Pernahkah Anda memerhatikan tinggi badan si kecil? Apakah anak Anda lebih pendek dibandingkan dengan teman-teman seusianya? Jika tinggi badan anak termasuk balita sangat jauh atau cukup pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya, Anda perlu waspada. Mungkin saja anak Anda mengalami stunting atau bertubuh pendek akibat kekurangan gizi kronis.
Penyebab anak lebih pendek dibanding teman-temannya
Banyak hal yang memengaruhi pertambahan tinggi pada anak. Anak perempuan misalnya cenderung lebih tinggi ketika usia anak-anak tapi lebih pendek saat mereka remaja bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Berikut adalah beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan anak termasuk balita Anda lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
1. Asupan makanan yang tidak tercukupi
Masalah pada status gizi merupakan hal utama yang menyebabkan terganggunya tumbuh kembang anak dan membuatnya lebih pendek.
Balita yang pendek kemungkinan disebabkan kebutuhan gizi penunjang pertumbuhannya tidak terpenuhi. Adapun beberapa zat gizi yang penting untuk pertumbuhan tulang sebagai berikut.
a. Protein
Zat gizi makro ini berperan dalam membangun dan memelihara jaringan tubuh. Protein juga dibutuhkan untuk proses pertumbuhan anak agar anak termasuk balita dapat mencapai pertumbuhan yang ideal.
Mengutip dari laman Food Insight, protein berperan dalam tumbuh kembang anak. Protein bekerja sebagai pembentuk sel dalam tubuh, perkembangan otak, hormon, dan pertumbuhan struktur tubuh seperti otot.
Beberapa penelitian dari jurnal Nutrition Reviews telah membuktikan peran protein dalam tinggi badan anak.
Anak yang diberikan makanan yang kaya akan protein, khususnya protein hewani, memiliki rata-rata tinggi yang normal bahkan lebih tinggi dari anak-anak seusianya.
Sementara anak yang tidak mendapatkan asupan protein yang cukup cenderung lebih pendek.
b. Seng atau zinc
Kandungan ini merupakan salah satu jenis zat gizi mikro yang terdapat di hampir semua sel dan jaringan tubuh. Zinc untuk perkembangan anak memiliki peran penting dalam membantu memperbanyak sel pertumbuhan
Jika seseorang kekurangan zinc kondisi ini akan memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Jumlah seng yang paling banyak di tubuh berada pada bagian tulang, rambut, prostat, dan bagian mata.
c. Zat besi
Sekitar 70 persen dari zat besi yang ada di dalam tubuh berbentuk hemoglobin yang berada di dalam darah. Hemoglobin merupakan zat yang berfungsi untuk mendistribusikan makanan serta oksigen ke seluruh tubuh.
Zat besi juga dibutuhkan dalam pertumbuhan anak termasuk balita. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan di Saharawi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengalami kekurangan zat besi memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan kelompok anak yang cukup zat besinya.
d. Vitamin A
Vitamin yang larut lemak dan memiliki fungsi utama sebagai penjaga indera penglihatan dan berperan dalam pertumbuhan serta sistem kekebalan tubuh.
Salah satu gejala kekurangan vitamin A adalah proses pertumbuhan yang terganggu sehingga anak tidak dapat mencapai tinggi badan yang optimal.
Untuk mengurangi masalah kekurangan vitamin A pada anak yang rentan, suplementasi vitamin A harus didapatkan bayi setiap 1 tahun 2 kali.
2. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
Anak yang dilahirkan dengan berat badan di bawah dari 2500 gram dikatakan memiliki berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah sebenarnya merupakan kondisi gizi kurang yang terjadi bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan.
Kekurangan gizi ini berlanjut ketika bayi lahir dan pada akhirnya mengganggu pertumbuhannya. Banyak hal yang menyebabkan berat badan lahir rendah.
