membuat bayi sangat suka ngempeng.
Salah satu cara agar anak bisa berhenti ngempeng adalah dengan menjauhkan empeng dari si Kecil.
Selain tidak memberikan empeng dengan mudah, Anda perlu melakukan hal ini lebih cepat. Tujuannya supaya si Kecil tidak terlalu bergantung dengan empeng.
2. Buat empeng terasa tidak enak
Supaya anak lebih yakin untuk berhenti ngempeng, Anda mungkin bisa membuat anak agar tidak menyukai empeng.
Anda bisa membuat rasa empeng yang tadinya hambar menjadi terasa tidak enak dan bau. Misalnya, lumuri empeng dengan perasan air lemon atau bawang putih yang berbau sangat kuat.
Cara menyapih anak dari empeng ini biasanya berhasil untuk membuat anak agar tidak lagi tertarik menggunakannya.
3. Beri anak pemahaman
Bila buah hati Anda sudah cukup besar dan mengerti apa yang Anda katakan, cara agar anak tidak lagi menggunakan empeng adalah dengan memberi pemahaman.
Anda bisa menjelaskan alasan kenapa anak harus berhenti ngempeng.
Jangan terlalu berbelit-belit. Cukup beri tahu kepada anak jika kebiasaan ngempeng biasanya dilakukan oleh bayi kecil, bukan anak-anak seusianya.
4. Alihkan perhatian anak
Jika ngempeng sering dilakukan saat anak tidur siang, cara menyapih anak dari empeng adalah dengan mengalihkan perhatiannya dari empeng menggunakan benda lain.
Sebagai contoh, Anda bisa memberikan selimut atau boneka untuk anak sebagai pengganti empeng.
Saat berpelukan dengan boneka atau berada di balik selimut, anak mungkin bisa merasa lebih nyaman meski tidur tanpa menggunakan empeng.
5. Timang bayi saat tidur
Menimang bayi saat tidur diketahui bisa menjadi cara yang ampuh untuk menyapih empeng pada bayi.
Berdasarkan National Sleep Foundation, gerakan menimang bayi bekerja sebagai alat bantu tidur alami untuk bayi karena menyerupai sensasi saat berada di dalam rahim.
6. Lepas empeng saat anak sibuk atau tertidur pulas
Saat anak sedang sibuk bermain atau tertidur pulas, Anda bisa melepas empeng anak secara perlahan.
Pada kondisi ini, anak biasanya tidak akan sadar jika Anda mengambil empengnya. Hal ini akan membuat anak lebih terbiasa untuk tidak menggunakan empeng saat beraktivitas atau tertidur.