Namun, sebagian besar disebabkan oleh pola makan serta gaya hidup ibu ketika sebelum hamil dan saat hamil yang tidak sehat.
Tidak hanya ketika masa kehamilan, bahkan sebelum terjadi proses pembuahan juga dapat memengaruhi tumbuh anak hingga ia remaja.
3. Tidak diberi ASI eksklusif
Pemberian ASI adalah faktor penting yang dapat menentukan pertambahan tinggi seorang anak. ASI tidak hanya baik untuk sistem kekebalan tubuh bayi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ASI berperan dalam perkembangan bayi.
ASI eksklusif adalah cara terbaik untuk memberi nutrisi pada bayi sehingga sangat penting untuk mendukung ibu menyusui kapan saja dan dimana saja secara nyaman.
Otak anak memiliki perubahan dalam tiga tahun pertama. Koneksi saraf terbentuk lebih cepat dibanding tahap lain.
ASI yang diberikan kepada bayi juga bisa mencegah berbagai penyakit infeksi yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang secara langsung.
4. Infeksi yang sering dan berulang-ulang terjadi
Anak-anak, terutama anak yang masih berusia balita, sangat rentan untuk mengalami infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum kuat.
Infeksi yang diderita anak-anak akan membuat penyerapan terhadap zat gizi yang sudah dicerna dari makanan terganggu.
Ketika hal tersebut terjadi terus-menerus, ini dapat mengakibatkan balita kekurangan berbagai zat gizi dan membuatnya lebih pendek dibanding anak lain. Padahal, zat gizi diperlukan untuk proses pertumbuhan anak.
Oleh karena itu, anak yang sering mengalami infeksi, seperti demam, batuk, pilek, diare dalam waktu yang lama dan berulang-ulang bisa memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari pada teman-temannya.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan di Guetemala, bahwa anak yang sering mengalami cacingan, pertumbuhan tulangnya terhambat.
5. Tidak melakukan imunisasi dasar yang lengkap
Apakah Anda memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada anak? Imunisasi dasar yang harus diterima oleh anak balita, yaitu:
- Bacillus calmette guerin (BCG)
- Diphtheria pertusis tetanus–hepatitis b (DPT-HB)
- Diphtheria pertusis tetanus–hepatitis b-hemophilus influenza type b (DPT-HB-Hib)
- Hepatitis B pada bayi baru lahir
- Polio
- Campak
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang menyebabkan infeksi.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa anak yang mengalami infeksi yang cukup sering cenderung memiliki badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda memberikan anak imunisasi dasar yang lengkap untuk menjaga kesehatan serta status gizinya.
6. Pola asuh dan pengetahuan orangtua akan gizi yang kurang baik
Orangtua berperan dalam merawat serta mengasuh anaknya dari memberikan makan, memandikan, menggantikannya popok, dan sebagainya.
Pola asuh serta pengetahuan orangtua yang kurang baik tentang kesehatan dan gizi, tentu saja akan berdampak kepada kesehatan serta pertumbuhan bayi secara tidak langsung.
Maka, orangtua (baik ayah dan ibu) yang memiliki pola asuh dan pengetahuan yang baik, cenderung memiliki anak yang sehat dengan status gizi yang baik.
7. Lingkungan tidak bersih dan sanitasi buruk
Hubungan antara sanitasi dan perilaku hidup bersih erat kaitannya dengan penyebaran infeksi, karena itu hal ini menjadi faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi anak.
Perilaku yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak termasuk balita.
Fakta ini diperkuat dengan penelitian dari jurnal BMC Public Health seputar kebersihan di Indonesia.
Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi kakus dan sanitasi yang buruk meningkatkan peluang stunting, dibandingkan dengan kakus yang lebih bersih.
Di dalam penelitian yang sama disebutkan bahwa untuk mengurangi kondisi balita yang pendek harus dimulai dari perbaikan sanitasi dan kebersihan lingkungan.
[embed-health-tool-vaccination-tool]